Monday, October 31, 2005

Jogya

Malioboro di malam hari


Aktivitas sekitar Prambanan


Foto-foto KP Rayonisasi di Yogya..

Wednesday, October 26, 2005

Kuasa dosa kayak hukum grafitasi

Semua benda yang dilempar ke atas akan kembali ke bumi. Tidak ada benda dipermukaan bumi yang tidak ditarik oleh bumi. Kita mengenal bahwa gaya yang menarik benda-benda ke bumi ini adalah gaya grafitasi. Grafitasi membuat semua benda mati tertib dan teratur terletak melekat di bumi ini. Manusia mampu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan usaha melawan grafitasi ini. Salah satu penemuan yang menakjubkan adalah pesawat terbang yang mampu menjauh dari bumi dan melawan gaya grafitasi untuk terbang di udara bahkan jauh melampaui burung yang memang naturnya bisa terbang. Grafitasi adalah hukum alam yang tidak bisa kita hilangkan.

Dalam diri manusia ada juga satu hukum yang alami yang sifatnya seperti gaya grafitasi, selalu mencoba menarik manusia ke satu sisi bentuk kehidupan yang mungkin ingin dihindari. Manusia yang hidup sepertinya selalu ditarik oleh keangkuhan hidup. Ingin rendah hati dan mengasihi orang-orang tetapi keegoisan dan kesombongan sepertinya menarik manusia dan selalu cenderung lebih mudah egois dari pada murah hati. Seperti gaya grafitasi yang tidak bisa kita hilangkan, maka gaya tarik keinginan tubuh dan hati yang negatif seperti itu juga tidak mampu dihilangkan oleh manusia.

Manusia melalui pikiran dan hatinya selalu lebih fokus pada dirinya dibanding orang-orang sekitarnya. MAnusia lebih mudah berkata-kata yang menyenangkan hatinya dari pada berkata-kata memotivasi orang lain. Bahkan sampai mati nanti mungkin musuh yang terus harus dikalahkan adalah diri sendiri bersama dengan nafsu yang ada didalamnya. Kekuatan dari dosa yang telah mengikat manusia inilah yang selalu menarik manusia untuk hidup seperti yang diinginkan dosa. Manusia pasti mengakui kalau dirinya adalah orang yang berdosa. Tidak ada seorangpun yang bebas dari kuasa dosa, dan kekuatan kuasa dosa inilah yang selalu menarik hidup manusia untuk hidup berdosa.

Kita tidak bisa menghilangkan gaya tarik tubuh yang berdosa ini, tetapi kita bisa melawannya. Seperti pesawat terbang yang bisa melawan grafitasi dan terbang bebas kemana dia inginkan tentu dengan sistem yang baik dan prasarana yang mendukung. Manusia juga bisa melawan gaya tarik tubuh dan keinginannya yang berdosa ini. Manusia sendiri tidak mungkin bisa melawan, tetapi orang yang sudah hidup baru dimana manusia lama sudah mati, akan mampu melawan kekuatan-kekuatan lahiriah yang berdosa ini. Kita membutuhkan kuasa yang lebih tinggi masuk dalam hidup kita untuk mematikan kuasa dosa yang ada di dalam tubuh ini. Setelah itu seumur hidup kita harus terus berjuang untuk menghindari kuasa dosa yang masih mengurung kita dalam tubuh jasmani dan dunia yang kita tempati yang juga penuh dosa.

Sekarang sekalipun dosa itu memiliki kuasa seperti grafitasi yang selalu menarik manusia untuk hidup berdosa. Natur tubuh manusia ini memang berdosa dan manusia akan merasa lebih mudah melakukan hal-hal berdosa dibanding hal-hal yang benar. Tetapi manusia baru sudah diberi kuasa untuk melawan kuasa dosa ini, sehingga kita bisa hidup jauh dari dosa. Sehingga kita bisa terbang tinggi di langit yang biru dan bersuka dalam kehidupan yang membahagiakan dan jauh dari beban dosa.

Sekarang kita bisa berkata kalau kita sudah bebas dari kuasa dosa, jatuh dalam dosa masih memungkinkan, tetapi hidup dalam dosa..tidak lah yaauu !!!

Monday, October 24, 2005

Apa yang ditakutkan ?

Hari ini aku bertanya ma diriku, apasih yang aku takutkan? aku membuat list yang paling menakutkan bagiku. Aku pikir-pikir dan kayaknya yang paling menakutkan adalah kematian, aku bertanya pada diriku apakah aku takut mati? Jawaban yang muncul dari hatiku yang paling dalam adalah, aku tidak takut mati. KEmatian tidak menakutkan lagi bagiku dan malah sebenarnya kematian adalah gerbang supaya aku bisa masuk ke surga. Kadang kita mau masuk surga tetapi takut mati, ye..susah neng. Kalau aku matipun saat ini, aku percaya aku pasti masuk surga. Jadi kematian bukan sesuatu yang menakutkan.

Apalagi yang menakutkan bagiku dalam hidup tanyaku lagi? Pekerjaan, study, keuangan, pasangan hidup, sepertinya semuanya tidak menakutkan bagiku jadi mengapa aku sulit untuk tersenyum, dan menjadi mengesalkan bagi orang lain? kayaknya aku harus belajar banyak, kalau sudah tidak ada yang menakutkan mungkin aku lebih baik memperkaya hati dan jiwaku kan? Keuangan selama ini tidak menakutkan bagiku, walaupun dosen gajinya kecil..tapi sering aku takut kalau aku sedang dimanfaatkan oleh orang lain, atau dieksploitasi oleh orang lain. Sekarang kenapa aku berpikiran negatif seperti itu ya? Kalau kematian aja tidak membuat aku takut, mengapa hal kecil "merasa dimanfaatkan orang lain" menakutkan aku?

Jalani hidup dengan langkah ringan, memperkaya hati dan jiwa maka berkat materi akan mengikuti..sekalipun hanya "cukup" tetapi bukankah hidup akan bahagia dan itu tidak bisa dinilai dengan materi.

Minggu ini dengan tidak ada ketakutan aku ingin mengerjakan tugas kuliah dan tugas kantor supaya jumat ini bisa ke jogja dengan teman2. Lumayan juga nih, ditengah2 kesibukan semester ini bisa refreshing bentar.

Friday, October 21, 2005

Bumi, Matahari, Aku

Sudah sore lagi, matahari sebentar lagi akan terbenam di ufuk barat. Kita semua menerima bahwa matahari terbit di timur dan akan tenggelam di barat. Bukankah pengertian ini sepertinya menyiratkan bahwa matahari itu bergerak dari timur ke barat? Padahal kita juga tidak akan menyangkal bahwa sesungguhnya matahari itu diam dan tidak berpindah, tetapi bumi yang kita diami inilah yang berputar pada porosnya sambil mengelilingi matahari.

Setiap kali bumi berotasi sekali maka kita menyebutnya satu hari sudah berlalu yaitu 24 jam. Kemudian apabila bumi ini sudah mengelilingi matahari satu putaran maka kita mengenalnya sebagai satu tahun. Hari ini akan berakhir dan bumi sudah menyelesaikan satu putaran. Tetapi bumi yang berputar dan kita mengenal matahari terbit dan terbenam ternyata membuat umur manusia juga bertambah.

Hari ini akan berakhir, dan umurku bertambah lagi satu hari. Ternyata kehidupan manusia memang tidak bisa disangkal sangat dekat dengan alam, bahkan banyak petunjuk hidup kita tidak bisa dipahami karena alam inilah yang akan memberikan pemahaman sendiri. Tadi pagi aku merasakan kehangatan mentari pagi dan sore ini aku merasakan dinginnya udara karena matahari sore semakin bersembunyi di langit kota bandung ini. Awan-awan yang tebal dan kelabu membuat cahaya mentari sore ini tidak menembus ke bumi dengan cahaya sore yang cerah. Tetapi seperti apapun sore ini, matahari akan tetap terbenam dan umurku akan tetap bertambah satu hari.

Kehidupan ini banyak yang memang tidak kita mengerti, tetapi ketika kita melihat sekitar kita, kebesaran ciptaan semesta ini, mungkin akan sedikit menyingkapkan mengenai hidup manusia. Alam tetap memberikan yang terbaik, sekalipun manusia merusaknya sebenarnya alam akan tetap menjaga keseimbangannya tetapi batas kemampuan alam untuk seimbang sering sekali terlewati dan alampun menjadi rusak, ekosistem rusak dan ini akan mempengaruhi kehidupan manusia juga.

Hari ini, aku ingin mendengarkan matahari sore, merasakan bumi setiap kali aku melangkah memindahkan pijakanku pada dirinya...mungkin aku juga akan bisa merasakan kebesaran tangan penciptaku yang sudah menyediakan seluruh alam ini hanya untuk kebaikan manusia.

Wednesday, October 19, 2005

Bercerita dalam keheningan (Tamat)

Istana pasir yang dibangun sudah selesai. Tian dan Anti berdiri dan menepuk-nepuk tangan untuk melepaskan pasir yang menempel di tangan mereka. Senyum tersungging di bibir keduanya menandakan kepuasan melihat kerjaan mereka membangun istana pasir itu. Mereka duduk mengamati istana itu yang mulai dicium oleh air yang dibawa ombak ke pinggir pantai. Tadi rasanya air pantai sangat jauh dari istana yang mereka bangun tetapi saat ini sudah begitu dekat bahkan sudah menyentuh istana tersebut. Tian dan Anti duduk di atas batu yang permukaannya rata yang dekat ke air pantai. Kaki mereka apabila dijulurkan maka ujung jari kaku akan jatuh di air dan apabila gelombang datang maka air semakin tinggi akan menyapa dan merendam kaki. Sambil duduk di Batu itu keduanya mengamati istana yang mereka bangun megah setengah jam yang lalu mulai roboh, di hempas air yang sampai di istana itu. Tian meninggalkan Anti duduk sendiri di batu itu. Dia menelusuri pantai, berjalan sambil sekali-kali jongkok memungut kerang atau pecahan karang atau batu yang unik yang banyak berserakan di pinggir pantai itu.

Angin laut mempermainkan rambut Anti dan dia menikmatinya. Dia melepas pandangan sejauh-jauhnya sampai garis batas bertemunya langit dan laut. Sapaan ombak di kakinya terasa lembut dan mengalir sampai ke kedalaman hatinya. Langit sangat biru dan tiada awan yang menghalangi cahaya matahari menghangatkan kulitnya. Anti terdiam dan hanya merasakan getaran yang ada di kedalaman hatinya. Tian sengaja meninggalkan Anti karena dia menyadari ada perubahan dalam diri Anti. Tian tidak ingin memaksanya untuk bercerita, tetapi dia tahu bahwa waktunya akan tiba, pasti Anti akan menceritakannya kepadanya. Mereka adalah dua sahabat sejak sepuluh tahun yang lalu. Mereka kuliah bareng dan setelah lulus keduanya tetap bekerja di Jakarta tetapi pada perusahaan yang berbeda. Walaupun tidak sekantor mereka masih kontak2 bahkan sering bertemu dan merencanakan liburan bareng. Persahabat mereka sangat indah dan sangat membangun yang satu dan yang lain.

Sesosok bayangan yang sedang mendiami Anti kembali hadir di pelupuk matanya. Semakin gelap pandangan karena mata dipejamkan maka semakin jelaslah bayangan itu. Anti menutup matanya menikmati bayangan yang sekarang mempermainkan pikirannya. Dia sudah lupa akan lembutnya angin laut yang berbisik di telinganya. Hempasan air yang dibawa gelombang di kakinya juga sudah tidak terasa lagi. Semua begitu tenang dan damai. Anti hanya ingin berbicara dengan bayangan yang hadir dan mendengar suara jiwanya yang semakin hening.

Pria yang baru dikenalnya sangat menawan hatinya. Sapaannya yang penuh keramahan, mata yang memandanga dengan tulus dan sikap yang berkharisma bukan hanya menawan hatinya tetapi juga seperti kehangatan mentari pagi yang mulai mencairkan gunung es hatinya. Sudah dua tahun ini hati Anti sangat beku, dia menutup pintu hatinya rapat-rapat dari semua pria. Hati an pikirannya hanya dia curahkan untuk pekerjaan dan karirnya. Kekecewaannya dalam membangun hubungan kasih dua tahun yang lalu telah menghancurkan kepercayaannya akan kesetiaan seorang laki-laki.

Pria yang baru dikenalnya ini menurutnya sangat berbeda. Matanya memancarkan kesetiaan, tutur sapanya sangat memberi kedamaian dan kesederhanaannya membuat Anti nyaman didekatnya. Anti tidak mengerti mengapa dia memandang pria ini berbeda dan baginya yang paling penting adalah keyakinan hatinya sendiri. Mereka bertemu ketika acara pesta sepupu Anti. Tepatnya sebenarnya mereka dikenalkan. Saat itu bibi Dea, adiknya papa Anti memperkenalkan mereka dan saat itu bibi Dea langsung memuji kalau mereka sebenarnya akan menjadi pasangan yang cocok. "Apalagi keduanya belum punya calon untuk dijadikan pasangan hidup, jadi ada baiknya kalau kalian saling mengenal lebih jauh" kata bibi sambil tersenyum. Saat itu muka Anti langsung memerah dan membelalak memandang bibinya dan bergumam "dasar bibi!" "Aku tinggalkan kalian ngobrol ya" kata bibi sambil berlalu.

"Pesta ini menyenangkan sekali ya...sebenarnya saya tidak mengenal banyak orang disini" kata pria yang bernama Bram itu memulai pembicaraan. Dengan gugup Anti hanya mengangguk dan mulai melemaskan otot2nya dan memasuki suasana pembicaraan dengan sedikit rileks. "Oh..ya, siapa saja yang Anda kenal memangnya di pesta ini?" tanya ANti. "Hanya Dea, kami teman dekat dan dia mengundang aku menghadiri pesta keponakannya ini karena kebetulan aku sedang ada di Jakarta" jawab Bram. "Lusa aku akan kembali ke Medan karena masa trainingku di Jakarta sudah selesai" katanya melanjutkan. Anti hanya tersenyum mendengar penjelasan pria di depannya. Pembicaraan ringan seputar pesta, pekerjaan mengalir dengan lancar diantara mereka berdua. Ketika obrolan sampai mengenai buku, Anti sangat bersemangat. Apalagi sepertinya Bram mengetahui semua buku yang dibahas, jangan-jangan seluruh buku yang ada diperpustakaan pribadi Anti, Bram mengenal judul dan pengarangnya. Itulah awal pertemuan mereka dan setelah itu mereka belum bertemu lagi. Sehingga Anti senang memberi sebutan pada Bram sebagai orang asing yang dekat di hati.

Bram dan Anti sama-sama orang Karo dan secara tutur mereka adalah rimpal. Setelah kembali ke Medan Bram masih menghubungi Anti dan hubungan diantara mereka semakin bertumbuh selama dua bulan ini.

Anti memandang ke langit biru dan merasakan kerinduannya akan Bram yang mungkin sejak awal sudah mencairkan hatinya yang membeku. Seminggu ini yang membingungkan dan membahagiakan Anti adalah ketika Bram memintanya menjadi ibu dari anak-anaknya. karena jarak yang jauh dan waktu yang sulit untuk bertemu saat itu melalui telpon, Bram menyatakan keinginannya dan menyarankan Anti tidak perlu menjawab saat itu. Dia memberikan Anti waktu untuk memikirkannya dengan sungguh-sungguh mengenai hal itu, dan kalau sudah mendapat jawaban yang terbaik dia bisa mengabarinya kapan saja. Bram menegaskan apapun yang menjadi jawaban Anti adalah baik baginya. Hal inilah yang membuat Anti banyak berdiam diri minggu ini. TEman-teman kantornya bingung melihatnya tetapi mereka tidak berani menggangu dan menanyakan perubahan pada dirinya. Anti mempertimbangkan banyak hal, kalau dia menerimanya berarti dia akan meninggalkan pekerjaannya dan mulai memikirkan perjalanan hidup yang baru yang tantangannya juga banyak. Dan masih banyak yang harus dipikirkan oleh Anti karena jarak yang jauh memisahkannya dengan Bram.

Angin yang menyapanya semakin terasa dingin, walaupun terik matahari yang menerpa kult juga mulai terasa menyengat. "Pertemuan pertama itu mungkinkah sudah mempersatukan hati kami" Anti bertanya pada hatinya. Seminggu ini dia hanya bercerita dan berbicara pada keheningan hati dan jiwanya. Tidak seorangpun yang dia bagi mengenai hal-hal yang menjadi pikirannya seminggu ini. "Akulah yang akan menjalaninya, lebih baik aku membicarakannya dengan hati dan jiwaku dalam keheningan saja" katanya pada dirinya.

Anti menoleh ke istana pasir dan kerusakannya sudah sangat hebat. Kemudian datang gelombang yang lebih besar dari sebelumnya dan benar-benar menghancurkan istana pasir itu. Tiada bekas lagi kalau beberapa saat tadi berdiri megah istana pasir di tempat itu. Anti juga menyadari kalau hatinya sudah berubah. Gunung es yang membekukan hati sudah mencair dan tidak tampak lagi jejak-jejak hatinya seperti dua bulan yang lalu. Cinta sudah mengalir ke dalam hatinya yang sudah terbuka. Dan kerinduannya bertemu kekasihnya mulai menenggelamkannya.

Anti berbisik dalam hening, "Angin katakanlah padanya setelah projek ini selesai dan dua purnama lagi aku akan datang padanya dan menerima tawarannya menjadi ibu bagi anak-anaknya".


(Wuhhh...Akhirnya selesai juga cerpennya :) )

Tuesday, October 18, 2005

Emosi dan Pemikiran

Emosi dan logika melekat pada diri setiap orang dan mengalami perkembangan. Mulai dari masa kanak-kanak sampai tua nanti kedua hal ini selalu mewarnai kehidupan manusia. Tetapi sering sekali manusia membuat sedikit kesalahan dalam menerima keduanya. Saya menggunakan kata “sedikit kesalahan” karena saya tidak menemukan kata yang tepat menggantikannya. Semua kita sering membuat sedikit kesalahan, karena kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak mampu melakukan apapun dengan 100% benar dalam perkembangannya.

Sebagai mahasiswa teknik dan menggumuli hal-hal yang sistematis membuat banyak mahasiswa lebih berkembang dalam sisi logika dibandingkan dengan perasaan (emosi). Bahkan saya menemukan banyak yang bertumbuh pesat disisi nalar tetapi sangat kerdil di sisi emosi. Emosi yang benar yang dialami seseorang memang sering sulit sekali dijelaskan kepada orang lain sehingga orang lain memahaminya. Tetapi kalau pemikiran-pemikiran, hal ini lebih mudah didiskusikan dengan orang lain. Karena pemikiran setiap orang sekalipun berbeda tetapi ketika mendengar pemikiran orang lain dan kita merasa itu masih logis maka kita bisa menerimanya. Tetapi emosi-emosi sering sekali tidak logis sehingga memahami emosi memang bukan dengan logika tetapi dengan emosi juga.

Emosi itu juga merupakan kebutuhan manusia. Manusia akan lebih berkembang dengan baik apabila dia mengungkapkan emosi yang terjadi dalam hidupnya. Makanya dikatakan “jangan marah sampai matahari terbenam” artinya boleh marah tetapi ada batasnya atau kontrolnya. Semua jenis emosi yang lain harus bisa diungkapkan dengan baik. Saluran emosi dalam diri manusia hanya satu, sehingga kalau emosi yang ditahan akan membuat saluran emosi itu menjadi tersumbat.

Contohnya : kalau kita marah dan kesel pada seseorang dan kita mendiamkannya. Kita menutupi kekesalan kita dan mungkin menghindari orang tersebut. Hal ini bukan suatu tindakan yang tepat, memang sih kalau sedang marah besar dan tidak terkendali kita harus tahan dan menjauhi orang yang sedang menjadi objek kemarahan itu. Karena kita perlu juga meredamnya supaya tidak mengumbar kemarahan dan memperburuk keadaan. Tetapi kalau kemarahan sudah mereda dan kita sudah tidak di puncak emosi maka kita perlu mengungkapkan dengan baik kemarahan atau kekesalan tersebut kepada orang itu. Karena kalau kita terus memendamnya, maka hal ini akan menyumbat saluran emosi yang kita punya. Sehingga suatu saat kalau orang yang kita keselin itu mendapatkan suatu prestasi, kita pun tidak mampu mengungkapkan kegembiraan bersamanya dan tidak bisa mengucapkan “Selamat atas keberhasilan anda”. Emosi positif dan emosi yang negatif itu salurannya satu dalam diri kita J. Tetapi kalau kita menjelaskan bahwa kita kesal kepadanya karena sikapnya yang menyinggung kita, maka suatu saat kita juga mampu menunjukkan emosi yang positif kepada orang tersebut. Bahkan mampu menolong dia dan berempati dengan dia.

Emosi disini adalah emosi yang harus dikontrol dengan pikiran. Walaupun kadang emosi tidak dipahami oleh pikiran, namun pikiran tidak boleh langsung memberi penilaian tidak benar mengenai hal yang tidak mampu dipahami pikiran. Karena hal-hal yang tidak mampu dipahami oleh pikiran belum tentu salah bukan ? Kita juga harus menyadari keterbatasan pemikiran kita. Dan kalau masih tidak kita pahami akan emosi yang terjadi, jangan putuskan itu emosi yang salah. TEtapi kalau logika memahami emosi yang terjadi dan memang salah, maka logika jugalah yang harus berperan mengarahkan emosi itu menjadi emosi yang seharusnya. Emosi yang dikontrol oleh pikiran akan membentuk emosi yang benar.

Emosi itu sangat berkaitan dengan hati, dan pikiran itu sangat berhubungan dengan otak. Hati ada di dada dan otak ada di kepala, ini berarti hati ada di bawah kepala dan menunjukkan bahwa emosi itu harus ada dibawah pikiran.

Saya pernah membaca mengenai korek api. Kenapa tersinggung sedikit, korek api itu langsung menyala? hal ini disebabkan di kepalanya tidak ada otak.

MAri kita bertumbuh secara emosi dan logika :)

Saturday, October 15, 2005

Kekasih

Setiap kali memandang matamu
Serasa aku terdampar di lembutnya awan
Mencintaimu kadang seperti menikmati surga
dan terkadang di neraka

Perjalanan ini begitu panjang
Belokannya kadang membingungkan aku
Bahkan persimpangannya juga sering menyesatkan
Tapi semua jalan itu menuju satu tujuan
Menjalani sisa hidup bersamamu

Hari ini sepertinya aku menggenggam pelangi
Dan ingin aku hadiahkan menjadi mahkota di kepalamu
Mawar-mawar ini tidak pernah cukup wangi
Memperharum cintaku
Seluruh ruang hatiku hanya untukmu

Kekasih...
Aku akan meninggalkan semua kisah yang lain
dan menuju satu tujuan dimana engkau berada
Mau kah engkau meninggalkan semua kisahmu
menantikan aku di ujung perjalanan ini ?
Memulai perjalanan berikutnya bersama..
sampai maut memisahkan kita

(Puisi ini dulu dibuat di cerbung "Kisah Cinta Raja dan Raju" di forum permata)


Thursday, October 13, 2005

Waktu

Terkadang engkau sangat tidak bersahabat
Sulit untuk mengerti apa yang kau inginkan
Terseret langkahku untuk mengikutimu
Ketika semua seakan berjalan dengan lambat
Kadang terengah-engah aku mengejarmu
sehingga bergumam 24 jam sehari kurang

Mungkinkah aku yang salah ?
Sehingga engkau sangat tidak mau berkompromi...
Seperti hari ini,
Letih aku mengikuti derapmu
Sudah sore lagi...
dan aku harus pindah konsentrasiku karenamu
enggan aku beranjak dari keadaanku
tetapi engkau sudah bergerak cepat meninggalkan aku

Kuraih beberapa buku dan aku mulai membenahi mejaku
Aku bersiap ke bentuk kehidupanku yang lain
Semua ini ingin aku selesaikan dengan cepat
Aku capek...aku ingin meronta dan menyerah !
Tidak sanggup aku mengejarmu....
Kuputuskan untuk tetap mengikutimu dari jauh
Yang penting aku masih bisa memandangmu
dan tahu arahmu...

Perjuangan ini akan berakhir
semua untuk kebaikanku
waktu juga akan memperlihatkan kebaikan2 padaku
waktu juga yang mndewasakan aku
beban ini juga akan selesai dengan berjalannya waktu
dan mungkin waktu jugalah,
yang akan menjadi jawaban semua.....

Thursday, October 06, 2005

Narsis

Kata Narsis, sudah sangat dekat dengan kita. Setelah kata Autis disalah gunakan dengan kata "Autis Modern" maka narsis memiliki makna yang lebih jauh lagi. Seperti anak autis yang memiliki dunia sendiri maka "autis modern" ini dikenakan kepada orang-orang yang normal dan sibuk banget sehingga seperti hidup di dunia sendiri. Semua orang mungkin mengidap autis modern ini, hal ini disebabkan karena hidup dan pekerjaan sering menuntut orang untuk semakin mandiri dan individualistis, sulit mengambil waktu untuk sosialisasi dengan yang lain. Akhirnya autis dipelesetkan. Ketika seseorang ditegur apakah autisnya sedang kambuh? maka sering sekali muncul tanggapan "yang penting belum sampai narsis".

Narsis adalah istilah yang diambil dari dongeng Yunani. Dongeng Yunani mengisahkan ada seorang pemuda tampan yang bernama Narsisus (Narsisis). Pemuda ini sangat menikmati dan mengagumi ketampanannya, sehingga sepanjang hari kerjanya hanya menatap dirinya ke dalam sebuah kolam. Dia bercermin ke permukaan air kolam yang tenang. Semua peri-peri yang ada disekitar hutan, dimana kolam itu berada ingin sekali mengetahui ketampanan pemuda ini. Tetapi semua tidak bisa melihat ketampanannya, karena pemuda itu selalu membungkuk ke kolam untuk melihat dirinya sendiri. Suatu hari pemuda ini jatuh ke kolam dan mati, dan dari dalam kolam ini muncul bunga yang sangat indah yang disebut bunga Narsissus.

Ini adalah latar belakang kata "Narsis" yang dilekatkan kepada orang-orang yang sangat mengagumi diri sendiri secara berlebihan. Dan orang seperti ini akhirnya akan membahayakan dirinya sendiri.

Apakah kita tidak boleh menyukai diri sendiri?
Sampai batasan tertentu sangat disarankan, karena bagaimana kita bisa menyukai orang lain kalau kita tidak menyukai diri kita sendiri. Semua manusia pada dasarnya memang lebih menyukai diri sendiri di banding diri orang lain. Tanpa sadar kita akan menemukan hal tersebut pada diri kita dan juga semua orang.

Contohnya :
Ketika melihat photo bersama, maka pada umunya sering sekali yang kita cari pertama adalah diri kita sendiri. Setelah mengamat-amati diri baru mulai beralih ke objek yang lain dalam photo tersebut.
Juga kalau ada teman yang bercerita tentang suatu hal, misalnya perjalanannya atau kisahnya. Ketika mendengarkan cerita ini maka pikiran kita akan bekerja mencari kisah kita yang mirip dengan yang dia ceritakan dan setelah dia selesai bercerita maka kita akan menceritakan pengalaman kita seperti yang dia ceritakan tadi. Jadi ketika mendengar orang lain bercerita maka pikiran kita juga akan menjelajah tentang kisah kita sendiri.

Semua ini tidak salah, dan sangat-sangat wajar. Tetapi semua harus dibuat pada porsi yang tepat. Narsis muncul karena ada orang yang sangat mementingkan diri, memikirkan diri dan juga semua untuk diri hampir 100%. Merasa tidak butuh orang lain, dan kalau butuh pujian dia memberikan pujian untuk dirinya sendiri.

Penggunaan narsis sering kita gunakan dengan asal dan sesuka kita. Jangan narsis ah...atau dia narsis banget sih? Terlalu gampang mengungkapkan kata narsis sehingga makna yang sesungguhnya sepertinya luntur. Narsis akan mencelakakan diri sendiri. Autis modern juga memiliki tempat yang tepat untuk menggambarkan keadaan orang yang sibuk dengan dunianya sendiri tanpa peduli dengan yang lain. Tapi kalau sedang autis, jangan terlalu berlama-lama dalam keadaan tersebut, cepat sadari keadaan dan mari kita bergabung dengan dunia luar lagi. Dunia diluar dunia sendiri itu kadang lebih real dan penuh tantangan untuk menjadikan kita semua manusia yang lebih baik.

Tuesday, October 04, 2005

Tulalit

Sering sekali aku memberi respon akan satu hal dengan sangat lambat, dan aku membela diri dengan mau mempertimbangkan banyak hal...padahal mungkin gak perlu.

sering sekali aku sangat-sangat reaktif, dan aku membela diri dengan mengatakan bahwa kita harus bertindak cepat, kita harus mengikuti semua perubahan. Sekarang aku berpikir lebih baik aku menunggu lama dari pada sangat buru-buru dan salah.

Sering sekali aku salah dalam memahami kalimat komunikasi biasa dan mengartikannya sebagai bahasa puitis. hmmm aku menyebutnya bahwa kita harus selalu belajar keindahan dari hal-hal yang biasa.

Sering kali aku memahami kalimat puitis hanya seperti kalimat komunikasi biasa, dan aku membela dengan semua harus dapat dicerna dengan akal.

Aku sering sekali tulalit dan tidak memberikan respon yang tepat sesuai dengan yang seharusnya dan pada saat yang tepat.

Aku tulalit dan sering aku sebut tersesat dalam pemahaman (bentar lagi aku MA, Master Alasan, hahahaha).

- Tulalit -

Monday, October 03, 2005

Bercerita dalam keheningan

Anti duduk diam dengan pikiran yang jauh menjelajah ke tempat-tempat yang tidak di kenal. Baru jam delapan pagi, dan dia masih belum keluar kamar. dari jendela kamar terlihat pohon-pohon yang hijau melambai di tiup angin pantai yang dingin. Dalam kamar itu dia duduk dan memandang sejauh dia mampu. Kamar yang berada di pojok rumah yang berada di dekat pantai itu jauh dari suara yang berisik. Hanya detak jam dinding yang menemaninya pagi itu. Minggu pagi yang sejuk dan jauh dari keramain. Mungkinkah istirahat selama dua hari ini akan mengembalikan semangat dan kinerjanya yang beberapa hari ini sudah terbagi. Pikirannya belakangan ini sering terbang jauh kemana yang dia inginkan, dan dia membiarkan dan menikmati semua itu. Tetapi dia harus hidup dalam kenyataan dan tidak boleh lama-lama lagi dengan keadaan seperti ini. Pekerjaannya menuntut konsentrasi yang maksimal untuk projek yang sudah mendekati batas waktu pengerjaan. Sabar..sabar batinnya, setelah kerjaan ini selesai mungkin aku bisa lebih mengikuti semua kata hati batinnya. Melakukan apa yang diinginkan hati memang sesuatu yang menyenangkan, tetapi menahan diri juga sesuatu yang baik dalam menumbuhkan karakter diri pikirnya.
Anti masih memegang buku catatan dan pensilnya masih terselip di jari. Orang asing yang jauh dan hanya mengenalnya secara samar, mungkinkah dia mendiami hatiku pikirnya. Masih jam delapan pagi, dan hari kerja masih lama, mungkin 24 jam lagi...bolehlah aku menikmati semua yang ada di hati dan besok aku akan kembali konsentrasi dengan semua tugasku pikirnya dan dia mulai menoreh dalam buku catatannya. Dengan muka tersenyum dan sesekali memandang ke ombak yang terlihat dari jauh dan semakin mendekat ke pantai, dia mulai menulis setiap yang ada dalam hati.
Pikiran-pikiran dan bisikan hati yang mampu dituangkan dalam buku catatan ini akan memperindah semua uangkapnya.

Pagi yang dingin, aku terdiam dan memeluk sepi
Ombak yang menari, sampaikan salamku padanya
Keheningan yang ada membuat suara hati semakin terdengar
Peri-peri pohon, maukah engkau bercerita tentang bayangan yang samar yang ingin aku temui?
angin laut, bawalah aku kepadanya

Aku ingin duduk disampingnya
memandang indahnya gelombang yang bekejaran.
Aku ingin bersandar di bahunya
dan menikmati kehangatan mentari pagi ini.
Bersamanya ingin mendengar keheningan
yang dipecah oleh suara ombak.
Bersama bercerita akan indahnya masa depan.
Aku ingin memandang cahaya matanya
dan melihat sampai ke kedalaman hatinya.
Aku ingin mendengar warna suaranya
dan bisa tertawa bersama akan gemercik air
dan pasir-pasir yang berkilauan.

Oh...ombak, sedang apakah dia disana?
Apakah aku hanya bermimpi tanpa tidur yang terlelap
Mimpi indah yang enggan aku akhiri
karena ketukan di pintu kamar.

Anti menutup buku catatannya, dan membuka pintu kamar. Ternyata Tian yang akan mengajaknya bermain pasir di pantai. Keceriaan, semangat dan kebahagiaan terpancar melalui mata mereka sambil mulai membangun istana pasir. Liburan yang memulihkan semua kekuatan, dan menyiapkan diri untuk tenggelam dalam rutinitas seminggu ke depan.

Sunday, October 02, 2005

Sukses Itu apa sih?

Malam minggu kemarin Eva Saria Sipayung main ke rumah, sambil bawa brownis Amanda. Thx brownisnya ya dek..soale aku baru makan untuk pertama kali loh :D. Eva adalah adik kelas di STTTelkom, setahun di bawah aku tetapi dia jurusan informatik. Sekos bareng selama empat tahun di Sukabirus 30B ketika masa itu dan sekarang dia sedang lanjut S2 di ITB. Hmm..kayaknya Eva tar jalan hidupnya jadi dosen juga kali ya, tapi kalau ke industri juga kayaknya masih banyak kesempatan kok dek. Pembicaraan tadi malam lompat dari satu topik ke topik yang lain..sampai akhirnya ke curhat yang sedikit rumit untuk usia kita yang kebanyakan teman-teman gunakan untuk bersenang2.

Eva menanyakan, sukses itu sebenarnya apa sih kak Nom? Hmm..aku hanya senyum memandangnya. Dia melanjutkan, mengapa semua teman2 kuliah di STTTelkom dulu berpikir kalau sukses bekerja itu berarti ada di perusahaan telekomunikasi. Kalau diperhatikan, teman2 yang bekerja di perusahaan diluar telekomunikasi dan IT merasa rendah diri dan bahkan menjauh dari teman2 yang lain. Sampai segitunya kah? Satu yang paling menyebalkan katanya kalau ketemu teman2 maka pembicaraan selalu ke penghasilan dan mulai membanding2kan dengan teman lain yang kerja di perusahaan yang lain. Memang ukuran sukses adalah uang ya?

Aku tesenyum mendengar curhatnya Eva..dan aku tahu itu adalah pergumulan yang pada umumnya dilalui semua orang. Dia juga bercerita bagaimana rasanya mendengar teman lain yang hanya membahas gaji dan penghasilan sedangkan saat ini Eva masih sibuk dengan mikirin kuliah dan tesis, dan sebenarnya bersyukur juga Eva dah bisa ngajar di STTTelkom walaupun belum jadi dosen tetap. Banyak teman2 yang tidak berhenti mengirim lamaran sampai benar2 diterima di perusahaan telekomunikasi. Wajar dan sah-sah saja sih..semua kan pasti didorong oleh tujuan hidup.

Tujuan hidup sangat menentukan semua yang akan kita lakukan. Memang bener kata Rick Warrent tentang kehidupan yang digerakkan oleh tujuan.

Aku sering melihat teman yang di jakarta bekerja seperti mesin pencari uang...tapi bukan berarti semua. Memang bener sih, uang itu penting tapikan pasti pada tempatnyakan? Kalau semua diukur melalui uang, bisa kacau hidup ini..kasih akan semakin dingin.

Satu yang aku pelajari belakangan ini adalah, lebih baik mengembangkan diri dari pada berpikir untuk promosi diri. Uang bukan tujuan utama dalam hidup ini, karena ada kehidupan yang jauh lebih berarti yan tidak bisa diukur dengan uang. Dan menjadi perempuan, mungkin harus belajar memandang uang sesuai dengan tempat dan fungsinya secara wajar..karena aku melihat lebih banyak wanita yang sangat kuatir akan uang di banding pria, atau karena wanita butuh rasa aman yang melebihi pria, dan dengan uang banyak maka rasa aman yang dibutuhkan itu lebih terjamin.

Kembali mengenai sukses...hanya kepikir bahwa jangan terlalu cepat memberi penilaian bahwa si A sudah sukses dan si B kayaknya belum sukses. Kita tidak mampu melihat kehidupan secara utuh, kita hanya melihat sepenggal. Dan sepenggal yang dilihat ini sangat tidak tepat kalau diberi penilaian dengan cepat. Hari ini sukses menurut pandangan kita, mungkin pada hari mendatang tidak sukses lagi kan? Atau misalkan seorang cowo kerja di perusahaan telekomunikasi dengan gaji awal 4 jt, pasti menurut kita2 dia sukses. Setelah itu menikah dalam waktu singkat karir menanjak dan sudah punya rumah dan mobil. Kata sukses semakin kita lekatkan pada dirinya. Ketika anak2nya tumbuh dan kesibukan orang tua yang ketat membuat anak kurang perhatian dan memiliki kehidupan yang kacau. Misalnya kehidupan anak2nya terikat narkoba dan apakah kehidupan orang ini masih bisa dikatakan sukses? Hmmm...mungkin semua orang akan bilang dia gagal. Sukses yang diberikan oleh manusia memang kadang memusingkan dan selalu berubah.

Misalnya lagi kita2 cewe2 ini. Sekolah tinggi, penghasilan lumayan, mungkin orang berpikir kita sukses. Kemudian kalau sudah umur menjelang 40 dan belum menikah juga, maka kesuksesan itu sepertinya sudah cacat dan semua orang membicarakan status kita dan mungkin dianggap tidak sukses dalam kehidupan untuk berkeluarga. Atau ada wanita karir yang sukses kemudian menikah dan memiliki keluarga yang menyenangkan, setelah itu..kalau si istri memiliki penghasilan yang melebihi suaminya, kemungkinan juga kesuksesan istri ini menjadi ketakutan bagi keluarganya sendiri, karena orang sekitar suka melihat dengan sebelah mata saja. Apalagi kalau anak2nya gagal sekolah, maka sesukses apapun si ibu dipekerjaannya maka tetap saja ia akan dianggap gagal kan? Hmmm..sukses yang membingungkan.

Aku berpikir, mungkinkah kesuksesan seorang wanita hanya ditentukan dirinya sendiri ketika dia masih sendiri dan belum menikah. Tetapi kalau dia sudah menikah, maka kesuksesan perempuan adalah kesuksesan suami dan anak2nya. Tetapi kalau perempuan masih berpikir sukses dirinya adalah perwujudan dari usahanya sendiri tanpa peduli dengan keberadaan anak2 dan suaminya, maka kesuksesan itu adalah kegagalan itu sendiri. Itu hanya pemikiran yang mungkin perwujudannya tidak semudah menuliskannya.

Apa sukses itu? sukses itu adalah ketika kita berhasil melakukan kehendakNYA dalam kehidupan kita.






Saturday, October 01, 2005

Jumat yang singkat

Jumat tadi aku lalui dengan hati yang penuh sukacita. Tuhan, terima kasih untuk begitu banyak berkatMu dalam hidupku. Kau segarkan dahagaku dan Kau puaskan jiwaku. Tapi aku sering takut kalau aku menggantikan setiap berkatMU melebihi Engkau dihatiku.

Kerjaan dikantor tidak begitu padat, sebenarnya banyak sih...tapi masih bisa tidak dikerjakan saat itu. Dan aku memilih menunda pengerjaannya, toh..masih ada Senin, dan aku ingin melakukan yang lebih ingin aku lakukan..apalagi coba kalau bukan ngobrol. Buku-buku dan tugas mahasiswa masih bertaburan di mejaku. Tapi merasa tidak baik juga kalau tidak melakukan apa-apa, jadi aku membuat pengumuman yang seharusnya memang aku lakukan, tinggal mengetik kemudian mengedit pengumuman tersebut, ngeprint dan mencari CS untuk menempelkannya di papan pengumuman. Semua itu aku kerjakan disela-sela obrolan itu. Tapi kemarin itu karena aku gak liat CS jadi aku tempel saja sendiri. Selesai juga pekerjaan itu. Setidak2nya ada kerjaan yang aku lakukan kan? hehehe...

Hari Jumat yang rasanya sangat pendek, gak terasa sudah sore dan aku harus mengakhiri kehadiranku di kantor. Kebersamaan dengan teman yang baik menghabiskan waktu itu memang kadang sangat tidak terasa. Merencanakan jalan bareng, membicarakan memotret, membahas talenta dan banyak lagi yang ingin dibicarakan. Kadang aku bingung membahas apa lagi, tapi kadang aku pikir masih banyak banget yang ingin dibicarakan. Tapi semuanya itu memberi semangat dan senyum dibibir. Topik mengalir dari yang ringan dan renyah..dan kadang nyasar ke yang berat dan membuat kening berkerut. Tapi untung itu tidak lama-lama sehingga pembicaraan itu tidak melelahkan bahkan menjadi menyegarkan. Ada siraman kesejukan masuk ke dalam hati..dan mungkinkah itu menumbuhkan kehidupan yang baru dan berbeda? Hmmm aku tidak tahu. Yang kutahu, Tuhan memberi yang terbaik untuk anak-anakNya.

Waktu yang terasa singkat itu harus diakhiri karena Boy dah nelpon dan aku buru2 ke Summit. Aku nyampe dalam waktu 15 menit. Sepupuku ini lagi di Bandung karena kerjaan dan aku akan menemaninya jalan. Pertama yang dilakukan adalah kita jalan ke Jonas, dia beli beberapa bingkai foto untuk temannya katanya. Kemudian nyari sendal, Wuhh...sudah pegel jalan ke Jl. Trunojoyo tetapi tokonya tutup. Maklum coy...tadi dari kantor langsung ketemuan, jadi ingin rasanya berjalan dan menjinjing sepatu aja..hahaha. Habis kalau di kantor, aku senangnya pake sendal aja..pake sepatu kalau keluar ruangan dan mau kelantai satu (ruang rektorat boooww) dan ngajar di kelas. Jadi jalan kemarin..kakiku dah capek banget aja. KEmudian kita lanjut cari tempat makan yang bisa enak untuk ngobrol. Pilihan jatuh di kafe Blenn yang gak jauh dari Pusdai. Kalau ngobrol ama Boy..memang gak ada abisnya. Gak tahu dia yang gak pernah kehabisa topik atau aku juga sama bocornya. Tapi yang pasti Boy memang turangku yang terbaik lah.. orangnya baik, bijak dan guanteng banget...hahaha (harus muji turangkan? soale dia yang bayar semua makan2nya :D)

Seperti biasanya obrolan pasti gak jauh2 dari masalah pasangan hidup. Kadang kita berdua memang terlalu nyantai kali yah....makanya kita banyak nyambungnya Boy. Tapi kalau bisa, tar duluan Nomi yang menikah dari pada kamu ya Boy ! hanya itu pesanku ama dia kalau sudah bahas masalah yang satu ini. Biasanya dia jawab..napa, kerana perempuan ya? Hmmm
Walaupun rasa lapar tidak nyelinap juga, tapi mumpung ada turang..makan malam kudu dilakukan kan? dan kita memilih makan di cisangkui, makan seafood dan asli aku kekenyangan banget. Udang goreng saos mentega dan kakap goreng saos tiram yang menjadi santapan kami. Dan bener2 aku sampai malas pulang. .tapi gak mungkin gak pulang kan?

Malam itu aku istirahat dan mungkin aku terbangun sampai lima kali malam itu. Aku terbangun, tertidur dan terbangun lagi. Aku mencoba menikmati istirahat itu disela-sela mengingat semua yang ingin aku pikirkan. Banyak hal yang memenuhi hati dan pikiranku dan aku tidak tahu aku harus melabuhkannya kemana. Aku tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi, mungkinkah karena tadi malam sebelum jatuh tertidur aku lupa berdoa. Ya..aku lupa berdoa walaupun aku juga berpikir untuk berdoa. Atau aku sudah menjadi seseorang yang hidupnya hanya dipenuhi teori tanpa mampu melaksanakannya sebagai satu kehidupan yang sesungguhnya. Teori itu sering tidak nyata dalam kehidupan, dia hanya merupakan teriakan dari bibir tanpa berasal dari kedalaman hati. Belum cukupkah waktu yang aku gunakan memperaktekkan teori itu dalam lab? dan sudah saatnya mewujudkannya dalam kehidupan ini ?

Aku belum tahu..dan aku ingin Engkau yang menolongku untuk mengetahuinya dan memberi hikmat dalam memahami misteri dari semua proses kehidupan ini. Melalui semua ini, aku hanya ingin semakin dekat denganMu.