Sunday, October 28, 2007

susah bangun...susah air..susah mandi...
kebaktian yang mulai jam 10.30
diwarnai dengan seragam moria dan koor
saat teduh..senyum sambil salam kanan salam kiri

Mencari meja kosong deket stop kontak
gagal...akhirnya manfaatkan batere yang ada
mbak dina gabung, dan cari kursi lain
nemu stop kontak, segelas kopi dan segelas lemon tea
Kompas Minggu tanpa klasika..
Parodinya Samuel Mulia, Cerpen..nama dan peristiwa

Berbagi...
Browsing..chatting...email...fster...blog..
rasa ngantuk yang menyerang saat menunggu giliran..
Sudah sore...
Batalkan janji, dan bikin janji baru...
Pulang yuk...

Saturday, October 20, 2007

Teguk selagi hangat. Jangan diseruput langsung sekaligus. Sedikit demi sedikit saja, sekedar membasahi bibir dan lidah. Terlihat asapnya masih mengepul.
Sedikit demi sedikit kehangatannya berkurang bersamaan dengan asap yang juga lenyap.
Teh panas dipagi hari, bukan hanya sebagai teman untuk sarapan dengan biskuit.
Menemani berdiam, menenangkan pikiran dan fokus pada Pencipta.

Berdiam diri...tidak memikirkan apa-apa, selain mencoba fokus untuk merenung.
Waktuku banyak, aku tidak buru-buru...kataku dalam hati untuk mengingatkan diri tetap berdiam tidak beranjak.
Kalimat demi kalimat yang dibaca, coba pahami dan resapi. Biarlah perasaan tenang dan damai itu mengalir ke seluruh sel-selku. Berdiam diri yang membahagiakan, ditemani secangkir teh. Serasa banyak sekali kedamaian yang disiapkan dalam ketenangan.
Fokus pada Pencipta...fokus pada Pencipta. Sering sekali pikiran dari luar, ingin masuk dan mengganggu fokus. Semakin tenang, semakin damai, dan juga semakin dekat dengan Sang Khalik. Ingin jalani hari tanpa menjauh dari-Nya. Memikirkan-Nya dan juga mencari kehendak-Nya.

Biarlah ini awal yang baru. Awal berdiam diri yang akan membentuk aku lebih dekat lagi dengan sang Khalik. Dalam diam, kerinduan memenuhi hati untuk lebih dekat denganMu.

Thursday, October 18, 2007

Dimana si katak ??

Cappucino dingin terasa lebih nikmat. Bagi yang doyan kopi sih...kadang kopi itam pait terasa jauh lebih nikmat.. Mungkin itu adalah kopi yang sesungguhnya bagi mereka :)
melalui setiap detik yang terasa bergerak cepat dengan cappucino dingin bukan menjadi masalah. Semua terlihat begitu hidup...orang yang lalu lalang dengan belanjaan dan menyiapkan diri untuk mengakhiri masa liburan.

Sudah lebih setahun gak ketemu ma Astrid...dan nongkrong berdua sambil berbagi cerita ditemani cappucino dingin, bikin cerita tambah asik. Wah...si Astrid makin bijak aja..kataku ma dia. Dia sedang kuliah lanjut S2 ambil MM dan masih semester I. Kuliah dan bekerja kalau dilakukan barengan...di jamin kadang memang bikin lebih dewasa..karena harus jago bagi waktu.

Sahabat sejak kuliah di STT Telkom ini, sekarang kerja sebagai PR di hotel Horison Bekasi, padahal dulunya kuliah jurusan elektro. Astrid sudah tahu banyak dalam hal memasarkan hotel...dan dia menjelaskan dengan menggebu2 ama aku. Kayaknya aku dua tahun ini mungkin belum menikah nih...katanya. Aku mau lulus dulu kuliahku, dan aku akan tetap bekerja dan berkarir kalaupun nanti sudah menikah...katanya menjelaskan rencana kedepannya.

Hmm...kita harus selalu belajar, tidak ada kata berhenti belajar katanya... Ya, iyalah...hari ini wong katak aja sudah tidak di dalam tempurung. Moso kita tetap berada di tempurung kita?
Tapi gimana kalau si katak, tidak di dalam tempurung lamanya, tapi sebenarnya dia pindah tempurung aja kali..? Tapi tetap aja sih di bawah tempurung? pertanyaan yang membuat kami cekikikan dan merasa puas sedikit bisa membahas hal-hal praktis sampai yang filosofis.


Cappucino dingin diselingi mentertawakan si katak..
Mungkinkah kita sendiri yang menjadi katak2 itu? ketika kita mentertawakan si katak...kita mentertawakan diri kita. Dulu kita sama-sama kuliah telekomunikasi di kampus tercinta STT itu... sekarang kamu kerjanya benar2 gak ada hubungan sama sekali ma elektro, Trid..bukankah itu sama dengan pindah tempurung aja? Tapi mengingat, "Katak aja sudah keluar dari tempurung" membuat aku sampai hari ini masih tersentum dan semangat menjalani hari.

Mengenang sepuluh tahun yang lalu...kegiatan gak penting yang sering dikerjakan. Dulu kita suka gereja keliling. kadang di GBKP, kadang di GPIB, kadang ke gereja Katolik ma Lucky, kadang ke GPIB Dayeuh Kolot...itu berlangsung muter sampai aku mengambil keputusan menjadi guru sekolah minggu di GBKP tahun 2007. Sejak itu, aku ke GBKP, Astrid rajin ke GPIB Malabar dan Lucky ke gereja Katolik Buah Batu.

Oh iya...sweaterku yang ketinggalan di mobilmu itu udahlah untuk kamu aja Trid.. Siapa tahu bisa bermanfaat bagi kamu saat pulang kuliah malam.

Tuesday, October 09, 2007

Semua ada alasan

Malam yang sudah turun menyelimuti bumi. Terang digantikan oleh cahaya lampu. Malam semakin temaram. Angin yang entah mau kemana membawa debu kota pergi. Semua ada alasannya. Ya…semua punya alasan.

Mengubah kebiasaan bukan sesuatu yang mudah. Keinginan selalu lebih besar dari kemampuan diri. Tapi bukan berarti tidak mencoba mengubah kebiasaan yang tidak baik, bukan? Seperti malam yang selalu hadir dengan banyak alasan, mungkin salah satunya supaya manusia beristirahat. Angin yang membawa pergi debu kota, apakah memiliki alasan juga?

Apakah alasan aku ada disini? Setidak-tidaknya, satu yang menjadi alasan sudah bisa aku wujudkan di antara banyak alasan yang lain.

Berada di satu tempat dan melakukan kegiatan tanpa mengetahui alasan dari semua. Mungkinkah akan bertahan lama? Sekalipun hidup tersembunyi dari keramaian jauh di dalam pedalaman, tetapi ketika alasan berada disana jelas. Bukankah kehidupan untuk alasan yang jelas di pedalaman akan terus berjalan?
Betapa naifnya hidup, ketika semua berjalan dan mengalir kemana hidup menginginkannya. Tanpa pernah memiliki alasan kenapa kehidupan seperti yang dijalani yang di pilih. Atau betapa naifnya aku, ketika menuliskan bahwa sangat naiflah hidup ketika dilalui tanpa alasan. Mungkinkah hanya alasan yang akan memberikan hidup pada hidup?

Aku punya teman yang aktif melayani anak jalanan. Apakah mereka disana untuk sebuah alasan? Aku tahu kalau temanku itu..IYA. tapi bagaimana dengan anak-anak jalanan itu? Temanku itu menuturkan pelayananya, bagi anak jalanan itu"ALASAN" mengapa mereka sampai hidup di jalanan lebih jelas daripada alasan untuk tetap menjalani hidup di jalanan. Sudah lama kejadiannya...dan yang pasti satu malam natal aku ikut kebaktian bersama diajak teman ku itu di rumah penampungan anak jalanan itu.

Ketika mereka hidup dalam komunitasnya, sebagian mungkin tidak tahu siapa orang tuanya. Kemudian tumbuh besar di jalanan. Mereka juga manusia yang memiliki kebutuhan biologis. Sering sekali anak jalanan itu melahirkan di luar nikah. Yah...bahkan kehidupan seksual mereka sangat bebas. Mungkin mengandung sejak sesudah mendapatkan haid yang pertama. Mereka terus menjalani hidup sampai waktunya tiba untuk melahirkan di jalanan. Anak itu kadang di pelihara, dan kadang ditinggal begitu saja di tempat sampah atau dimana saja, kadang bayinya di serahkan kepada orang-orang yang peduli dengan kehidupan jalanan.
Bayangkan anak yang sudah dilahirkan itu. Tidak pernah dia memilih untuk dilahirkan oleh seorang anak yang hidup di jalanan. Kemungkinan besar, anak itu akan hidup di jalan. Apakah dia selalu harus tahu alasan untuk dia hidup. Mungkin tidak, bukan? Dia hanya akan menjalani hidup bersama komunitasnya. Tumbuh menjadi pribadi yang tidak mengecap pendidikan, sejak mata melek sudah harus mencari uang untuk kelangsungan hidupnya. Mungkinkah ada pilihan dalam hidup orang-orang ini? Kita yang selalu mengagungkan bahwa ’hidup adalah pilihan’, apakah berlaku bagi mereka?

Kita yang tahu memilih ini, apakah jauh lebih baik daripada mereka yang tidak punya pilihan? Yang tidak bisa berteriak kepada keadaan. Rasa menerima yang dalam, menerima...ya menerima...mereka sangat memahami itu. Mulai dari menerima setiap receh yang dilemparkan kepada mereka. Saya pikir, mereka tidak pernah teriak, "Kalau mau memberi, yang sopan dong...!" kepada orang yang memberi kepada mereka. Mereka hanya tahu menerima semuanya besar kecil dan bagaimanapun cara orang memberi kepada. Dimana pilihan itu? Mungkinkah dunia mereka juga penuh pilihan yang berbeda dengan dunia sebagian orang yang juga penuh pilihan? Pilihan-pilihan yang berbeda bukan? Apakah mereka juga dihadapkan dengan pilihan ? Atau tidak ada pilihan sama sekali?

Pendidikan membuat mata semakin terbuka, pikiran semakin tahu hak namun sering sekali mengabaikan kewajiban. Dalam perenungan yang sering ditekan, kadang aku pikir...mungkinkah ketika pilihan menjadi tidak banyak, kehidupan ini akan semakin mudah? Mungkinkah menjadi pribadi yang hanya bisa menerima itu tanpa protes kadang lebih mulia ?

Apakah memang semua keberadaan dalam hidup ini harus ada alasannya? Ketika alasan menjadi kabur dan tujuan pun samar, apakah kehidupan akan berhenti. Bukankah kehidupan akan tetap melaju sekalipun kita tidak tahu kemana arah semuanya. Apakah ini hanya seperti persimpangan jalan di balik gunung dan sekalipun tujuan tidak kelihatan, itu hanya sebentar yang penting jalan masih jelas...dan lalui jalan yang benar itu maka akan sampai ke tujuan itu?

Berjalanlah di jalan yang benar, atau bisa dibilang apakah engkau masih beredar di orbitmu? Maka sekalipun masalah dalam hidup membuat engkau kehilangan alasan melakukan semuanya..namun yakinlah bahwa engkau akan sampai ke tujuan...karena tetap di jalan yang benar.

Hmmm....semua ada alasannya ada di bumi ini. Orang benar pasti tahu untuk apa dia ada. Tapi orang diluar DIA apakah tahu alasan dia ada ?