Aku sudah kenal adik ini (Tibe) sejak Maret 2008 ini, dia ikut bekerja sebagai tim survey di proyek yang aku juga ikut bergabung di dalamnya. Tibe lulus SMU tahun lalu, tetapi dia mengurungkan niatnya untuk lanjut study karena ibunya saat itu sakit-sakitan. November 2007 yang lalu, Ibunya meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya itu. Saat ini dia tidak lagi bekerja karena survey yang kemarin kami lakukan sudah selesai. Di Medan, dia kadang bantu aku untuk mengantar susu dan yogurt, tapi ini masih terbatas sekali karena ngantar susu dan yogurt ke pelanggan hanya dua kali seminggu.
Adik ini sangat ingin melanjutkan studynya, namun ada kalanya dia juga sering mulai ingin menyerah. Saat ini dia sedang mempersiapkan diri untuk ujian SPMB. Hari sabtu pagi, saya bertemu dengan adik ini, memang saya suruh dia datang ke rumah karena malam sebelumnya dia memberitahu saya lewat sms kalau dia akan pulang kampung dan belum tahu kapan lagi ke medan. Ketika saya apakah dia sudah membeli formulir, dia menjawab kalau dia tidak punya uang.
Belakangan yang melemahkan semangat adik ini untuk kuliah adalah, karena kakak2 nya (2 orang) mengatakan kepadanya, ”La kel ukurindu Bapa ah...ija buat uang sekolah, janah la nai lit si nampati bapa i kuta”. Karena kakak2nya kurang mendukung, kadang dia juga mulai mau menyerah. Tapi abangnya tetap mendukung hanya saja, abang nya ini juga sangat terbatas keuangannya. Tibe mengatakan semua dengan jujur dan ini membuat saya sangat ingin mendukung dia untuk sekolah.
”Kak, kalau aku berjuang empat tahun ini untuk sekolah, aku mau kok bekerja untuk memenuhi keperluan sekolahku sebisanya. Nanti setelah aku lulus, mungkin aku bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan, dan bisa menolong orang tua dengan lebih baik. Saat ini walaupun aku pulang ke kampung dan membantu bapak, maka hanya terbatas sekali yang bisa aku lakukan untuk menolong nya dan mungkin sampai nanti-nanti hanya ku juma banci enca bapak ku sampati" ( sampai nanti-nanti hanya ke ladang saja saya bekerja untuk membantu orang tua).
Sampai saat ini, aku tetap memotivasi adik ini, supaya semangatnya bisa tetap menyala untuk sekolah.
Sabtu pagi itu, aku memang ngobrol dengan bang Juspri mengenai masalah adik ini. Dia sedang membutuhkan uang 200 ribu untuk membeli formulir SPMB. Memang, masalah uang yang 200 ribu itu tidak lah persoalan yang sulit bagi kita2. Tapi bagi adik itu sangat sulit.
Aku secara pribadi sudah berkomitmen akan membantu adik ini, karena aku yakin banget tidak kebetulan dia ketemu dengan aku.
Buku2 ini sebenarnya berisi tulisanku yang kemarin dibukukan oleh teman2 PERMATA untuk acara pameran PERMATA di SKS GBKP. Hanya saja masih ada banyak yang sisa belum terjual….jadinya bisalah dijadikan cari dana untuk menolong Tibe. Sebenarnya di Medan juga, ada kok yang bisa langsung menghandle biaya formulir ini. Tapi aku tidak ijinkan dia menyelesaikan persoalan ini seorang diri, karena pertolongan yang diperlukan tidak akan selesai sampai disitu…tapi masih lama dan panjang ke depan ini.
Saat ini semua masalah formulir ujian2 kemarin sudah selesai...dibantu oleh Bang Mahendra, Kak Sri Menda dan Kak Tonggo.
Saat ini adik ini sudah mulai kuliah. Puji Tuhan cicilan I sudah terkumpul... namun perjalanan ini masih panjang. Makasih banyak untuk dukungan doa dan materi dari teman2 semua ya. Tuhan membalas semuanya.
No comments:
Post a Comment