Wednesday, November 22, 2006

Jalan Yang Tidak Kutempuh

Jalan Yang Tidak Kutempuh

Dua jalan bercabang dalam remang hutan kehidupan
Dan sayang aku tidak bisa menempuh keduanya
Dan sebagai pengembara, aku berdiri lama
Dan memandang ke satu jalan sejauh aku bisa
Kemana belokannya mengarah dibalik semak belukar;

Kemudian aku memandang yang satunya, sama bagusnya
Dan mungkin malah lebih bagus
Karena jalan itu segar dan mengundang
Meskipun tapak yang telah melewatinya
Justru telah merundukkan rerumputannya

Dan pagi itu kedua-duanya sama-sama membentang
Di bawah hamparan dedaunan rontok yang belum terusik
Oh..kusimpan jalan pertama untuk kali lain !
Meski tahu semua jalan berkaitan,
Aku ragu akan pernah kembali

Aku akan menuturkannya sambil mendesah
Suatu saat berabad-abad mendatang;
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku
Aku menempuh jalan yang jarang dilalui
Dan itu mengubah segalanya

Robert Frost (1916)

Tuesday, November 21, 2006

titik temu waktu


Kalau setahun itu dibuat seperti lingkaran. Maka ada satu titik temu dalam perjalanan waktu setahun yang ujung dan pangkalnya bertemu. Untuk setahun perjalanan hidupku, hari ini aku sedang menginjak titik pangkal dan titik akhir untuk satu bagian dalam perjalanannya.
Banyak hal yang perlu dipertanyakan pada hati dan jiwa. KEmana arah semua perjalanan ini masih terserah padaku. Sebagai orang yang sudah dimerdekakan, semua ada dalam pilihan bebas untuk menjalaninya. Selama ini sudah aku coba menggunakan kebebasanku untuk menentukan pilihan-pilihan hidup. Dan semua yang aku jalani ini adalah benar-benar pilihanku.

Memang benar, pilihan akan sangat menentukan akhirnya siapa kita. Namun ketika kita memilih untuk satu hal mungkin kita sudah membuang banyak pilihan yang lain yang tidak kalah bagus dari yang kita pilih. Tapi bukan masalah bagus tidak bagus suatu pilihan hidup.

Bagus atau tidak bagusnya juga masih menjadi pilihan kita. Kita bisa membuat pilihan yang kita ambil menjadi bagus, dan kita juga bisa merdeka membuatnya menjadi biasa saja.

Hari ini usiaku sudah bertambah lagi. Semakin dekat aku kepada batas waktu yang diukurkan pemazmur untuk usia manusia. Tapi yang menjadi persoalan bukan masih panjang atau sudah singkat perjalanan waktu yang akan aku lalui di dunia ini. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana aku akan melaluinya? Pilihan seperti apa yang akan aku lakukan dalam perjalanan hidupku ini? MEMILIKI KEHIDUPAN YANG BERARTI...sampai saat ini masih itu kerinduanku.

MEmikirkan kerinduan hati, menjadi sesuatu yang penting dilakukan sebelum usai hari indah ini. Hari ini adalah hari istimewa. IStimewa untuk bisa melihat ke belakang, dimana banyak berkat yang sudah DIA berikan dalam perjalanan ini. Hari ini juga sangat istimewa untuk bisa kembali dengan sungguh-sungguh bertanya kepadaNYA, DIA mau aku melakukan apa ke depan. SUnggung tidak mudah, dan sering sekali kesombongan logika meredam suara nurani. Perencanaan diri lebih kuat dibandingkan bergantung sepenuhnya kepadaNYA. KEmudian aku akan jatuh dan gagal lagi menyenangkan hatiNYA.

Karakter, ini menjadi suatu yang sangat penting untuk dievaluasi. Aku masih sangat sombong, kadang menutupi kekurangan dengan topeng kesalehan. Mungkin terlalu sering aku hanya membaca hal-hal yang ideal, sehingga aku kesulitan melihat realitas sekelilingku. Hal ini membuat borok merasa diri lebih baik dalam pikiran menjadi penyakit yang perlu dipotong.
Karakterku memang masih banyak yang perlu diperbaharui. Kekeras kepalaan dan juga ketidak sabaran. Semuanya seperti radang yang sering mengikatku untuk juga melukai orang lain.

Hari ini juga saat yang tepat untuk mengevaluasi kondisiku di Banda Aceh. MElihat bagaimana aku dulu pertama datang ke Banda dan bagaimana keadaanku sekarang. APakah kerinduan dulu dalam hal dekat dengan orang yang kurang diperhatikan masih benar2 menjadi kerinduan saat ini. Banyak yang aku pelajari. Banyak juga aku temukan keadaan diriku yang benar-benar buruk yang dulu aku pikir baik-baik saja. Ternyata selama di ACEH aku sadar aku bukan siapa-siapa dan tidak ada yang bisa aku banggakan kecuali KASIHNYA dalam hidupku.

Wednesday, November 15, 2006

the 8th Habit


Sabtu, 11 November yang lalu, bersama kak Mega Br Tarigan mengunjungi Pameran Buku yang diakan oleh Gramedia Group di hotel Danau Toba di Medan. Membeli beberapa buku dengan harga diskon yang menurutku masih mahal aja J. Namun ada buku yang ingin aku cari, tapi tidak nemu juga di Pameran ini. Waktu mengunjungi stan yang memajang buku-buku best seller, ada buku Paolo Coelho yang baru yang sudah lama aku pengen beli. Tapi karena diskonnya hanya 10%, jadi bagiku masih kemahalan. Soalnya ingat di Bandung kalau beli buku baru di Pala Sari, pasti dapat minimal diskon 25%. Di rak yang memajang buku 8th habits bukunya Steven Covey, diskon juga hanya 10% dan harga normalnya Rp.160.000,- Fuiihhh mahal pisan…batinku. Aku mengingat buku Steven Covey ini yang baru aku beli di Titi Gantung bulan lalu hanya Rp. 80.000,-.
Dalam hal membeli buku, memang kadang membutuhkan kesabaran supaya bisa menggunakan uang dengan cukup bijak dan lebih sedikit serta mendapat buku yang bagus.
Sudah selesai bab 3, akan senang sekali kalau bias buat resumenya dari bku the 8th habit ini J

Saturday, November 04, 2006

Kehidupan

Labirin kehidupan yang aku lalui hari demi hari, selalu ada saja perubahan yang terjadi. Kadang ada perubahan yang aku abaikan, dan aku bersikap biasa saja. Namun ada perubahan besar yang membuat aku takut dan enggan untuk menerimanya. Labirin yang berkelok-kelok ini, membuat aku takut menelusuri bagian-bagiannya, ada lorong gelap yang membuat aku merasa tidak pasti untuk melaluinya. Perubahan yang terjadi dalam labirin kehidupan ini, juga membutuhkan perubahan dalam diriku supaya aku bisa senantiasa melalui kehidupan ini sampai akhirnya dengan lebih baik.

“Nomi yang kemarin sudah berbeda dengan Nomi hari ini. Di dalam Tuhan, Nomi pada masa mendatang juga akan berbeda dan menjadi lebih baik dibanding dengan Nomi pada saat ini.” Kalimat ini sering sekali aku tanamkan dalam hati.

Kondisi di Banda Aceh sudah berubah, aku pernah ungkapkan ini kepada Bosku pada saat aku ke Bandung. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan. Bagaimana aku menghadapi perubahan yang terjadi ini, itulah yang paling penting. Kondisi kerjaan di Banda Aceh sudah berubah dan tidak akan pernah sama lagi seperti ketika awal-awal kami memulai pekerjaan di Banda. Inilah hidup ! hidup terus bergerak. Dan begitu jugalah aku seharusnya. Walaupun awal perubahan itu membuat ada rasa marah karena merasa tidak dihargai dan juga hati yang hancur yang membuat air mata tertumpah.

Kita harus belajar mengindentifikasi perubahan dan mengambil sikap yang paling tepat untuk menghadapi perubahan. Memang pada awalnya itu tidak mudah. Namun kita harus berubah, jika tidak berubah maka kita akan musnah atau menjadi begitu-begitu saja. Tetapi perubahan itu kadang menakutkan, sehingga apakah yang akan dilakukan supaya kita tidak takut dengan perubahan?

Saat mengetik ini, aku menertawakan diriku sendiri. Ketakutan itu hanya membuat segalanya akan menjadi lebih buruk. Dulu sementara waktu di awal-awal perubahan, berangkat kerja menjadi saat sunyi karena kebisuan. Aku tahu aku harus melangkah ke arah yang baru. Aku paksakan sebuah senyum di bibir...aku rasakan semangat yang baru mengalir ke semua pembuluh darahku. Kemudian aku merasakan semangat yang luar biasa, aku meyakini apa yang ada di depan bagiku dan menikmati apa yang akan aku lakukan sepanjang hari. Saat kita berubah dari apa yang kita yakini, kita juga akan mengubah perbuatan kita.

Aku masih ingin menertawakan kebodohanku. Aku ingat pertanyaan teman, ”Nom, apakah kam ingin tetap seperti ini dalam hal karakter dan pola pikir 20 tahun yang akan datang?” Saat itu aku menjawab, ”Enggak banget, aku ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi.” Perubahan yang dilalui adalah suatu proses kehidupan supaya kita selalu menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ini adalah pembentukan yang akan membawa kita menjadi orang seperti apa seharusnya pada 20 tahun yang akan datang. Ini suatu proses pembentukan menjadi pribadi yang akan sangat dibutuhkan sesuai dengan peran yang akan kita lakukan di saat itu.

Aku semakin menyadari bahwa halangan terbesar untuk berubah ada dalam diri sendiri. Aku selalu ingin membuat hidup sederhana, namun itu berhenti hanya sebatas keinginan...karena yang kutemui adalah kehidupan yang kompleks yang aku buat sendiri.

Sudah sejak awal di Banda, aku segera merasa aman dan nyaman banget dalam hal kerjaan. Sesuatu yang aku takuti sejak awal ketika memutuskan bekerja di Banda Aceh sama sekali tidak terjadi. Saat itu aku takut kalau kuliahku di STTB jadi tidak selesai karena aku sudah di Banda Aceh pada saat masih mengerjakan tesis. Namun hari ini, tesis sudah selesai dan aku juga sudah di wisuda. Tempat tinggal yang tidak nyaman di Banda juga awalnya menjadi ketakutanku, tapi saat ini aku tinggal di rumah besar dan aku mendapat kamar yang baik lengkap dengan kamar mandi di dalam. Kalau orang bertanya mengenai pekerjaan yang dilakukan, aku juga akan sangat PD untuk menyatakan kalau aku melakukannya dengan baik. Bukan hanya mengajar motivasi dan komputer, namun juga berhasil membangun kerja sama selama 3 bulan ini dengan Soroptimis International of Jakarta yang memberikan uang masuk ke keuangan Sutera Foundation di Banda Aceh.

Mungkin memang begitulah labirin kehidupan yang harus aku jalani. Bukan bagianku di tempat yang nyaman dalam waktu yang lama. Ketika aku mulai terlena dengan keadaan di Banda, tiba-tiba situasi menggoncangku supaya aku keluar dari keadaanku dan kembali ke Visi hidupku. Kondisi kerja di Banda sudah berubah, dan banyak hal yang harus dipelajari untuk mengikuti perubahan ini. Saat mengetik ini aku masih tersenyum melihat keadaanku. Begitu mudahnya aku mengeluarkan air mata, dan aku sadar itu mulai melembutkan kekerasan hatiku.

Aku tahu semua keadaan ini ada dalam rencana Tuhan. Aku ingin selalu belajar mendiskusikan semua perubahan yang terjadi kepada Tuhan. Karena Dia yang paling tahu bagaimana membentuk aku, situasi sulit seperti apa yang paling baik dalam mengasah aku. Bagian mana dalam hidupku yang sedang dibersihkanNya. Sampai kepada keadaan berserah penuh dan pasrah pada pembentukanNYa, membuat rasanya semakin mudah menjalani perubahan dan menertawakan kebodohan pribadi.

Mungkin waktu belajar di Banda Aceh sudah tidak lama lagi. Keadaanku juga memang memaksa aku untuk mulai meninggalkan Banda Aceh. Harapanku adalah; bisa menggunakan waktu yang sebentar lagi ini untuk tetap belajar dan menjadi berkat bagi teman-teman yang lain di Banda. Memang selama ini aku sering banget hanya menjadi beban bagi yang lain, aku akan belajar menguranginya. Bagaimana aku akan memenuhi kebutuhan finansial pribadiku menjadi pergumulan setelah ini.