Tuesday, August 30, 2005

foto2 tangkuban perahu






foto diatas kita lagi mau mendaki tanjakan menuju hutan yang ada diatas dan meninggakan daerah perbatasan kawah ratu dan kawah upas yang tandus...padahal hutannya juga bukan kayak hutan raya gitu yang pohonnya tinggi2. Tapi ada juga bagian yang pohonnya tinggi2 dan tanahnya gak tandus tapi gembur dan berhumus.

ini foto2 perjalan yang kami lakukan 17 agustus kemarin...kayaknya berantakan banget ya.. nama2 adik2 yang menolong kami melalui perjalanan ini adalah???mudah2an aku masih ingat.

David, Riswan, Cardo, Noveir, Hendra dan SULU...bener kan

YAng pasti perjalaan yang menyenangkan...tapi foto2 itu berantakan kali yah...besoklah aku benerin :D



foto2 sisi lain hidup

foto-foto diatas aku ambil ketika anggota web permata dan milis sedang mengadakan gathering yang pertama di Kebun Raya Bogor. Foto ini adalah kesibukan yang terjadi di sekitar kolam teratai yang menjadi sisi lain keindahan gathering tersebut bagiku.



foto-foto ini aku bidik sabtu sore 22 Agustus kemarin di Ancol...menyenangkan sekali an aku senang banget bisa menikmati sore itu...sebagian poto2 itu aku ambil dari atas gondola yang sedang kami naiki...

Seminggu yang lalu aku sibuk baget NSOP dan juga kuliah intensif...dan senangnya semua sudah bisa dilalui. Besok aku dah ke medan...cuti 6 hari dan total liburan bisa 11 hari.. Hmmm malam ini aku harus mengemasi semua barang2ku untuk keperluan di Samosir dan Kabanjahe. YAng pasti aku sudah beli dua rol film dan stick memory 128 Mega..habis stick memory yang lalu format error dan aku gak punya memory yang besar untuk mengambil foto.

Senangnya...aku akan menikmati semua liburan ini dan akan berusaha mengisinya dengan semua kegiatan yang memberi warna hidup yang indah.

Selamat berKAMP Nom !!! hehehehe


Thursday, August 25, 2005

Start 5 finish 11 **lanjutan


Perjalan semakin asik…dan semakin menanjak pula. Kami harus berhenti setelah berjuang melalui satu tanjakan dan bau belerang yang semakin menyengat membuat tidak segar untuk bernafas. Merry semakin pucat dan mengalami mual dan seperti ingin muntah. Mbak dina yang lengkap dengan obat-obatan dan makanan membagi mylanta ke Merry karena mungkin lambungnya bermasalah sehingga mau muntah gitu. Aku hanya bisa memberi komentar ke Merry, supaya kalau sekali lagi kita jalan seperti ini sebaiknya abangnya Tamsir diikut sertakan saja. Soale gak kebayang kalau Merry gak bisa melanjutkan perjalanan, siapa yang akan bertanggung jawab…dan sudah seharusnya Tamsir ada untuk hal-hal beginikan? Dan obat pemberian mbak Dina ternyata sangat menolong dan perjalanan dilanjutkan lagi.

Jalanan semakin lembut dan lembab, kaki kami sudah meninggalkan bukit bebatuan dan aku sangat merasakan lembabnya tanah karena berjalan dengan sendal jepit masuk hutan. Wah..beberapa tumbuh bunga-bunga liar dengan kembang yang sedang mekar dan wangi. Aku memetik dua tangkai bunga dengan kembang yang bertumbuk dan kelopak berwarna putih, wanginya sangat khas...kata Vera seperti bunga Sedap malam, tapi kata MErry seperti bunga kuburan. Semua benar, dan aku juga senang dengan wangi bunga itu karena menambah bau yang berbeda diudara sekitar hidungku selain bau belerang. Kemudian ada juga bunga anggrek liar yang berwarna orange, aku memetik tiga tangkai dengan tangkai panjang dan kuncup-kuncupnya yang berbaris sepanjang tangkai bunga itu dengan rapi, yang mekar dibawah dan terus kepucuk semakin kuncup. Perjalanan di hutan yang lembab itu semakin kedalam, banyak dahan pohon yang menghalangi jalan kami dan ternyata kami semakin jauh dari parkir tangkuban yang menjadi tujuan kami.

Kami ketemu warung dan bertanya arah parkir, ternyata kami tersesat dan kami istirahat dulu, warung yang di pinggir hutan itu menjual minuman kopi, teh manis, juga buah-buahan yang sudah dipotong2. Aku makan nenas, dan rasanya sangat segar dan siap melanjutkan perjalanan menuju parkir.

KEmbali ke jalan yang tadi sudah kami lewati dan akhirnya sampai di pinggir kawah. Kawah terlihat sangat indah dengan kabut yang sedang turun ke dasar kawah dengan gerakan yang lembut.

Akhirnya kami sampai juga di parkir dan foto2 dulu dengan adik2 yang sudah menemani perjalanan kami dan berpisah dengan mereka. KAmi berlima melanjutkan perjalanan ke Sari Ater, pemandian air panas yang terdapat di Ciater.

Sari Ater pada hari liburan itu penuh dengan lautan manusia. Sungai-sungai dengan air panas dan kolam serta semua pemandian yang ada, penuh orang dan berjalan saja sepertinya berdesak-desakan. Akhirnya kami dapat tempat di pinggir kolam dan duduk sambil merendam kaki kami yang pegel di air kolam yang hangat dan sedikit panas itu. Terasa kehangatan air itu mulai menyegarkan kaki yang pegel, dan juga membuat cape-cape mulai hilang. Huhhh akan sangat lebih enak lagi kalau bisa berendam seluruh badan saat itu, tapi enggak mungkin banget karena kami gak bawa pakaian ganti.

Sejam sudah berendam sambil mengamati kesibukan orang banyak di pinggir kolam dan juga di air terjun yang kecil itu. Semuanya sangat menyenangkan dan kelelahan sepertinya sudah menguap sebagian dari badan dan kami keluar dari kolam dengan senangnya, soale sudah diambil beberapa photo di kolam itu..hehehe.

Menuju bandung dengan cuaca yang diselimuti kabut dan hujan gerimis yang memberikan simfoni lembut yang melelapkan dan memberatkan mata untuk dibuka. Akhirnya dalam perjalanan pulang itu, aku terlelap dan gak sadar kalau sudah sampai di Lembang. Hmmm gak terasa aku harus bangun, karena pindah angkutan dan kaget melihat VEra yang sedang emosi menghadapi supir angkot yang membawa kabur kembalian ongkos kami. Hmmm, sabar ya bu Vera, kita doakan biar mereka di beri rejeki yang melimpah biar gak bawa kabur uang penumpang lagi.

Hmmm...liburan 17 Agustus yang menyenangkan dan cukup memberi kesegaran untuk kembali ke rutinitas hidup. Yang pasti aku sangat senang bisa melakukan perjalanan itu dengan kalian my prens...thx ya Vera, mb Dina, Merry dan adikku Karin, juga adik2 yang menyertai kita yang bisa dikenal karena perjalanan ini, kalian menyertai perjalanan kami bukan kebetulan. TAnpa kalian, kami sudah mundur sejak awal melakukan perjalanan ini, apalagi ketika ada mendaki dan menurun...terima kasih untuk uluran tangan kalian. Walaupun DAvid sudah meminta aku membuang bunga2 yang ku pegang karena merepotkan untuk menolongku dengan tangan menggenggam bunga. Mudah-mudahan tahun ini kita bisa melakukan perjalanan seperti ini sekali lagi. Aku bersyukur banget memiliki kalian menjadi rekan-rekan sekerjaku...kalian mewarnai sebagian perjalanan hidupku.

Alam yang indah yang Tuhan sudah jadikan begitu mengagumkan. Persahabatan yang Tuhan anugerahkan kepadaku membuatku mengagumiNya, karena Dia adalah sahabat terbaik dalam hidup ini. YAng selalu memegang tanganku dalam menjalani pertualangan yang seru di kehidupan ini. Aku bersykur karena alam yang indah itu dan aku menyadari bahwa diri manusia jauh lebih berharga dari itu semua di mata Tuhan. Dia mengatakan kita adalah biji mataNya, dan semua alam ini ada untuk kebaikan hidup manusia.

Semua yang dilihat dalam perjalanan ini menyatakan betapa Allah dekat banget dengan kita, dan Dia mau kehidupan kita ini indah dan menjadi berkat bagi banyak orang. Sebagaimana perjalanan ini menjadi berkat dan keindahan alam ini juga memulihkan kekuatan dalam diri untuk menjadi lebih berarti.

Di atas segalanya, Dia yang memberi arti hidup inilah..yang paling penting, dan Dia yang memimpin perjalanan ini adalah yang utama.

Thursday, August 18, 2005

Start 5 finish 11

Dinginnya angin yang menyapa kulit sepertinya sudah berlalu setelah kami melewati hutan dengan jalan berbatu-batu dibelakang. Sekarang hamparan tanah berbatuan dan mirip seperti pasir terhampar di hadapan kami. Bau belerang yang diibawa angin semakin menusuk saja. Langit yang sedikit mendung tidak menghalangi rasa panas yang dipantulkan dari pasir yang kami injak dan panasnya terasa menyengat kulit. Kami berdiri di antara kawah “Ratu” dan kawah “Upas”, dan mengambil posisi mantap untuk mengabadikan gambar kami di pinggir kawah Upas yang sudah tidak aktif lagi. “Hati-hati ito..jangan terlalau kepinggir, gemeteran kami ngeliat kalian terlalu kepinggir kawah itu !” “Kalau kalian gemeteran, pegangan aja lagi..susah amat. Bisa minta tolong gak ambil foto kami berlima disini”. Seorang cowo Batak yang bernama David datang mendekati kami, mengambil kamera dan mengabadikan kami berlima di pinggir kawah tersebut.
“Makasih ya !. Akhirnya kita memiliki foto berlima, soale dari tadi selalu ada seorang yang dijadikan tumbal dan gak bisa ikutan di foto karena kita enggak bawa tripod dan tidak bisa mengatur waktu kamera mengambil gambar. Kami sudah mengelilingi setengah dari pinggir kawah Ratu dan siap melanjutkan perjalanan sampai satu putaran penuh.
Selama tinggal di Bandung, sudah lebih lima kali aku ke Tangkuban Perahu, tapi jujur hari itu adalah kunjungan yang paling menarik dan penuh hal-hal yang menyenangkan. Kebersamaan dan kebodohan bersama yang terjadi yang selalu membuat tertawa kami pecah. Juga banyaknya ide yang tiba-tiba yang ingin kami lakukan dan karena kami saling mendukung sehingga tidak perlu waktu lama mengambil keputusan membuat perjalanan semakin menyenangkan.
Ide untuk hiking ini sudah dibahas ketika makan siang kemarin bersama teman kantor. Setelah makan siang, kantuk menyerang dan semangat sudah pudar dan saat itu aku memang gak janji bisa ikutan. Sore itu, pulang duluan dari kantor, ketika akan absen pulang dan melewati ruang mbak Dina... ternyata semangat kembali membara..dan dimulai lagi diskusi kecl di dekat ruangan mbak Dina. Saat itu belum jelas juga rute hiking yang akan diadakan. Karena buru2, aku hanya minta supaya hasil diskusi itu di sms saja, dan aku pasti ikutan.
Pagi2 sudah di sms oleh mbak Dina, hikingnya jadi dan ngumpul di ITHB jam 06.30. Aku telat datang setengah jam..dan ketika bergabung dengan yang lain, kita langsung berangkat. "Kita hanya berempat?" tanyaku. "Yoi, tapi kita tetap jalan kan?" "Kemana kita hiking?"
"Ngajak adikku yuk !" Ajakku ama yang lain, dan kami langsung meluncur ke Cipaganti. Adikku Karin kami suruh menyusul kami ke RM. Ayam Goreng Suharti yang ada di Cipaganti, sementara itu, aku dan Merry sarapan nasi kuning dulu. Setelah menghabiskan nasi kuning dan tempe serta bumbu2 yang lain kayaknya kekuatan kita sudah cukup untuk jalan, dan film juga sudah dipasang ke dalam kamera.

Dalam angkutan menuju Lembang, sangat kencang angin yang masuk ke dalam mobil. Pintunya tidak ditutup, dan aku liat kulit tangan Merry sudah seperti kulit ayam yang di siram air panas. Kami berlima memang numpuk disekitar pintu masuk, karena waktu kami naik angkutan itu langsung penuh dan siap berangkat. Perjalanan sangat menyenangkan dan kami semakin jauh dari kota Bandung yang panas dan macet di mana-mana. Penjual Sate Kelinci, penjual buah-buahan dan juga penjual bunga-bungaan sudah menyambut kedatangan kami di wilayah Lembang. Mirip kayak jalan-jalan di Berastagi ya..kata Vera. Apalagi ketika sampai Lembang dan langsung belok ke kiri menuju Tangkuban Perahu. Tanah pertanian yang terurus dengan baik terhampar di kiri dan kanan jalan. Jalanan yang menurun dan membuat jantung berpacu dengan cepat memompa semangat kami untuk segera sampai dan mulai melakukan perjalanan. Melalui jalan yang berbelok, kami melihat parkiran di Tangkuban Perahu yang sangat indah terlihat dari jauh, seperti ular berkelok yang sebagian hilang dan kemudian muncul lagi di pandangan kami..dan pagi itu belum banyak mobil yang mengisi parkiran.
Jam 08.35, kami mulai berjalan dan sesekali kalau ketemu sudut-sudut pemandangan yang indah kami foto-foto dulu. Tidak lupa kami mengomentari goreng pisang yang segede gaban yang kayaknya kalau lapar beli satu buah saja sudah kenyang. Kami terus berjalan, dan mulai masuk hutan dan terus berjalan di atas batu-batu yang sangat tajam mungkin sekali karena jarang dilewati.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.15 ketika kami sudah sampai di perbatasan kawah Ratu dan kawah Upas dan David mengambil foto kami berlima disana. David adalah anggota dari rombongan yang juga sedang melakukan hiking di tempat itu. Mereka ada berenam, mereka masih mahasiswa dan tinggal di Bandung juga. Lima kuliah di Unpad, dan seorang kuliah di Management UI. Mereka sudah sejak jam 00.00 tadi melakukan perjalanan dari Jaya Giri, dan sampai saat itu mereka belum tidur dan sedang beristirahat. Kami melanjutkan perjalanan dan meninggalkan anak-anak itu menatap ke dasar kawah Upas dengan pikiran masing-masing tanpa pembicaraan yang terdengar...atau mungkin sedikit terngantuk-ngantuk dan mungkin sampai tertidur dalam posisi duduk.
Perjalanan masih panjang dan di depan itu kelihatan kalau jalan akan mendaki dan terus sampai ke puncak tebing itu sudah terlihat hijaunya pohon-pohon yang akan kami lalui. Tidak ada kepastian saat itu apakah kami akan sukses melalui hutan di atas sana atau tidak.
Ketika kami melihat ada orang yang berjalan di atas sana, kami sangat bersemangat dan berteriak kalau di sana ada tanda-tanda kehidupan dan memang itu jalan yang harus dilalui.


Kami mendaki tebing itu dan mulai ketemu pohon2 yang tidak terlalu tinggi, tetapi cukup memberi kenyamanan untuk berteduh. Kami berteduh dan mulai mengeluarkan bekal kami dan saling membagi dan ambil posisi duduk di bawah pohon di pinggir kawah Ratu. Setelah makanan habis setengahnya, kelompok mahasiswa yang tadi kami tinggalkan sudah menyusul kami dan kami membagi makanan yang masih sisa..dan kemudian kami bersama-sama melanjutkan perjalanan masuk hutan. Kelompok kami membesar dan kini sudah 11 orang.

Besok aku lanjutkan lagi cerita perjalanan ini ya, yang pasti kami sangat bergembira dan sampai di bandung jam 17.45.

Wednesday, August 17, 2005

Nikmat Kemerdekaan

Sudah beberapa hari ini, gang menuju rumah kami berhiaskan jalinan bendera-bendera yang bergantungan di udara sepanjang gang itu. Semua dekorasi ini adalah sebagai ungkapan semangat yang masih membara pada semua hati penduduk akan kemerdekaan yang sudah 60 tahun ini. Enam puluh tahun bukan waktu yang sedikit.

Kalau itu umur manusia, maka usia 60 tahun berarti sudah penuh dengan pengalaman hidup yang membuatnya menjadi orang tua yang bijak yang semakin berhikmat untuk melihat kehidupan kedepan dan menjadi penasihat bagi yang muda. Sisa perjalanan hidupnya bukan lagi seputar perjuangan mencari sesuap nasi atau pengalaman hidup tetapi adalah membagikan pengalaman kepada yang muda dan nilai-nilai hidup yang diharapkan dapat menolong anak cucunya untuk menjalani hidup lebih baik dari padanya ketika melewati usia yang sama.

Selain dekorasi merah putih yang bergantungan di udara, berbagai perlombaan antar RT juga sudah dipersiapkan. Terasa sekali di udara yang lembut kalau semangat tujuh belasan ini memasuki darah semua orang dan menjadikan masyarakat memeriahkan tujuh belasan dengan sebaiknya dan semeriahnya. Panjat pinang, balap karung, volly putra dan putri, dan banyak lagi yang dilakukan untuk memeriahkan kemerdekaan ini.

Tapi apakah semangat kemerdekaan ini akan berhenti setelah licinnya pohon pinang sudah bisa diatasi dan hadiah-hadiah sudah dibagikan? Tanggal 18 mungkin masih menarik untuk membahas rangkaian acara memperingati hari kemerdekaan ini, tetapi bagaimana dengan tanggal 19 Agustus, masihkah kita ingat untuk bercerita mengenai dua hari yang lalu? Berapa lamakah semangat kemerdekaan ini akan terpancar melalui mata dan senyum orang-orang yang tadinya sangat sibuk menghias gang-gang dengan bendera2 kecil yang memenuhi udara?

Kemerdekaan ini sudah 60 tahun, tapi apakah kita sudah beranjak ke arah yang lebih baik? Jangan-jangan kita masih berada di tempat dan mutar-mutar di situ-situ saja selama ini. Nenek moyang kita berjuang untuk kemerdekaan ini dengan mengorbankan harta benda, darah dan nyawa. Satu yang mereka harapkan adalah bangsa ini merdeka, lepas dari penjajah dan bisa memberi warisan kemerdekaan untuk anak cucu mereka. Banyak nenek moyang kita yang meninggal ketika mengungsi, karena mereka tidak mau tunduk kepada penjajah dan mereka menyatakan perlawanan mereka. BAnyak juga yang mati dalam peperangan yang mungkin sangat tidak seimbang. Melalui buku2 sejarah, kita sudah tahu bagaimana nenek moyang kita melawan penjajah dengan bambu runcing. Bukankah itu semangat yang melebihi apapun dan itu telah melahirkan kemerdekaan ini.

Kalau pejuang-pejuang yang sudah mati-matian untuk negeri tercinta ini dengan harapan anak cucu mereka akan hidup lebih baik dari mereka. Apakah harapan nenek moyang itu sudah diwujudkan oleh bangsa ini. Apakah kehidupan kita lebih baik dari nenek moyang kita? Mungkin situasinya memang berbeda dan zamannya seakan lebih baik karena tidak ada perang yang terang2an dan pengungsian yang meminta korban jiwa. Tapi kehidupan yang ada apakah berbeda? Yang jelas "kualitas manusia" yang ada saat perjuangan dulu sangat berbeda dengan yang ada pada era ini.

Mungkin gak sih nenek moyang kita menangis karena kemerdekaan yang sudah mereka perjuangkan ternyata kita isi dengan banyak hal yang tidak jelas dan transparan. Begitu lama bangsa ini terlena dengan kekayaan alam dan bantuan luar negeri yang akhirnya memperbudak kita saat ini. Kita sangat mengandalkan kekayaan alam yang bisa habis ini dan tidak pernah memperhatikan "kualitas manusia" dan arah pendidikan selama ini juga tidak tahu kemana, karena lulusan kita bisa dibilang tidak siap pakai.

Minyak yang banyak terdapat dalam bumi Indonesia ini juga sangat kita tidak pahami karena untuk memperolehnya sangat sukit dan rakyat menjerit karenanya. Masih banyak lagi dimana kenyataan yang ada sangat bertentangan dengan logika di negara ini. BAngsa yang beragama tapi sering bertindak melebihi orang yang beragama. Bangsa yang merupakan nomor satu dalam hal perkebunan kelapa sawit, karet, pala, lada dan banyak lagi...tapi rakyatnya sering tidak mampu memberi hasil bumi itu dan hanya membeli kualitas yang paling jelek. Hutan kita sangat luas tapi meubel kita banyak sekali "made in china". Laut kita lebih luas dari daratan, tapi kita masih mendatangkan ikan dari negeri lain. Banyak yang membingungkan dalam mengisi kemerdekaan ini.

Kita juga tidak boleh menutup mata kalau kemerdekaan ini juga memberi banyak kemudahan bagi kita generasu muda ini. Kita mudah menjangkau semua wilayah indonesia ini, saya sebagai putri Karo tidak harus tinggal di Sumatera Utara sana, tapi melanjutkan hidup di pulau Jawa ini juga hal yang mudah karena kita sudah merdeka dan tidak ada yang perlu ditakuti. KArena negara memberikan kemanan. Pembangunan semakin pesat walaupun masih belum merata di seluruh negeri ini, dan mudah-mudahan mulai menjalar ke pulau-pulau yang lain. Banyak kampus berdiri untuk mencerdaskan ehdiupan bangsa, tapi sering sekali sangat disayangkan akibat lain yang ditimbulkan yaitu semakin lebarnya jarak kaum intelektual dan penduduk yang belum mengecap pendidikan di negeri ini. Muda-mudahan semakin banyak yang sudah berpendidikan menolong rakyat indonesia untuk bisa membaca tulis dan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Perdagangan yang lebih global menjadikan sekumpulan orang kaya yang sangat kaya dan juga sekelompok orang yang semakin miskin yang tergilas oleh kemajuan dan hanya bisa menjalani hidup sehari ke sehari tanpa tempat berteduh yang pasti. Anak jalanan, pemulung, dan juga pengemis semakin banyak. Kemajuan kotas besar sangat menggiurkan untuk didatangi sehingga urbanisasi masih terjadi besar-besaran dan penduduk desa tinggal yang tua-tua saja. Hal ini mengakibatkan tidak menariknya kehidupan desa, karena SDMnya habis disedot kota.

Itulah sebagian yang terjadi di dalam Indonesia yang merdeka ini. Aku bersyukur hidup di era ini, karena memang ini yang lebih baik untukku. Tapi satu yang ingin aku tanyakan, pernahkah aku berpikir mengenai perjuangan yang sangat mahal yang sudah dikorbankan oleh nenek moyang kita. Yang tidak perlu dibalas kepada mereka, yang mereka inginkan adalah kita memenuhi cita-cita mereka yaitu warisan masa depan untuk anak cucu mereka. Kemerdekaan ini adalah warisan yang sangat berharga dan sering kita tidak menghargainya. Pejuang kita ingin kehidupan kita lebih baik dari mereka, tapi kita tidak mau berjuang untuk kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiripun. Kemerdekaan yang diwariskan ini sangat berharga, darah. harta dan nyawa adalah bayarannya.

Bekerja keras, belajar keras dan menjadi manusia yang bermoral mungkin akan memberikan sedikit titik terang akan mewujudkan harapan nenek moyang kita ini. Kemerdekaan ini kalau tidak terus diperjuangkan sebenarnya sama saja dengan kehidupan saat-saat bangsa ini dijajah, hanya saja dalam bentuk yang berbeda.


Monday, August 15, 2005

Waktu liburan sudah berakhir

Sudah beberapa hari ini aku jauh dari internet (sebenarnya masih dua hari sih...), sabtu-minggu kemarin. Sekarang pengen nulis tapi gak ada topik yang bisa diuraikan dengan baik. Banyak hal yang ada dipikiran, tapi belum ada yang bisa dituangkan untuk mengisi blog ini. Tapi bagaimanapun, aku ingin belajar menulis dalam kebuntuan dan juga dalam keadaan semua meminta perhatian untuk dipertimbangkan.

Hari ini, awal minggu yang baru..dan aku mendapati diriku memasukinya dengan penuh semangat. Hmm..aku memiliki sedikit waktu saja untuk menyelesaikan beberapa kerjaan yang sudah aku komitmenkan untuk diselesaikan. Liburan ini terasa sangat singkat...dan besok aku harus perwalian. Setelah itu aku harus mulai menceburkan diri dengan rutinitas yang akan memenjarakan aku untuk beberapa bulan dan aku tahu itu adalah untuk kebaikanku.

Minggu kemarin, aku sangat menghabiskannya dengan sepuasnya dengan teman-teman kantor. KArena nanti sudah tidak mungkin lagi karena pulang kantor aku tidak bisa bergabung dengan mereka. Senin kami habiskan sampai malam setelah pulang kantor karokean di gedung ABG dekat hotel Horison di jalan Peta. Selasa, nonton Gie ama mbak Dina di BIP dan nyampe rumah sudah jam 21.30. Kamis Bibik2ku ke Bandung dan nyuruh aku dan adik2ku datang ke rumah bapak tengah Ripin. Pulang kerja dan menunggu adik2 (corah dan samuel) datang..dan kami bertiga menuju rumah bapak tengah. Disana, kita manggang B1 dan krena gak mau nginap (besoknya harus kerja) maka diantar pulang jam 23.40. Jumat, makan siang jauh-jauh ke Partoguan ama Mabk Dina dan Pak Tunggul, karena memang kita ada acara di Pusdiklat Telkom. Jam 16.00 kita hang out di ciwalk rame-rame, ada cecil, merry, mara, mb dina, ivan, p.tunggul, roy dan aku...bubar dari ciwalk, aku telat sampai diacara Mahanaim ada diskusi. Hmm..aku menikmati keterlambatan itu dan selesai pertemuan mahanaim, kami lanjut makan-minum di kafe tenda yang ada di Cilaki. Dua mobil kita penuh dengan bibir cerewet sibuk cerita dan mengunyah..hmmm, malam itu berakhir dengan tidur yang sangat lelap karena seharian rasanya capek banget.

Sabtu bangun sudah siang, aku belanja ama adikku..dan menikmati liburan dengan masak di rumah. Gak terasa jam 14.00 ada acara evaluasi Permata dan aku terlambat juga bergabung dengan yang lain. Sudah telat tapi pulangnya aku harus pamit duluan karena ada teman yang merayakan syukuran ulang tahun mulai jam 18.00. Aku yang mencoba on-time dan merasa terlambat sedikit, ternyata datang kecepetan. Soale acaranya ngaret mulai jam 18.45...ulang tahun yang menyenangkan dan aku sangat diberkati bisa berada ditengah-tengah acara ucapan syukur itu.

Minggu kemarin tidak berda dengan minggu2 biasanya, aku terburu2 ke gereja dan dalam keterlambatan masih sempat menyalami beberapa orang di halaman gereja. dan bener kan? sulit nyari bangku karena kebaktian sudah mulai. Aku usahakan mencari kedalam, dan malas banget kalau akhirnya duduk di tangga...dan Puji TUHAN, ada yang kosong dan aku bisa duduk. Selesai kebaktian aku berubah jadi "loper koran" karena harus menyebarkan "Sora Mido" yang sudah terlambat dua minggu untuk dibagi. Jam 13.00 lanjut dengan mengikuti pertemuan pengurus mahanaim (aku bukan pengurus)..selesai itu ikut bergabung dengan PA Gabungan Permata. Dan senangnya di PA berkenalan dengan Noel Sembiring, yang sedang melanjutkan kuliah MM di Unpad dan itu baru pertama sekali dia ke PA...dan sukses di ajak bergabung dengan Mahanaim.

Bubar PA, mahanaim melanjutkan acara di BMK jl. Riau, karena ada dua orang teman yang ultah dan traktirannya disana..Noel yang baru bergabung juga langsung diajak, dan Puji Tuhan dia mau bergabung. Selamat ulang tahun Saras dan Sri, panjang umur dan sukses selalu untuk kalian ya...Dibata simasu-masu kegeluhen kena duana..Amin!!

Hari ini, masuk kantor dengan semangat yang sudah berkobar dan masih aja terlambat. Helen sudah nelpon ke rumah, dan teriak kalau rapat mulai jam 09.00 pagi ini. Glek!! sudah jam 09.01 dan aku masih mau jalan, seperti biasa dengan yakin kalau yang lain juga pada telat aku menuju kantor dan langsung mauk ruang rapat. Jam 13.00 Pak Alamta masuk ke ruanganku dan bilang kalau hari ini dan ja ini kita rapat sesuai dengan kesepakatan minggu lalu. Upps...sori pak, lupa dan jujur, saya pikir Selasa, dan ternyata kesepakatan selasa kerain kalau bakal dimajukan ke senin u minggu ini. Hari ini hanya dipenuhi dengan rapat sampai sore. Yah..list tugas yang harus diselesaikan dari hasil rapat sudah jelas. dan aku tadi menjanjikan kalau tugas2ku akan aku selesaikan hari Jumat..mengingat aku akan cuti setelahnya untuk meregangkan otak dan otot dulu dan balik ke Kabanjahe sekitarnya selama sebelas hari.

Hmm..aku tahu aku memang butuh liburan diluar Sabtu Minggu, untuk bekel menghabiskan tahun ini dengan semua aktivitas yang sudah terpampang dan harus diselesaikan. Tapi setelah ini, aku akan lebih bebas tapi kayaknya dengan tanggung jawab yang makin besar.

Apa pelajaran yang bisa aku ambil dalam minggu kemarin ya?

Banyak sih...tapi kayaknya aku memang sangat menikmati kebersamaan dengan teman-teman.Kebersamaan dengan keluarga dan adik-adik. Walaupun jujur, aku juga sangat menikmati kesendirian yang bisa digunakan untuk membaca dan menulis...dan bener-bener waktu bagiku cepat banget melajunya. Mungkin karena masih menikmati keramean dan kesendirian membuat aku masih tetap semangat dan merasa masih muda. Melihat segala sesuatunya dengan sedikit kritis dan kadang aku merasa menjadi "sedikit aneh" dengan diriku.

Tiga bulan liburan kuliah ini akan berakhir karena besok aku perwalian dan tanggal 22 Agustus mulai kuliah. Hmm memang waktu itu sangat buru2 lalunya, dan aku juga harus belajar sigap menjalani setiap detiknya. Sekarang kayaknya aku harus beranjak dari depan komputer ini dan mulai mengerjakan yang lain..dan belajar untuk tidak menunda-nunda lagi. Apa yang bisa dikerjakan, kerjakanlah Nom...karena tidak akan ada penyesalan dalam diri orang yang menggunakan waktu dengan baik.

:)


Thursday, August 11, 2005

Menjalani Hidup

Terkadang ingin rasanya seperti burung bebas
Yang bisa terbang kemana dia mau
Melanglang buana mencari arti diri
Mengikuti arah angin
mengepakkan sayap mencapai tujuan

Saat ini yang aku dapati..
aku seperti pohon dan tidak bisa kemana-mana
Akarku semakin kuat dan dalam
Semakin kokoh dan tegak
menantang angin yang menerpa kehidupan

Aku terdiam dan merenung..
Mencoba mendengar suara jiwa yang kian redup
Mencari kehidupan yang berarti
Menjadi seperti pohon
Menjadi seperti burung
Tidak ada yang lebih baik, semua sama saja

Semua punya jalannya masing-masing
Dan aku juga akan menjalani jalanku
Mewarnai setiap langkah yang dilalui
Sehingga kehidupan ini semakin indah
Penuh kilauan warna dan makna

Wednesday, August 10, 2005

Harta Karun Ada Dalam Diri

Ingin sekali rasanya bekerja di industri telekomunikasi sejak dulu. Mungkin karena kuliah di STTTelkom dan sangat dekat dengan dunia telekomunikasi. Ketika camp nasional mahasiswa tahun 2000 yang diadakan oleh Perkantas di Kinasih Bogor, aku berdoa untuk bekerja di Indosat. Mengingat pengalaman KP di Indosat Medan tahun 1999, dan seakan2 ada jaminan masa depan yang cerah dengan bekerja di perusahaan tersebut. Setelah mengikuti tes masuk Indosat, ternyata aku gagal…dan jalan untuk masa depan yang cerah itu bukan melalui Indosat pikirku.

Kemudian meneruskan perjalanan hidup dengan pontang-panting di dunia pendidikan. Aku belajar, kalau dulu ada pemikiran bahwa kalau aku punya uang yang berlebih maka aku bisa menjadi donatur untuk pekerjaan-pekerjaan pelayanan. Perjalanan mengubah konsep itu ketika aku sadar bahwa Tuhan tidak terlalu menginginkan uang yang aku punya, Dia sangat menginginkan hidupku sepenuhnya. Aku belajar melayani DIA melalui semua yang aku lakukan dalam keseharian dan aku sadari kalau aku selalu gagal..dan bahkan sangat mengecewakanNya. Aku cepat marah dengan kondisi kerjaan yang bagiku sangat menyebalkan, seperti buat laporan dan ngurusi lampiran-lampiran borang yang menjemukan itu.

Aku teringat Sabtu dua Minggu lalu, aku menghadiri acara anak2 Nav dikantor Navigator mengadakan seminar SHAPE hari Sabtu-Minggu. Ketika masuk ke sesi “keinginan-keinginan hati” maka diajukan pertanyaan kenapa mereka dulu memilih kuliah di ITB. Jawaban bervariasi sekali, mulai dari adanya jaminan kerja kalau lulus dari ITB. Ada juga yang menjawab kalau lulusan ITB masa depan cerah, ada juga yang gak tahu alasan yang pasti tetapi pengen masuk ITB saja. Banyak alasan orang melanjutkan study ke perguruan tinggi, dan yang paling utama pasti untuk kehidupan yang lebih baik.

Sekarang ini industri Telekomunikasi dan IT sangat berkembang dan orang banyak berbondong-bondong melanjutkan study di bidang tersebut. Dan sepuluh orang kaya di dunia adalah orang-orang di bidang IT dan Telekomunikasi. Mungkin setiap hari lahir orang kaya baru di Silicon Valley. Sepertinya ada harta karun di bidang IT, yang semua orang mau meraihnya. Orang yang jago IT dapat bekerja dibanyak industri dan ada tawaran gaji yang sangat menarik. Saat ini kalau bisa Java, Oracle, Cisco, dll maka kesempatan bekerja terbuka bukan hanya di Indonesia tetapi negara-negara asing juga memberikan banyak kesempatan dengan gaji dollar.

Banyak orang yang berpikir, setelah lulus SMU akan mencoba masuk ke PT yang terbaik di negeri ini dan setelah lulus akan bekerja di perusahaan X, Y atau Z dengan gaji sekitar XY juta. Tawaran teknologi informasi memang semakin luas dan akan terus berkembang. Semua orang mengembangkan diri dengan kemampuan wirausaha dan managemen sehingga berpikir sekalipun tidak jago IT mungkin bisa memperkerjakan orang-orang IT dan semua ini akan berakhir di perhitungan finansial. Buku Robert. T. Kiyosaky laris manis dan mendorong semua orang untuk lebih maju dan berpikir untuk investasi. Buku enterpreneur, managemen, buku kepemimpinan dan kiat sukses semakin semarak di toko buku. Semua orang ingin maju dan menemukan harta karun yang bisa diperoleh di industri-industri yang menguasai dunia.

Perjalan hidup yang masih sejengkal dan evaluasi yang dilakukan berdasarkan data yang sangat sedikit dan lebih banyak berat ke masalah pergulatan hati dan aku sering menyebutnya dengan kalimat “pencarian kehidupan yang berarti”. Aku merasakan bahwa harta karun itu tidak ada di industri X, Y atau Z. Harta karun yang ingin aku cari itu ada dalam diriku sendiri. Harta Karun yang menurutku akan membuat aku bersorak-sorai ketika aku menemukannya, sebenarnya tidak berada diluar diriku. Harta karun itu ada dalam diriku, dan aku ingin terus menggalinya. Sekalipun aku tidak bekerja di Indosat seperti yang aku cita-citakan dulu, aku tetap yakin akan masa depan yang cerah dan kemampuan diri yang akan semakin berkembang bersama Tuhan dalam hidup ini. Kepribadian yang diperbaharui dari hari ke hari akan menjadikan kita mengetahui sedikit demi sedikit kekayaan diri yang kita miliki. Perubahan sifat-sifat, kemampuan memahami orang lain dan ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan akan menolong kita belajar bukan hanya sesuatu yang berhubungan dengan telekomunikasi atau masalah teknologi informasi tapi lebih dari itu belajar menggali harta karun yang ada dalam diri.

Sekalipun dilempar untuk bekerja di tempat yang terasing tanpa kemajuan teknologi maka orang yang menemukan harta karun dalam diri akan mampu tetap bahagia dan memajukan tempat dimana ia berada. Menggali harta karun yang terdapat dalam diri itu hanya bisa berhasil ketika kita mulai bercermin ke atas dan ke sekitar kita. Semakin kita memandang ke atas dan kesekitar kita maka kita akan semakin dalam menggali diri kita. Dan sebaliknya berlaku, semakin kita hanya memfokuskan pada diri kita maka sebenarnya kita tidak menggali apa-apa dan hanya memiliki pengenalan diri yang sangat dangkal. Amsal menyuruh kita mendapatkan hikmat karena itu lebih berharga dari apapun. Belajar itu harus dilakukan seumur hidup, walaupun kita tidak belajar secara formal tetapi kehidupan ini adalah pembelajaran yang selalu harus kita ambil makna dibalik semua perjalannya. Optimis akan hidup dan semakin hidup dalam pengharapan akan menjadikan kita bukan orang-orang yang cepat menyerah.

Kehidupan ini seperti misteri yang tidak pernah bisa diselami, sedikit demi sedikit tersingkap dan masih banyak yang belum dipahami. Menggali harta karun dalam diri harus dilakukan setaip hari seumur hidup. Bahkan ketika usia ditutup, kemungkinan penggalian harta karun ini tidak juga selesai. Ini kesadaran baru yang seharusnya memberi kekuatan baru dan semangat baru memandang kehidupan. Satu yang saya pegang dan yakini saat ini bahwa orang yang berhasil menemukan harta karun dalam dirinya maka kehidupan akan bersinar. Orang lain akan tertarik dengan kehidupan kita dan juga semua kesuksesan yang didambakan oleh banyak orang pasti mengikuti kita. Sekalipun sering sekali kesuksesan yang didambakan manusia itu adalah sukses yang semu tetapi orang yang menggali harta karun dalam diri adalah orang-orang yang akan berhasil dalam hidupnya dan ini melebihi semua.

Mengapa aku takut akan kehidupan ini. Bukankah aku memiliki Tuhan yang bukan hanya mengetahui batas-batas semesta dan dasar-dasar bumi. Bahkan setiap sel-sel pembentuk diriku juga sangat Dia ketahui. Dia mengenal jiwaku dan juga mengetahui semua jeritan yang kadang keluar dari hati yang terdalam ? Dia akan pelihara aku, Dia akan menyegarkan kembali jiwaku, dan Dia akan membuat harta karun dalam bejana tanah ini semakin bersinar dan berkilauan.

Jumlah rambutkupun aku tidak tahu, tetapi tidak ada yang tersembunyi dalam Dia. Bagi Dia bintang-bintangpun dan pasir di pantai terhitung, aku yang hanya setitik di tengah-tengah alam semesta ini telah Dia sebut sebagai biji mataNya. Mengapa aku masih takut akan kehidupan kedepan?

Mengapa aku masih pusing-pusing berpikir bahwa harta karun ada di perusahaan X, Y, atau Z…dan bekerja di sana akan memberikan masa depan yang penuh harapan. Tuhan, dengan rendah hati, aku ingin berseru bahwa aku ingin menemukan harta karun dalam diriku. Harta karun yang sudah Engkau tetapkan sejak awal. Aku hanya ingin belajar menggantungkan semuanya kepadaMu, dan berikan aku iman Tuhan untuk mempercayai bahwa yang engkau rancangkan itu jauh lebih indah untuk hidupku.



2 Korintus 4:7
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

Monday, August 08, 2005

Enggak sulit membuat bahagia

Senangnya bisa ke Jakarta sampai Senin pagi ini. Melupakan sebentar rutinitas yang sebenarnya sangat menyenangkan di Bandung dan sejak Jumat malam aku dah di Jakarta. Menghadiri pernikahan sepupu, ketemu ama kakak-kakak dan senangnya Minggu sore bisa ke pameran Flora dan Fauna. Menyenangkan sekali melihat bunga-bunga dan buah-buahan yang unik dan menarik dan penuh warna yang bagus-bagus banget. Semua bunga itu seakan memamerkan keindahannya dengan penuh percaya diri. Kekayaan warna yang lembut dan juga variasi bunga yang sangat kaya dengan bentuk keindahan sangat menyenangkan dinikmati menghabiskan sore itu.

"Enggak sulit membuat kita bahagia" ini kalimat yang aku ingat sepanjang mengelilingi pameran, dan kalimat "ayamnya hanya sedikit" yang selalu membuat kita tergelak dalam tawa. Ternyata sambil jalan, kalimat "ayamnya hanya sedikit" adalah hasil nguping ke pembicaraan pengunjung yang lain.

Bayangkan saja, setelah berkeliling, kita semua bergembira dengan semua komentar yang diluncurkan ke semua yang dilihat bahkan komentar "bodoh" ke kerak telur yang menjadi dagangan khas yang tersebar dan digandrungi sebagian pengunjung. Baru kali itu aku makan kerak telur (kasian banget yah...). Beli minum jus Ave 2 botol dan semua itu dibagi berlima juga kerak telurnya 2 dibagi berlima, kami semua dah senang banget...dan muncullah kalimat "gak sulit membuat kita bahagia". Jus Ave adalah jus Aloe Vera (Lidah buaya), bener nulisnya kan? baru kali ini juga aku menum jus tersebut, rasanya dibuat rasa Lechi.

Pagi tadi, mama tengah dah manggil bangunin aku jam 4.45 dan segera mandi dan siap-siap balik ke habitatku biasanya. Jam 5.30 sudah meluncur ke gambir dan senangnya aku langsung dapat omprengan yang siap berangkat ke Bandung. MAkasih ya Boy, dah nganterin aku ke Gambir dan mudah-mudahan gak ngantuk di kantor soale dari Gambir Boy langsung ngantor. Kamu memang sepupu terbaik...:) Muji nih..biar besok masih bisa minta tolong, hehehehe...

Aku senang banget perjalanan tadi pagi ke Bandung, matahari yang baru mulai muncul menjadi pemandangan yang sangat indah. Bola api yang bulat penuh dan belum begitu menyilaukan di tutupi awan tipis yang berarakan membuat mentari pagi ini terlihat semakin cantik saja. Andai aku bawa kamera, pastilah aku tidak melepaskan momen indah pagi tadi. Aku tahu kalau aku hanya bisa menikmati keindahan ini sebentar, jadi aku tidak memalingkan mata dari bola api yang kemerahan dan bercampur warna orens yang berbentuk bulat penuh. Melekat erat pandangan ke bola api ini sebentar lagi tidak bisa aku lakukan. Pohon-pohon tinggi di pinggir jalan tol itu menghalangi aku melihatnya dan kemudian setelah mataku berhadapan dengannya kini dia sudah memancarkan garis-garis cahaya yang mulai sedikit menyilaukan mata yang membuat aku harus memicingkan mata. Aku duduk di pinggir sebelah kiri dalam mobil itu, dan ketika aku menoleh ke dalam, aku melihat semua yang lain sudah terlelap dalam tidur. Hanya pak Supir dan ibu yang duduk di depan yang masih ngobrol dan juga suara radio yang bersenandung dengan indahnya mengawali kesibukan pagi itu.

Keakraban mentari pagi segera sirna dan mulai cahayanya menyengat kulitku. Aku mengeluarkan selendang untuk mengurangi kehangatan mentari pagi yang langsung menerpa kulitku, sekalian juga mengurangi rasa dingnin ditangan kananku dari semburan freon AC yang membuatku menggigil juga. Huhhh...semua jadi serba salah kan? AC kedinginan, mentari pagi segera juga terlalu hangat, yah...membuat semua balance mungkin lebih menyenangkan. Hmmm..gak sulit membuatku bahagia senyumku.

Aku juga tertidur sebentar, dan ketika terbangun ternyata sudah jam 07.03, dan mobil sudah melalui Tol Cipularang, senangnya melihat keadaan kanan kiri jalan tol itu dari dalam mobil. Dan jujur aku tidak mau melewatkan setiap denyutan waktu yang bergerak.
Aku melihat hamparan petak-petak sawah yang berwarna hijau kekuning-kuningan dan juga jauh melepaskan pandangan terlihat gunung-gunung yang masih ditutupi kabut pagi. Aku melihat ke sebelah kanan, masih banyak tanah merah yang siap dijadikan sesuatu yang berbeda. Sebagian tanah merah yang siap diolah untuk pertanian, menanam sesuatu dan akan datang musim panen dari tanaman tersebut. Ada tanah merah yang sepertinya bekas pengerukan tanah dan memang tanahnya diambil khusus untuk menimbun tanah yang berlubang. Ada juga tanah merah yang luas yang dugaanku akan dibuat rest area karena tol itu terlalu panjang sampai Bandung dan tempat istirahatnya belum ada (atau sudah ada dan aku aja yang belum lihat).

Keindahan tol cipularang ini adalah karena dia melalui lembah-lembah dan gunung-gunung sehingga melihat keluar sangat menyegarkan. Apalagi ketika melewati tanjakan dan aku tahu kalau jalan tersebut sangat tinggi, soale ketika aku menoleh ke kiri aku melihat kalau mobil kami sejajar dengan puncak bukit kecil yang terletak dengan tenangnya. Dan di puncak itu sangat indah melihat jalan yang berbelok-belok dan belokannya sepertinya hilang di balik bukit di depan yang di sebelah kanan. Hmmm ketika mobil mulai menanjak, aku tahu kalau kami sedang melalui lembah yang memberikan keindahan tersendiri. Hijaunya daun-daun pohon pisang dan juga tanaman kelapa yang aku tidak melihat ada buahnya sepertinya sangat bersemangat menyambut pagi ini.

Mobil juga akhirnya melalui hamparan kebun teh, yang aku lihat persis di km 106. Uh..kanan dan kiri semua hijau dan sampai sejauh mata memandang aku hanya melihat teh, tapi ini hanya sebentar. Tiang-tiang penerangan jalan di malam hari dan tiang rambu-rambu jalan itu masih dengan licah berlari ke belakang ketika aku memperhatikan sudah sejauh mana perjalanan ini di tempuh. Aku melihat lurus ke depan dan hanya terlihat 7 buah mobil yang juga sedang melaju dengan kecepatan maksimal. Sebentar lagi aku sudah sampai Bandung dan belum juga jam delapan pagi.

Matahari sudah berpindah ke belakang kami dan beberapa saat lagi kami akan memasuki gerbang Pasteur. Atap-atap rumah sudah terlihat menghiasi pemndangan jalan dan kesibukan orang berlalu lalang sudah nampak di atas penyeberangan jalan di atas jalan tol tersebut. Ternyata keluar tolnya memang macet sedikit, di jl Dr Junjunan kami berhenti agak lama, tapi itu tidak mengurangi kegembiraan menyambut pagi ini. Wajar saja sih, karena semua yang berangkat ke kantor sudah dalam keadaan terburu-buru, soale sepuluh menit lagi sudah jam delapan teng.

Tapi kehidupan ini tidak seperti melalui jalan tol yang bebas hambatan dan dikelilingi keindahan seperti itu. Hidup ini memang ada turunan, ada tanjakan dan juga ada belokan. Tapi banyak yang jalanannya licin, berlubang-lubang dan membuat kita sulit menikmati semua yang dialami, bahkan jadi malas melanjutkan perjalanan karena bingung di depan apakah ada harapan atau tidak. Apakah jalan yang berbatu-batu ini semakin menjemukan atau jangan-jangan di depan ada jalan yang hancur sehingga perjalanan ini tidak mudah untuk dilanjutkan. Tetapi bagaimanapun jalannya aku selalu ingin belajar menjalani hidup dengan tetap melihat keindahan di balik setiap pergerakan waktu yang akan membuat hidup jadi lebih berarti.

Yang pasti ingin sekali aku berteriak "seharusnya tidak sulit membuat aku bahagia" sambil menyambut hari ini dengan semua aktifitas yang pasti membuat aku bahagia.

Makasih Tuhan, untuk dua hari yang indah ini :)

Wednesday, August 03, 2005

Menulis untuk diri sendiri

Hari ini aku akan memulai menulis di buku curhat yang baru,
menulis semua kebodohan yang akan aku tertawakan sendiri. mencurahkan semua pergulatan jiwa,
yang suatu saat akan aku kagumi sendiri.

Menuliskan semua mimpi yang tidak ingin aku bagi ke yang lain,
yang suatu saat nanti akan aku syukuri sendiri.

Menulis kerinduan-kerinduan hati
yang suatu saat aku bergirang karenanya.

Menulis untuk diri sendiri itu penting,
karena tidak semua bagian hidup kita harus terbuka dan baik untuk diketahui orang lain.

Menuliskannya akan membuat kita bisa memandang hidup lebih objektif, menolong kita untuk berfikir lebih jernih akan suatu hal yang ingin dikaji dengan sungguh-sungguh.

Menulis akan menolong kita mengungkapkan suara hati yang tidak terucapkan, dan itu baik untuk jiwa kita.

Menulis seperti nyanyian indah yang keluar dari kedalaman kalbu ketika suara tidak indah untuk melantunkannya.

Menulis seperti bantuan nafas bagi yang sesak, ketika pergumulan hidup menekan dan menindih kita.

Menulis akan menolong membuka mata hati ketika ada ketakutan melangkah untuk maju.

Yah..aku akan mulai lagi menulis untuk diriku sendiri, disamping menyirami dan memberi pupuk perkembangan blog ini :)

Monday, August 01, 2005

Berburu buku

Hari Kamis yang lalu aku jalan-jalan ke Gramedia Merdeka dan melihat satu buku yang tertulis nama C.S. Lewis. Sudah lama aku mencari-cari buku dengan nama pengarang C.S. Lewis. Ketika mengenal pertama sekali perpustakaan STTB, langsung aku ke komputer yang berisi data buku di perpus itu dan mengetikkan nama “C.S. Lewis” untuk mencari buku Lewis yang terdapat diperpustakaan itu dan hasilnya nihil. Aku lupa sejak kapan mulai aku mengenal nama C.S Lewis dalam kutipan dari buku-buku yang aku baca. Membaca buku-buku Philip semakin memperkenalkan aku dengan sosok C.S Lewis sedikit demi sedikit, tetapi hanya terbatas buku-buku yang dia tulis.

Beberapa bulan yang lalu aku membeli buku dengan judul “tokoh yang mewarnai dunia” karena didepannya ada nama C.S Lewis. Dalam tulisan singkat tentang Lewis dibuku itu, sepertinya kehidupan Lewis tersingkap sedikit bagiku. Mungkin lebih dari sebulan yang lalu, aku main ke LPMI, aku memeriksa pajangan buku yang ada dilemari, dan betapa senangnya aku menemukan sebuah buku tipis yang ditulis Lewis. Aku langsung meminjamnya, dan aku baru membaca dua bab. Soale bahasa inggrisnya berat dan sedikit berfilsafat jadi gak bisa baca cepat-cepat. Yang pasti ditulisan yang lain, aku sudah pernah mengutip tulisan Lewis dari buku yang aku pinjam ini, walaupun masih hitungan lembar yang aku baca.Buku yang aku temukan di Gramedia kemarin berjudul “Let’s Go Into Narnia”. Dalam buku itu diceritakan sedikit ttg kehidupan Lewis seperti yang sudah aku baca dalam buku “Tokoh yang mewarnai dunia”.

Kemarin minggu pulang gereja aku jalan dan makan ama adikku Samuel. Setelah bubar, Samuel ke Jatinangor dan aku ke rumah, di rumah aku menyelesaikan buku Let’s Go Into Narnia. Dan aku sangat tertarik dengan buku Lewis yang di ceritakan dibuku itu tentang Seri Narnia yang ada 7 buku. Ternyata buku-buku itu sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Dian Rakyat tahun 90an. Sekitar jam satu siang, aku bersemangat sekali menuju Palasari untuk mencari buku Narnia di buku bekas, karena sudah tidak dicetak lagi dan berharap aku bisa dapat dibuku bekas.

Palasari penuh sesak dengan manusia, karena SD, SMP, SMU baru masuk sekolah. Semua mencari buku pelajaran sehingga berpindah dari satu stan ke stan yang lain sulit sekali. Trafik padat bow. Aku mulai dari toko bekas yang ada dibelakang yang sebenarnya sering aku datangi, tapi seri narnia satu bukupun tidak aku temukan. Tapi dari toko itu aku menemukan buku yang menarik tentang perjuangan dalam kehidupan penderitaan, dan ada dua buku rohani yang aku dapatkan. Aku memang suka bukan membeli apa yang menjadi tujuan utama, habis yang ditemui juga rasanya sangat menarik dan sayang untuk tidak dibeli.

Kemudian aku lanjutkan pencarianku. Semua penjual buku aku tanyain, dan belum menghasilkan apa-apa. Aku kemudian sampai ketoko yang merknya Fortuna, ternyata dia mengkhususkan diri di buku sastra, tapi tidak ada juga seri Narnia disana. Padahal aku melihat seri The Lord of The Ring, yang penulisnya adalah sahabat Lewis yang namanya (hua..hua..kok aku lupa namanya ya..memori semakin sulit aja nih). Penulisan Narnia dimulai dengan mereka berdua dengan memikirkan untuk menulis cerita anak-anak yang baik dengan melempar koin (bisa dibaca di Let’s Go Into Narnia).

Tapi di toko buku Fortuna itu aku menemukan buku-buku Paulo Coelho, setahun yang lalu aku sudah membaca “Sang Alkemis” bukunya yang sangat bagus menurutku, dan memang bagus banget. Aku juga jadi teringat Yanti, ketika aku main ke kosnya aku melihat buku-buku Coelho di kamarnya dan saat itu aku pengen ngopy, soale semua bahasa Inggris, dan kalau beli mahal bow. Tapi belum kesampain mengcopy dan Yanti sudah pernah bilang ke aku via YM kalau buku-buku Coelho sudah ada yang baru lagi dalam bahasa Indonesia. Belum pernah kepikir untuk mencari dan membeli buku itu, tapi aku senang banget kalau aku menemukannya di Fortuna, lumayankan diskon 20-25%. Aku membeli dua buah yang berjudul, “Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk Dan Tersedu” dan sebuah lagi berjudul “Gunung Kelima”. Aku juga membeli sebuah buku yang sudah aku taksir beberapa bulan ini tapi karena harganya mahal belum aku beli juga yaitu “Putri Sang Galileo”. Di Karisma sudah pernah aku lihat harganya 50.000 dan senangnya bisa beli di palasari hanya 37.500. Kakiku rasanya sudah capek, tapi seri Narnia belum aku temukan juga. Tapi aku sangat puas karena bisa dapat buku-buku yang tidak kalah bagus menurutku.

Aku melanjutkan pencarian ke Kebun Kelapa, masasih kalau diusahakan tidak akan dapat juga pikirku. Aku membongkar-bongkar buku-buku bekas yang ada yang merupakan kategori cerita, soale majalah yang paling banyak dan buku-buku pelajaran sekolah. Sudah hampis semua aku bongkar, dan ketika aku sebut judul-judul yang aku cari, penjualnya bilang kalau gak ada. Tapi hati kecilku masih berkata, masa kalau diusahakan gak dapat juga. Tapi aku senang banget karena menemukan buku dengan tertera nama G.K. Chesterton, nama ini tidak asing bagiku, dia juga penulis hebat. Buku tipis dalam bahasa Inggris, aku langsung menawar, dan penjualnya bilang cari lagi neng, sapa tahu masih ada yang mau dibeli. Aku membongkar lagi dan aku senang banget menemukan buku cerita dengan nama penulis Joni Eareckson, bukunya terjemahan dengan judul “Di Balik Awan”. Aku saat itu merasa mengenal nama itu dengan samar, kisahnya sudah pernah aku baca tapi merupakan cuplikan, kali ini aku dapat bukunya, betapa senangnya hatiku. Tapi kisah narnia belum aku temukan juga, yang ada aku mulai menghabiskan uang untuk buku yang lain dan aku tidak menyesal.


Aku berjalan menuju Kings, disana aku pengen liat-liat buku di Gunung Agung, sapa tahu ada seri Narnia pikirku. Aku menyadari kalau kakiku sudah capek dan pencarian tidak menghasilkan juga. Aku melanjutkan ke Book Gift, sapa tahu ada pikirku. Semua buku aku perhatikan satu demi satu, dan hasilnya NOL BESAR. Tapi itu tidak membuat uangku tidak berkurang, karena aku menemukan buku yang gak kalah bagus. Seseorang yang sering aku kenal juga dari kutipan dan kisah hidupnya tidak pernah banyak aku ketahui, yaitu D.L.Moody. Senangnya hatiku menemukan buku D.L.Moody, Karya-Karya Klasik Terbaik. Bagiku ini tidak kalah hebat dengan Narnia, aku langsung beli karena tinggal satu. Belum tentu aku dapat lagi nanti buku tersebut pikirku.

Keluar dari Kings, aku berjalan menuju pedagang buku bekas yang ada di alan Cikapundung dekat Alun-Alun kota Bandung. Hari sudah semakin sore, kisah Narnia tidak aku temukan. Jujur kakiku dah pegel banget, dan sambil berjalan aku berpikir apakah aku pulang saja, atau masih pengen nyari di Gramedia. Aku naik angkot yang menuju IP, di atas angkot aku masih berpikir, atau aku turun aja balik kerumah, kakiku dah capek banget. Aku malas memikirkannya aku melihat kesibukan jalan sambil membiarkan angkot membawaku mengikuti trayeknya. Akhirnya sampai juga di Jl. Pajajaran, aku turun dan masuk ke IP. Aku langsung menuju Gramedia, menitipkan barang bawaanku dan menuju meja Informasi. Rasanya sudah capek sekali kalau harus mencari buku itu sendiri. Aku serahkan ketujuh judul seri Narnia yang ingin aku dapatkan. Mbak-mbak yang di informasi itu mencari satu demi satu dan sampai yang ketujuh tidak ada apapun yang diberikan oleh komputernya. Bahkan data buku-buku itupun tidak ada. Wajar juga menurutku, soale buku itu sudah tidak dicetak lagi, sedangkan Gramedia IP berdiri tahuan duaribuan, buku itu dicetak sembilan puluhan jadi wajar gak ada.


Tanpa berharap banyak, aku meminta dia mencari buku-buku yang dikarang Leo Tolstoy. Terakhir aku nyari buku Tolstoy akhir tahun lalu dan aku menemukan sebuah disitu, dan judul yang lain kosong. Senangnya aku ketika ada tiga judul buku Tolstoy ada stoknya saat itu. Aku bilang kalau aku menginginkan ketiganya, dan minta tolong diambilkan. Lama banget mbak itu mencari dan akhirnya dia datang dengan dua buah buku saja, “Tuhan Maha Tahu tapi Dia Menunggu” dan satu buku cerita anak-anak yang berjudul “ketika filip ingin pergi sekolah”. Aku ke kasir dan membayar kedua buku itu dan akhirnya dompet sudah kosong, cukup untuk makan malam dan pulang aja.

Sampai di rumah sudah jam tujuh malam lebih. Aku capek tapi tujuan utamaku belum tercapai juga. Aku mencatat pengeluaranku dan juga mencatat dan menomori buku-buku yang aku beli melanjutkan urutan buku yang sudah aku punya. Aku dua tahun terakhir ini memang selalu memberi nomer kepada buku-bukuku karena aku sering kehilangan buku (dalam artian aku malah gak tahu bukuku apa aja). Dua tahun ini aku sudah membuat perpustakaan pribadi.

Malam itu Evi kerumahku dan aku senang banget, tapi kamarku masih berantakan dengan buku dan plastik-plastik yang berserakan. Dia bilang, apa gak kalap kamu beli buku sebanyak ini…aku hanya senyum dan tidak mendengarkan semua ocehannya. Kak Nani gabung dan bilang kalau ini bukan baru pertama, perasaan kalau sudah beli buku kayak gini kok. Saat itu aku membeli buku sampai empat belas buah. Aku bercerita ama Evi dan Kak Nani, kalau sebenarnya aku sedang tergila-gila dengan Narnia. Tadi aku pengen mencari serinya tapi tidak satupun aku temukan di buku bekas dan juga di toko buku. Aku malah berpikir, untuk mencarinya di penyewaan buku cerita kemarin itu supaya bisa mengenal Narnia. Bentar lagi kisah Narnia mungkin selesai di filmkan, tapi aku bukanlah yang rajin nonton, bahkan jarang sekali nonton. Aku lebih suka membaca ceritanya.
Mendengar kata Narnia, kak Nani bilang kalau Saras punya beberapa buku dari kisah Narnia. Aku semangat banget, dan langsung telpon Saras. Waktu di telpon aku hanya bertanya, “Saras punya buku cerita berjudul Pangeran Kaspian?” Saras jawab dengan entengnya,”ooo itu seri Narnia ya kak, aku punya”. “Kamu punya serinya? Berapa buku yang kamu punya?” “Aku memiliki enam buku kak” “Woow..aku pengen pinjam enam-enamnya, kapan main ke kosku?” “Besok aku ke kos kalian deh..” Senangnya hatiku, dari siang aku berharap menemukan buku Narnia satu judulpun akan memberi kesenangan tersendiri. Tapi malam itu sudah jam 21.30, aku menemukan enam judul dari tujuh. Rasanya pencarianku sepanjang hari itu tidak sia-sia dan menyenangkan banget. Besok aku akan mulai berkenalan dengan Aslan si singa dan dengan dunia Narnia.

Malam itu aku tidak langsung tidur, aku membaca buku Tolstoy yang merupakan cerita untuk anak-anak. Tidak terasa sudah selesai aku membaca buku itu, sedikit rasa bersalah dalam hati karena aku tidak pernah segetol itu membaca Alkitab. Aku berdoa dan kemudian terlelap tanpa ada mimpi yang diingat karena capek sepanjang hari dan puas dengan semua yang aku dapatkan dalam pemburuan buku kali ini.

Ternyata aku dapat pelajaran, bahwa apapun yang diharapkan dan diusahakan untuk mendapatkannya maka ketika itu tercapai ada kepuasan tersendiri. Tetapi sekalipun tidak tercapai yang diinginkan tetap aja ada kepuasan tersendiri karena kita sudah mendapatkan banyak hal-hal lain yang tidak kalah berharga dibanding dengan yang kita cari. Makasih Tuhan, buat ini menjadi pembelajaran bagiku untuk tidak cepat kalah dengan keadaan, tapi tetap berjuang dalam mencapai semua mimpi-mimpi di dalam Engkau.



Kehidupan yang tidak terselami *lanjutan




Foto itu aku ambil di depan BIP Bandung. Seorang anak kecil hiidup sebagai peminta-minta. Dalam hiruk pikuk kehidupan pedagang kaki lima yang sibuk dengan penawaran barang dengan harga miring ke semua orang yang lewat. Si kecil yang seharusnya ada dibalik selimut yang lembut dengan botol susu yang memberi kehangatan setelah hari hujan, tapi itu hanya dialami sebagian orang yang lebih beruntung. Si kecil yang membuat aku tertarik adalah karena dia ada dijalan yang baru saja dibasahi oleh air hujan. Dia duduk tanpa ekspresi dan tidak tahu akan harapan dalam hidup. Kalau diajak bicara biasanya dia diam saja, dan kalau dimasukkan uang ke kalengnya juga dia sering tanpa ekspresi dan tidak mengerti apa yang harus diucapkan merespon semua orang.
Anak kecil yang terlahir kedalam dunia yang fana ini dan tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih dilahirkan kedunia ini. Sama seperti semua orang tidak bisa memilih lahir kapan, menjadi anak siapa berada dimana, si kecil yang sepanjang harinya duduk di jalan itu juga demikian. Kehidupan yang tidak bisa diselami, ada misteri yang membuat kita sebenarnya tidak memiliki kekuatan apapun untuk diandalkan untuk menjalaninya.

Aku juga tidak bisa memilih untuk dilahirkan, tapi aku mengucap syukur karena ada di bumi ini. Dan aku ingin tetap bersyukur dalam semua warna hidup yang aku jalani dalam kehidupanku setiap saatnya. Kehidupan yang tidak terselami ini, seperti misteri yang setiap hari Tuhan singkapkan sedikit demi sedikit dan aku tidak akan selesai memahaminya sampai aku tutup usia ini. Tetapi itu bukan menjadi penghalang untuk belajar setiap hari akan hal-hal yang Dia nyatakan dalam hidupku.