Friday, September 28, 2007

SELALU ADA JALAN...

Langit sore yang biru, awan berarakan berlayar menyembunyikan matahari yang sebentar lagi tenggelam di ufuk barat. Kesibukan jalanan yang makin tergesa-gesa untuk kembali ke rumah. Semua orang tampak tersenyum bahagia menjalani hari. Mungkinkah di balik senyuman itu ada juga kesulitan hidup seperti ini? ”Hidup ini sulit”, dulunya hanya menjadi kalimat orang dewasa yang rasanya jauh dari dunia anak-anak. Setelah lulus SMA, baru Mardin mulai menyadari kalau kehidupan ini memang keras. Orang tua hanya bisa membiayai kehidupan dan sekolahnya hanya sampai SMA.

”Kami sudah tidak mampu lagi menyekolahkan kamu, Din”, kata ayah suatu malam. Saat itu ibu hanya duduk di samping ayah sambil memandang lurus dalam kebisuan. ”Adikmu masih ada dua orang lagi yang mesti ibu dan bapak biaya sekolahnya. Setidak-tidaknya mereka bisa sampai lulus SMA sepertimu. Sudah saatnya kamu mencari pekerjaan. Kami berharap kamu bisa menolong kebutuhan keluarga kita, nak!”

Tidak mudah mencari pekerjaan di kota ini. Banyak sarjana yang menganggur karena kesulitan mencari pekerjaan. Mardin, menggeser duduknya dan bersandar ke tembok. Kerongkongannya kering dan terasa lidah semakin kelu. Bukan karena puasa dan sepanjang siang dia banyak berjalan di lorong-lorong kota yang membuat puasa semakin berat. Kerinduan hati untuk mendapatkan pekerjaan supaya bisa sedikit meringankan beban keluarga, yang belum juga terwujud membuat dahaga semakin mencekik.

Sebentar lagi suara azan akan berkumandang, enggan rasanya pulang tanpa hasil. Sejak pagi dia sudah keluar dari rumah mencari pekerjaan. Menawarkan diri untuk bekerja menjaga toko juga belum menghasilkan. Menjadi supir angkot juga tidak mungkin. Dia tidak punya SIM dan juga tidak punya uang untuk bisa mengurusnya.

Sobekan koran dihembus angin sore menerpa pergelangan tangannya. Mardin, mengambil sobekan koran itu dan ingin membuangnya ke tempat sampah yang hanya sejauh lima langkah darinya. Dia melangkah ke arah tempat sampah sambil melihat tulisan besar yang terpampang dengan warna yang tajam di sobekan itu. APAKAH ENGKAU INGIN HIDUP BAHAGIA? Siapa yang tidak ingin hidup bahagia? Semua orang pasti ingin hidup bahagia? Tapi bagaimana caranya? Banyak pertanyaan yang muncul di dalam batin Mardin. Dia berlalu dari tempat sampah itu dan tetap memegang sobekan koran itu dengan erat dan terus berjalan pulang ke rumah.

”Aku ingin hidup bahagia”, suara hati Mardin bergema dalam seluruh relung jiwanya. Saat berbuka, taraweh dan juga setelah duduk di depan TV bersama keluarga, dengungan ”Aku ingin hidup bahagia” tidak bisa menjauh dari pikirannya. Mardin mengambil sobekan koran tadi di kantung celananya yang di gantung di balik pintu kamar. ”Hmm...mungkinkah aku menjadi seperti apa yang dikatakan oleh artikel ini? Aku hanya tamat SMA dan keluargaku tidak mungkin memberikan modal usaha bagiku. Tapi membaca tulisan ini membuat aku semakin bersemangat. Ya...saat ini aku merasakan kalau aku memiliki semangat dan yakin untuk memiliki masa depan yang cerah”.

”Andai rumput tetangga lebih hijau, inilah saatnya untuk menyuburkan pekarangan Anda. Keterbatasan hanya ada pada jiwa orang-orang yang tidak punya kemauan. Kesuksesan hidup bukan diukur berdasarkan posisi yang sudah diraih dalam kehidupan...tetapi dengan hambatan yang telah ia lewati saat mencoba untuk berhasil. Sukses akan dicapai saat persiapan dan kesempatan saling bertemu. Karena itu janganlah biarkan apa yang tidak mampu Anda kerjakan...menghalangi apa yang bisa Anda kerjakan. Kerja keras adalah faktor yang paling besar dalam memberi kesuksesan”

Mardin membaringkan diri di tempat tidur keras dengan busa yang sudah sangat tipis. Dia menatap ke langit-langit kamar sambil mendekap sobekan koran dan merenungkan artikel itu. ”Benar, saat ini memang banyak kesulitan di depan. Kalau saya tetap berjuang dan semangat mencari pekerjaan, maka pasti akan ada jalan. Bukankah peribahasa yang di pampang di ruang kelas saat SMP berbunyi, dimana ada kemauan disitu ada jalan? Saya masih muda dan saat ini hanya punya semangat dan mau bekerja keras. bukankah itu suatu kekayaan yang paling berharga dalam masa muda ini? Walaupun teman-teman lanjut kuliah, saya akan tetap semangat untuk mencari pekerjaan. Saya harus membuang rasa malu dan menerima keadaan saya. Empat atau lima tahun yang akan datang, ketika teman-teman sudah lulus kuliah...saya juga pasti akan sudah lebih baik dari sekarang.” Mardin membayangkan kehidupannya yang baik di masa mendatang dengan wajah berseri-seri dan tersenyum, sampai terlelap dalam mimpi indah.

Besok-besok dilanjutkan lagi....:)

Tuesday, September 25, 2007

pesan di balik diam

tersenyum sebagai jawaban
hemat dalam memberikan ungkapan yang bisa terdengar

Sorotan matanya menceritakan banyak kisah
perjalanan hidup yang diwarnai perjuangan
"Ingin aku jual ginjalku" ungkapnya dengan miris

Untuk apa? Untuk uang kah?
Hanya supaya sebelum aku mati...aku melakukan sesuatu yang berarti..
Kadang aku pingin mati muda.

Oh...kok bisa ? hanya itu yang selalu keluar dari mulutku
Diam selama ini...menjadi kebingungan
Tapi ketika engkau bersuara, aku malah makin bingung..

Pencobaan-pencobaan yang engkau alami..pasti tidak akan melebihi kekuatanmu!
Garis senyum, apakah itu sebagai benteng untuk menolak ungkapan itu?

Wednesday, September 19, 2007

Penghujung Sore

sudah sore...suasana buka puasa semakin nyata.. Di sepanjang jalan banyak penjual kolek menawarkan makanan untuk berbuka. Jalanan penuh keterburu-buruan. Berkumpul bersama keluarga saat berbuka menjadi harapan.
Tahun lalu aku lalui bulan puasa di Banda Aceh. Tahun ini di Bandung..dua tempat yang berbeda dengan suasana berbuka puasa yang tidak jauh beda. Jajanan sama banyak di kedua wilayah ini. Aku selalu menikmati jajanan bulan puasa :). Tapi jujur aja kalau tawaran makanan lebih banyak variasinya dan lebih nikmat bagi lidahku di Bandung dari pada di Banda. Tapi semuanya memberikan cita rasa tersendiri.
Hari ini akan berakhir... sebentar lagi malam akan menyelimuti kota ini. Sepi akan mengiasi wajah malam...namun kehidupan akan terus berlanjut. Adikku HErna, lagi sibuk persiapkan diri untuk UTS..sampai jauh malam masih memelototi fotocopian yang menjadi materi ujian. Yah...melihat dia belajar mengingatkanku banyak tahun yang dihabiskan untuk kuliah dan selalu ada saat-saat stress dalam persiapan ujian. Tapi sangat menyenangkan ketika saat itu usai.
Tar selesai ujian, kayaknya kita harus bersenang-senang, Her....

Sunday, September 16, 2007

"DENIAS, Senandung di atas awan"

Awan putih berlapis-lapis menghiasi cakrawala. Nyanyian angin gunung, siulan Kus-Kus dan tarian ikan di dalam aliran sungai yang jernih. Kedamaian alam yang hijau terbentang sejauh mata memandang.
Alam yang tenang, namun hati yang penuh dengan dorongan untuk berlari.


Berlari…..berlari...ya, berlari mengejar cita-cita. Pesan akhir sang bunda yang sudah berada di surga. Pesan perpisahan sahabat yang menjanjikan akan ketemu suatu saat nanti. Pesan sang guru supaya teruslah belajar untuk masa depan. Semuanya menjadi semangat untuk menjalani hidup dengan satu tujuan, hidup dengan tekat dan tetap hidup sekalipun beribu rintangan.
Masih belasan tahun, mungkin. Denias tidak bisa dihalangi untuk sekolah dan belajar. Berhari-hari berlari..berlari...meninggalkan kampung, ayah, masa kanak-kanak demi cita-cita. Sungguh kisah yang sangat menginspirasi. Saat ini, begitu sulit menemukan anak yang masih belasan tahun begitu gigih mengejar cita-cita dengan rajin sekolah.


Film, "Denias, Senandung di atas awan" merupakan film yang sangat baik untuk ditonton. Film yang memotifasi, dan juga film yang sangat mendidik...menyajikan film kehidupan yang sangat positif. Denias, seorang anak lelaki Papua yang pintas dan memiliki semangat yang tinggi untuk sekolah. Film ini menempatkan orang tua sebagaimana sering kita temukan dalam kehidupan ini. Ada orang tua yang memang ingin di bantu anaknya saat ini, seperti ayahnya Denias, Samuel. Orang tua yang tidak mengecap pendidikan...kadang membuthkan pertolongan anaknya dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan..dan pekerjaan itu lebih penting karena harus segera selesai. Sekolah ditinggal sebentar juga tidak masalah, toh...membantu orang tua.
Pak Guru (Matias Muchus) dan Maleo (Ari Sihasale) adalah sosok orang tua yang berpendidikan dan melihat pendidikan secara positif pada anak. Mereka memberikan nasihat dan juga dorongan semangat bagi Denias untuk belajar.


Gempa yang terjadi di kampung Denias yang merusak sekolah darurat yang ada. Kedua orang yang menjadi semangat bagi Denias dalam belajar harus pergi meninggalkan kampung Denias membuat semangat untuk sekolah ke kota memulai sesuatu babak baru dalam hidup Denias.
Bertahan dalam menjaga nyala mimpi tetap berkobar. Tidak memiliki rasa minder melihat anak-anak yang bisa bersekolah. Menerima keberadaan diri, menjadi anak yang polos yang tidak memiliki takut dalam mengungkapkan apa yang dia inginkan. Sekolah adalah tujuan satu-satunya. Memenuhi harapan sang bunda, melakukan yang menjadi nasihat Maleo dan Pak Guru.


Jalan dalam meraih cita-cita selalu ada...masalahnya kita mencari jalan dan berjuang tidak untuk mencapai cita-cita itu...

Ketika menonton film ini, banyak pertanyaan yang terlontar untuk diri sendiri. Bagaimana dengan aku? Anak lelaki kecil ini memiliki semangat yang besar dan bisa melalui hal-hal yang sulit untuk meraih mimpinya.


Aku ? Yang paling sulit yang dihadapi bukan keadaan yang sulit, tapi lebih banyak adalah pergumulan dengan diri sendiri. DIRI SENDIRI Adalah Kesulitan yang paling besarku. Film ini sangat mendorong untuk tetap berjuang untuk tujuan dalam hidup ini.

Makasih ya, bang Anton...atas sarannya supaya menonton film ini.. Memang tidak ada alasan lagi untuk tidak semangat dalam menjalani hidup ini....aku diberkati dan lebih termotivasi lagi untuk semangat dan melakukan apapun dengan lebih baik lagi...

Wednesday, September 12, 2007

HADIRLAH PERMATA dan memberikan buah !

Hari ini, 12 September tepat hari ulang tahun PERMATA GBKP. Sudah panjang jalan yang dilalui, dan bukan usia yang muda lagi bagi satu organisasi. Pada usianya yang ke 59 tahun ini, PERMATA sudah banyak makan asam dan garam pelayanan pemuda Gereja. Sudah banyak yang dilakukan yang memberikan decak kagum...namun banyak juga harapan yang tidak mampu dilaksanakan sehingga memberikan kekecewaaan.

Banyak karya yang sudah diwujudkan pada masa lalu...namun berkarya untuk memuliakan TUHAN tidaklah akan pernah berhenti. Seperti gelombang yang pasang surut, perjanalan inipun diwarnai dengan semangat dan kelesuan silih berganti. Pada masa mudamu sebagai organisasi, dalam eksistensimu sebagai wadah pekerjaan TUHAN, PERMATA adalah yang membidani lahirnya MORIA yang menjadi wadah pelayanan yang paling maju saat ini di tengah-tengah GBKP. Banyak gereja GBKP di tanah air tercinta ini lahir sebagai buah pelayanan PERMATA. Dan banyak lagi yang lain yang memberikan pengaruh sampai saat ini. Namun tidak sedikit juga kekecewaan, ketika PERMATA hanya sekedar ada tanpa eksistensi yang jelas untuk berkontribusi dimana dia berada.

Pada usia yang ke 59 Tahun ini, merupakan momen yang tepat untuk melihat ke sekelilingmu dimana engkau hadir. Apakah keberadaanmu sudah menjawab setiap pergumulan Pemuda GBKP secara khusus? Setiap masa punya persoalan sendiri untuk digumuli. Saat ini engkau hadir pada era informasi, dimana kemudahan yang diberikan kemajuan membuat kehidupan bukan semakin mudah tapi semakin penuh persaingan, ketergesa-gesaan, tekanan untuk mencapai target dan banyak lagi yang menuntut supaya tetap survive.

Apakah hadirmu bisa memberikan sedikit kesejukan bagi jiwa yang haus akan kedamaian? Apakah hadirmu memberikan kesegaran bagi setiap yang berbeban? Apakah hadirmu sudah memberikan jawaban bagi setiap pergumulan kaum muda? Apakah hadirmu sudah menolong meningkatkan kompetensi kami yang sedang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan? Apakah hadirmu sudah memberikan rasa percaya diri bagi kami yang sering sekali pesimis? Apakah hadirmu sudah membawa YESUS sehingga kehidupan spiritual kami semakin bertumbuah?
PERMATA, panjang jalan yang kau lalui...kehadiranmu akan semakin berbuah ketika memberi arti dalam setiap gerak dan pelayananmu di hidup ini.

SELAMAT ULANG TAHUN....MAJULAH PERMATA

Maz 127 : 5
Seperti anak-anak panah ditangan pahlawan demikianlah anak-anak pada masa muda.
Maz 144 : 12

Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya, dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru yang dipahat untuk bangunan istana !

Tuesday, September 11, 2007

Menyalurkan bantuan ke Besitang


Juli 2007, komisi penanggulangan bencana GBKP menyalurkan bantuan kepada masyarakat korban banjir Besitang dan Aceh Tamiang desember 2006 yll. Dana yang digunakan untuk menyalurkan bantuan ini berasal dari YTBI. Tiga kali tim melakukan distribusi ke lapangan. DIstribusi I menyalurkan sembako, distribusi II menyalurkan bantuan baju seragam, sepatu sekolah, tas dan buku-buku tulis bagi anak sekolah.
Rasanya selalu menyenangkan melakukan hal-hal kemanusiaan seperti ini.

Sunday, September 09, 2007

Saluran Kasih....

Kebaktian Minggu di GII Dago jam 7.30. Janjian ma mbak Dina ketemuan di gerbang supaya bisa duduk bareng di gereja. wooww...ini yang pertama sekali aku kebaktian di GII Dago setelah gedung gereja barunya selesai. Benar2 kayak di Mall aja nih gereja, dan ruangan di dalamna megah banget. Sewaktu sampai di gereja, senang banget karena aku juga ketemu dengan Juspia dan bang Daniel. Hmmm sahabat sejak SMA, Juspia sebangku di SMA sejak kelas 2 dan kita bareng juga terus di Bandung selama ini.

Pulang kebaktian ketemu ma Mas Kris sekeluarga. Senang juga karena dia bilang, training CDMA akan dimulai sekitar tanggal 25 bulan ini dan dia akan kontak aku nantinya. Kemarin ada masalah sehingga trainingnya di undur kali ya... Aku senyum aja dan bilang, aku tunggu kabarnya ya... Hmmm sudah sedikit lebih mudah sekarang karena aku tahu ini proses dan aku sedang diajar untuk tunduk dalam otoritas dan juga biar lebih semakin taat dan meletakkan semua pengharapan hanya pada Tuhan saja.

Di dalam kebaktian, aku diingatkan lagi...kalau belakangan ini aku memang sudah mulai sangat banyak menuntut. Aku sadar kalau aku mulai semakin egois, plin-plan, gerasak-gerusuk, gak sabaran dan semua karakter yang menjadi kelemahanku sedang muncul kepermukaan.

Mampukan aku mengasihi Tuhan
Bukan menjadi orang yang selalu ingin dikasihi
Jadikan aku mencintai dengan tulus
Bukan menjadi sosok yang maksa semua berjalan seperti pikiranku
Buat aku membawa damai
Bukan menjadi pribadi yang "membawa ketegangan"
Tuhan, dalam gelap mampukan aku menjadi terang
Dalam ketiadaan harapan jadikan aku membangkitkan asa
Buat aku melimpah dalam sukacita sehingga mengalir bagi yang lain

Buat kegembiraanku adalah memberi
Bukan ingin selalu menerima
Buat aku selalu bahagia karena Engkau diam dalam hatiku
Sehingga aku menjadi pribadi yang membawa damai
Biarlah kerinduan Tuhan menjadi laguku setiap hari
Mengalir memenuhiku melalui setiap tarikan nafasku
Aku ingin semakin dekat dalam hadiratMu
Berjalan dalam perlindungan dan berkatMu

Tuhan, aku ingin hikmat dan kebijakkan yang dariMu
memenuhi hati dan pikiranku
Sehingga aku bisa mengontrol diriku
menjaga sikapku
Biarlah semua pengharapanku aku letakkan di dalam tanganMu
Aku ingin belajar untuk melihat karya Tuhan dalam hidupku
Babak hidup baru selalu menanti
dan yang sedang aku jalani ini akan usai juga
BEri aku kekuatan supaya tidak kalah dengan keadaanku

Ajar aku setia dalam proses ini,
agar tiba waktunya aku menang melaluinya
Tuhan, terima kasih untuk teman-temanku
Terima kasih untuk orang-orang yang aku kasihi
Terima kasih untuk -orang yang mengasihi aku
Terima kasih untuk hari ini, terima kasih untuk hidup ini....
Tidak ada kata apapun yang bisa aku tuliskan
untuk menyatakan betapa baikNYA ENGKAU dalam hidupku.....

Tuhan, jadikan aku saluran kasihMU


Saturday, September 08, 2007

Lagi di ITHB

Siang ini, lagi ngobrol ma mbak dina. Aku online dari mejanya si Sinung...sory ya Nung, habisnya...di meja Pak Suhardi tadi kesulitan konek internetnya. Toh kamu gak masuk ini ya, Nung... Tapi Nung, kok aku digigit nyamuk pake meja ini..kayak kondisi meja aku dulu aja kok...
Tadi pengen donlot2 paper yang dikirim Anne..makasih banyak ya Ne. Aku punya banyak materi untuk dipelajari. Segala sesuatu memang kudu dipersiapkan sebelum kesempatan itu datang ya dek...hehehe. Aku mulai bijak.

Sambil donlot, ngeblog dan juga chat...walopun chatnya dibalas lama-lama..maklumlah pada sibuk. Aku aja kali yang gak punya kesibukan. Hehehe. Mudah2an ke depannya aku tambah bijak dan dewasa.

Sekarang sudah mau pulang, lapar euy... Di Bandung tinggal di kos adikku...jadilah kamar itu seperti kapal pecah. Pagi hari selama di Bandung, aku selalu masak buat adik2 habis mereka pagi hari sibuk siap-siap kerja dan juga kuliah. Kapan lagi aku bisa jadi kakak yang baik kalau bukan saat-saat seperti ini kan? tar kalau sudah sibuk kan sudah sulit juga.

Nulis apa lagi ya...mbak Dina lagi melototi monitornya. Kita ceritanya sudah habis juga kali ya mbak.... Ternyata dia lagi baca kenaikan harga tol di milis.

Sudah hari Sabtu...berarti sudah hampir seminggu aku di Bandung. Hari Senin yang lalu aku sudah memperpenjang keanggotaanku di The Center. Kartu anggotaku sudah expired sejak Juli 2006 yang lalu. Senangnya waktu ke Center, masih ketemu orang lama seperti Fira dan kak Ellen. Hanya Butet yang sudah hengkang ke Tangerang ikut suami, dan dia memang sudah dapat kerjaan juga di Tangerang.. Selain memperpanjang keanggtaan di the Center, aku juga daftar ikutan kelas speaking. Hmmm, banyak waktu luang di Bandung, karena training yang menjadi tujuan ke Bandung juga kayaknya diundur pelaksanaannya.

Sore nanti, akan ada acara di the center, "Language Helper & City Guide workshop". Untuk mengisi waktu, boleh juga ikutan kan? dan kayaknya selama dua bulan ini di Bandung, aku bisa juga gabung ikutan program menjadi city guide atau languange helper. City Guide ini adalah untuk menjadi guide bagi bule-bule yang baru datang ke Bandung. Biasanya mereka kan belum tahu Bandung, jadi kita minimal bisa memberikan komitmen selama 2 minggu menemani mereka. Yang pasti bule cewe guidenya cewe dan yang cowo guidenya cowo..jadi ini bukan program cari jodoh...huahuahua.

Program language helper, untuk menolong bule-bule itu belajar bahasa indonesia. Biasanya mereka sedang belajar bahasa Indonesia, namun mereka masih merasa kurang jadi masih perlu tambahan kali ya... Untuk ikutan sebagai language helper ini, hanya membutuhkan komitmen waktu minimal 4 jam selama seminggu. Kayaknya menambah kesibukan. aku tertarik juga ikut kedua program ini. Bukankah menolong orang lain membuat kita jauh lebih tertolong dan pulih menjadi pribadi yang lebih sehat dan dinamis. Habis jujur banget, kalau saat ini aku merasa sebagai orang yang sedang membutuhkan pertolongan...

Sudah selesai curhatnya ah....sekarang kudu dengerin curhatnya perut yang keroncongan...hehehe

Thursday, September 06, 2007

SPL I PERMATA, apakah yang kau hasilkan ?

SPL (Sidang Pengurus Lengkap) I PERMATA GBKP sudah selesai...
Hmmm....sampai saat ini aku belum bisa melupakan saat-saat SPL berlangsung. Aku akui, aku memang bukan organisator...banyak yang gak penting yang aku pikir untuk dibicarakan...namun mungkin bagi yang lain hal itu sangat penting.
Bukan prinsip yang kita perbicangkan teriakku dalam hati sambil malas mengikuti persidangan. Namun apa hendak dikata, menjadi sekretaris persidangan membuat semua terasa mengikat dan mengekang untuk tetap harus duduk manis dan mengikuti semua pembicaraan.

Aku sadar kalau aku memang semakin kering di dalam organisasi ini. Kak Tonggo dan Meyland pernah mengingatkan aku untuk mulai melayani dalam kelopok... Hal ini akan menolong aku tetap bertumbuh dalam Tuhan. Tapi jujur, selama di Medan, aku belum punya kelompok untuk belajar Alkitab bersama. Kekeringan itu semakin gersang, dan dampaknya...emosi tidak stabil, hati yang memberontak semakin merongrong...Nomi asli keluar dan iblispun mengambil kesempatan.

Uh....sedihnya hatiku. Aku semakin merasa seperti berjalan sendiri di situ....aku sedih banget dengan keadaanku dan juga dengan semua pelayanan ini. Kadang aku merisaukan banyak hal...tapi yang lain aku liat baik2 saja dan merasa tidak ada yang perlu dikuatirkan. Apakah aku yang salah? dan memang benar2 di sini bukan tempatku ?
Banyangkan, SPL berlangsung sampai jam 3.30 pagi di hari pertama yang seharusnya selesai jam 11 mqalam. Hari kedua yang diharapkan selesai jam 3 sore juga berakhir jam 7 malam. Sampai saat ini aku berfikir...apa sebenarnya yang kita diskusikan yang paling penting dan akan berpengaruh banyak untuk kemajuan PERMATA setahun ke depan? Kayaknya tidak ada...kita sibuk dengan format, dengan hal-hal yang tidak terlalu prinsip. KIta sibuk entah dengan apa....mungkin dengan penghakiman kita masing-masing dan juga kamipun sibuk dengan tangkisan dari setiap penghakiman yang terlontar. Huuuhhhh pelayanan macam mana ini?

Aku tak tahu dan sungguh aku tidak mengerti. Sast iti aku coba mengingatkan kita..bahwa sangat banyak sekali propgram yang kalian ajukan. Ingat kalau tahun depan adalah HUT PERMATA yang ke 60, dan akan ada acara sinodal. Kalian juga berkeras untuk adakan SPL 2 di Jawa...dan juga program yang lain yang mungkin semuanya ada 20 kerjaan selain rapat rutin untuk dikerjakan. Emang kita ini mesin rapat dan mesin kunjungan sidang klasis apa? Huhhhh...aku mulai muak dengan semuanya.
AKu sangat muak....sampai saat ini bahkan setelah selesai SPL I, tidak pernah aku dengar diskusi yang memunculkan masalah spiritual Pemuda Gereja. Kita tidak peduli dengan spiritual permata, aku enggak tahu apa yang kita pedulikan. Mungkin sebagian hanya peduli untuk menelanjangi PP dan teriak, "betapa bodohnya kalian dan sedikitpun kalian tidak terlihat sebagai tim yang solit".

Sebagian mengambil kesempatan dari situasi yang sulit ini...aku merasakan itu. Yang pasti satu adalah si Iblis...kayaknya dia sangat bersorak sorai dengan keadaan itu. Apalagi ketika ada yang berbicara, lihatlah kami lah yang peduli dengan PERMATA ini, karena sampai saat ini tinggal kamilah yang ada di ruangan ini..saat itu sudah hampir pukul 3 pagi. Dari depan aku hanya berkomentar dalam hati, yang lain bukan tidak poeduli dengan PERMATA, tapi yang lain muak dengan sidang ini...Jujur aku saja muak mau muntah dan mau meninggalkan sidang. BAhkan aku lakukan itu dan menunjukkan betapa bodohnya aku dan aku memang bukan organisator.
Aku memang enggak cocok dengan pelayanan yang terorganisir seperti ini. Penuh hirarki dan sangat berbelit-belit..sebagian mel;ihat posisi sebagai kekuasaan dan tu berarti dia punya otoritas, namun menunjukkan otoritasnya dengan kepala kosong sehingga sangat memuakkan.

Coba kembali mengingat2.... SPL sidah selesai. Apa yang paling penting yang kita hasilkan untuk kemajuan PERMATA ke depan? Banyak biaya, banyak waktu dan m\sebagian mengorbankan kesehatan untuk menyelesaikan SPL I ini..apa hasilnya ?
Mungkin ini kali ya...
1. Keinginan SPL ke Jawa bisa diperjuangkan jadi nanti bisa sekalian jalan-jalan...hehehe
2. LCD jatuh dan PP mmenanggung tanggung jawab yang harus diselesaikan..mungkin biaya perbaikan dan juga kehilangan kepercayaan sehingga ke depannya akan sulit meminjam LCD.
3. Banyak kekecewaaan kepada PP selama ini, bisa terobati di SPL ini...
4. ....

Enggak tahu lah...hanya pengen menuliskan kesedihan aja tentang kondisi PERMATA ini. Berbicara PERMATA maju...aku enggak tahu kemajuan yang bagaimana sebenarnya yang kita maui..yang aku lihat hampir semua kita ingin begitu2 saja....

Pengen lupain bentar PERMATA, tapi sulit juga yah....

Bandung lagi panas banget loh sekarang ....