Wednesday, September 20, 2006

Pantai Lhoknga Aceh

Lhoknga, pantai yang dihiasi oleh pohon cemara yang sedang tumbuh semakin tinggi menantang mentari setelah semua diratakan oleh tsunami. Sebelum tsunami, pantai Lhoknga sangat indah, dinaungi oleh pohon cemara sehingga banyak tempat adem untuk menjauhi panas sambil menikmati pantai. Saat ini, Lhoknga masih panas sekali dengan gelombang air laut yang tinggi menghantam pantai. Tapi cemara liar (tidak ditanam, tumbuh sendiri) mulai tumbuh disepanjang area yang memisahkan pantai dan jalan raya.
Sore hari menjelang matahari akan terbenam, banyak orang yang datang menikmati cahaya orange kemerahan yang seperti digoreskan diantara awan putih yang berlayar mengikuti arah angin. Suara gelombang yang memecah pantai meraung dan ingin mengempaskan buihnya sejauh kekuatannya.
Gelombang yang besar ini paling bisa dinikmati oleh orang-orang yang bisa berselancar. Berpuluh-puluh orang terlihat sedang belajar berselancar di atas gelombang di kedalaman laut yang dangkal (masih sepinggang dalamnya). Ada yang terlihat mulai bisa sebentar menari di atas selancar dan kemudian keseimbangan hilang sehingga jatuh ke dalam air laut. Ada hanya memeluk papan selancar dan mengikuti puncak gelombang, menyatukan diri dengan papan selancar dan kemudian berayun-ayun dibawa gelombang sampai ketepian.
Yang sudah pintar berselancar menjadi objek yang mengagumkan untuk diamati menghabiskan sore di pantai. Mereka berdiri dengan keseimbangan penuh diatas papan selancar dan menari meliuk-liuk dari satu gelombang ke gelombang yang lain. Kemudian gelombang sudah pecah dipantai dan mereka kembali ke lautan dengan memeluk papan selancar dan menggunakan tangan untuk mengayuh air supaya secepatnya sampai di titik dimana mereka akan berdiri lagi untuk berselancar dibawa gelombang ke tepian.

Di seberang jalan raya yang bukan merupakan sisi jalan yang berhubungan dengan pantai, banyak terdapat cafe-cafe tenda atau cafe seadanya untuk memberikan jasa menghilangkan dahaga orang-orang yang berkunjung ke pantai Lhoknga. Kelapa muda menjadi minuman paforit untuk dinikmati. Kesegaran air yang terdapat di dalam kelapa muda itu memberikan kesejukan ke lidah dan terus melalui tenggorokan sehingga panasnya udara pantai serasa berkurang. Banyak juga minuman dingin yang ditawarkan, teh botol, soft drink, kopi dingin, es teh manis, pop ice, air kelapa campur sirup. Makanan yang ditawarkan meliputi, indomie, jagung bakar, kue-kue dan apa saja yang memungkinkan untuk dijual.
Jalanan menuju Lhoknga akan menjadi macet ketika hari libur sudah tiba. Banyak yang datang meninggalkan kesibukannya untuk mendapatkan kesegaran baru dengan datang ke Lhoknga. Pantai yang bisa ditempuh selama 45 menit dari banda Aceh ini menjadikannya lokasi yang tepat dikunjungi pada sore hari atau pada saat liburan akhir pekan sudah tiba.

Di sisi jalan yang berhubungan dengan pantai. Banyak terdapat gasibu (tempat duduk dengan payung untuk menahan panas) yang disediakan oleh pedagang-pedagang, supaya pengunjung bisa menikmati makanan dan minuman yang disajikan sambil memandang ke arah laut yang biru dengan gelombang yang berlomba menuju pantai. Gasibu ini digunakan rame-rame dengan obrolan ringan untuk melepaskan kepenatan bekerja sambil menikmati kesegaran air kelapa muda menjadi sore yang menyenangkan. Obrolan dari satu cerita ringan ke cerita ringan yang lain membuat banyak rombongan orang bekerja dari Banda dengan mobil datang memenuhi pinggir jalan di pantai Lhoknga.

Di sisi jalan yang berjauhan dari pantai juga ada kios yang menyewakan papan selancar yang banyak ditongkrongi oleh orang-orang yang ingin belajar selancar. Belajar selancar yang paling penting adalah keseimbangan tetap berdiri di papan selancar sambil mengikuti kemana gelombang membawa selancar. Sebagian yang sudah menjadikan selancar menjadi hobby, biasanya sudah memiliki selancar sendiri. Mereka menikmati berselancar tanpa peduli kalau kulit mereka sudah terbakar oleh matahari. Berselancar jauh lebih menyenangkan, sehingga kulit terbakar bukan menjadi harga yang mahal untuk dibayarkan.

Tuesday, September 12, 2006

Aku harus belajar banyak

Apakah tempat ini memang yang terbaik untukku saat ini? Pertanyaan ini selalu memenuhi benakku. Aku mau belajar tunduk, tapi aku masih bingung apakah yang aku lakukan ini sudah tunduk atau masih melawan? Aku enggak tahu. Keluar dari keadaan ini dengan meninggalkan semuanya? ATaukah tetap bertahan dan belajar apa yang bisa dipelajari di situasi yang seperti ini. YAng aku inginkan adalah, 20 tahun yang akan datang aku bukan Nomi yang ini lagi tapi sdh menjadi Nomi yang seharusnya pada 20 tahun yang akan datang.
Untuk menjadi Nomi yang seharusnya nanti, apakah memang hal seperti ini harus aku jalani. KOmunikasi yang sulit, ketundukan yang tidak aku mengerti dan sangat membingungkan. Tapi apakah memang hal-hal yang aku mengerti saja yang harus aku tunduki?
Aku juga mengingat, kalau Lingkungan sangat mempengaruhi seseorang. BEsi menajamkan besi dan manusia menajamkan sesama. AKu berpikir apakah aku sudah menjadi hal yang baik bagi yang lain? Kalau tidak kenapa aku harus ada di sana, bertahan dengan kadang air mata yang harus ditahan?
Yang pasti kalau besi menajamkan besi.,...maka mereka sudah sedikit sukses menjadikan aku orang yang hitung2an dan sedikit pelit.
Aku enggak tahu, tapi harus belajar dalam situasi yang bagaimanapun aku sangat tahu. Apa yang aku polajari...? aku juga belum tahu :((

Wednesday, September 06, 2006

Visionary


“Saya ingin menjadi guru mengaji, ingin menjadikan manusia ini berakhlak, berbudi luhur yang beriman kepada Tuhan dengan sebenar-benarnya. ”, kata bang Zainuddin dengan mata berkaca-kaca. Peserta training Pengembangan Diri di Lambaro Skep ini, sedang menceritakan Visi hidupnya ke depan, pada kelas dengan materi training Visionary. Suaranya mulai tersendat, dengan menarik nafas yang panjang bang Zainuddin melanjutkan berkata-kata mengenai Visi hidupnya.

“Saya ingin sekali berani memberikan nasihat dan bimbingan kepada orang lain, seperti yang dilakukan kakak-kakak ini. Itulah yang saya pikirkan siang dan malam. Bagaimana harus saya lakukan? Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, sehingga selalu saya menangis, mengapa saya tidak bisa melakukan itu? Padahal jiwa saya selalu berpikir ke arah itu. Seperti kak Yose, begitu berani memberi nasihat. Saya ingin seperti itu orangnya, yang bisa memberi nasihat, bimbingan untuk orang lain. Seperti itulah misi saya sebenarnya”, katanya mengakhiri.

Bang Zainudin yang berumur 35 tahun ini, memiliki rasa rendah diri dan selalu merasa ”tidak mampu”. Pekerjaan bersih-bersih mesjid sering membuatnya merasa kalau orang lain melihat pekerjaannya kurang berarti.

Selama mengikuti training pengembangan diri, dari matanya terlihat antusias dan juga keinginan untuk lebih berkembang. Dia tahu keadaannya dan kekurangannya, dan itu sesuatu yang baik untuk bertumbuh. Dia juga selalu mengulurkan tangan untuk menggulung tikar yang kami gunakan untuk belajar dan membawanya ke mobil MMU yang parkir di halaman mesjid Lambaro Skep itu.

Kami hanya berharap, supaya apa yang sudah kami ajarkan dalam training Pengembangan Diri itu bisa menjadi titik balik dalam hidup bang Zainudin dan juga yang lain. Dia bisa semakin meyakini kemampuannya dan juga memiliki keberanian untuk mengembangkannya.

Ketika mengakhiri pertemuan tentang Visionary, memandang wajah peserta yang berseri-seri setelah selesai menuliskan dan menceritakan Visi hidupnya, saya merasa telah melakukan sesuatu yang berarti. Ada kekuatan dan semangat baru mengalir dalam hatiku. Keinginan yang kuat untuk melakukan motivasi dengan lebih baik yang berdampak kepada semakin banyak orang dalam jalan-jalan hidup yang akan dilalui.

Ulee Kareng, akhir Agustus
Nomi Br Sinulingga