Sunday, December 30, 2007

Jangan lupa edit dulu smsnya !!

Mengirim ucapan selamat yang bisa sampai dengan sepat bukan hal yang sulit lagi saat ini. Lebih sepuluh tahun lalu, untuk mengirim ucapan selamat dalam suatu hari besar yang bisa sampai dengan cepat, kita mengenal telegram indah. Pesan singkat melalui SMS atau MMS saat ini sudah begitu lekat dengan masyarakat sehingga layanan telegram indah sudah lama dimuseumkan.

Harga sms yang murah membuat semua kerabat bisa dengan mudah dan cepat kita kirim ucapan selamat ulang tahun, selamat hari natal, selamat menempuh hidup baru, selamat tahun baru dan selamat-selamat lainnya.

Dengan satu klik sent, bisa pesan ini di kirim ke satu group yang terserah kita berisi berapa nomer. Kalau dalam satu group terdiri dari 100 anggota, maka dalam sekali klik sent, pesan itu sudah bisa diterima oleh 100 orang tersebut.

Masa-masa Natal seperti ini, forward-an sms banyak kita terima. Gambar yang sama dan kata-kata indah yang sama bisa kita terima sampai tiga buah dari orang berbeda. Sehingga terkadang sms-sms itu terasa hambar, karena kita tahu itu hanya di forward dari sms orang lain yang diterima.

Tapi sebenarnya enggak masalah juga sih.. toh banyak ucapan selamat indah yang kita terima. Kalau ucapannya dibuat sendiri, kemungkinan besar hasilnya tidak sebagus yang kita terima itu. Bukan pujangga bo...sudah susah mikirnya, kening berkerut berjam-jam tapi bisa aja hasilnya kurang memuaskan. Jadi meneruskan pesan itu ke teman-teman yang lain, pilihan bijak juga, bukan?

Beep…beep… sms masuk, ternyata yang mengirim sms adalah si Nanda. Sms dibuka dan berisi pesan :

Merry Christmas n Happy New Year. May peace of christmas stay in your heart forever. – Indri & keluarga –

Bingung menerima sms ucapan selamat hari natal ini. Tapi jelas sekali kalau si Nanda tidak mengedit dulu sms yang dia teruskan ke teman-teman. Moso yang ngirim sms si Nanda, tapi dalam pesannya pake nama Indri & keluarga. Satu pesan buat kita-kita yang memforward sms-sms ucapan selamat hari natal, tolong periksa dan edit lagi. Biar kalau kita yang bernama misalnya Nomi, yang terkirim bukan jadi pesan natal dari Nana & Keluarga.

Ok...jangan lupa, edit dulu lah smsnya woi...

Monday, December 24, 2007

Apakah masih menjadi PR Kita ?

taHari-hari sudah dipenghujung tahun. Tidak terasa sebentar lagi akan usai dan dimulai dengan hari yang baru. Banyak hal yang terjadi di belakang, ada yang mengecewakan dan ada pula yang menggembirakan. Tetapi ke depannya, masih banyak yang harus dilanjutkan. Tahun boleh berganti, namun tidak semua berganti. Masih ada PR yang harus kita gumulkan bersama. Tetapi bisa juga kita abaikan dan biarkan begitu saja. Banyak kerinduan yang belum kita mulai juga untuk diwujudkan, padahal tahun sebentar lagi akan ditutup.

Tahun belakangan sampai tahun ini, banyak harapan PERMATA yang masih berhenti di cakap kede kopi. ** Me cakap kede kopi nge gelarna, kai enggo si kita cakapken bulan Agustus tadi nake. Agustus tahun ini, lupa tanggalnya. Aku bertemu dengan teman-teman pengurus PERMATA Klasis di Cililitan. Jadi sambil makan BPK..kami cerita2 tentang PERMATA.

Saat itu yang menjadi pergumulan PERMATA di wilayah Jakarta BAndung adalah sulitnya mendapatkan tempat PA Pemuda gabungan. Sehingga PA Pemuda diadakan di gedung HKBP Cijantung saat itu.

Saat ngobrol itu ada terbersit, bagaimana kalau ada satu sekretariat PERMATA, atau kalau lebih keren lagi...misalnya gedung PERMATA. Saya pikir banyak yang merindukan hal ini bisa terwujud. Juma Cyber juga pernah menjadikan hal ini menjadi topik diskusi.

Kalau wadah berkumpul (Sekre PERMATA) ada di Jakarta, tentunya banyak hal yang bisa dilakukan. Misalnya :
1. Kumpul2 dan koyok2 lanai perlu ke Cafe tapi banci i sekre e saja.. (Juma cyber lahir dari salah satu ngumpul di Pizza Hut Kampung Melayu..Ingat kan teman2? Cikurak yang ada sebagai jambur teman2 eks PERMATA BAndung, lahir dari koyok2 di Starbuck Plaza Senayan...je kam e bang Nico? )

2. Tempat ini bisa menjadi tempat belajar. Misalnya, kan banyak tuh...PERMATA yang menyebut dirinya senior dan mau melayani di PERMATA tapi gak tahu bagaimana caranya? Nah ini...kalau ada beberapa unit komputer di Asar PERMATA ini, tentunya banyak yang bisa mengajari. Setidaknya2 tim Juma Cyber bisa memberikan pelatihan belajar internet atau bagaimana caranya berkontribusi di web PERMATA dan web GBKP.

3. Bisa menjadi pusat pelatihan bagi PERMATA2 junior. Misalnya...kan banyak eks PERMATA yang sudah hebat di kantornya. PERMATA yang baru lulus kuliah, kadang perlu juga belajar bagaimana menghadapi wawancara. Bukankah disini bisa dilakukan.

4. Diskusi buku juga bisa dilakukan, apalagi kalau sekre ini dilengkapi dengan perpustakaan. Dulu waktu Bang Juspri Ginting masih jadi ketua PERMATA, di gereja GBKP...pernah dia perkenalkan buku Philip Yancey ke aku. Sampai hari ini aku hampir mengumpulkan semua tulisannya, Philip loh...bang Juspri.

Mungkin banyak lagi hal positif yang bisa teman2 tambahkan.

Apakah hal ini tetap menjadi PR PERMATA Jakarta, ataukah akan kita biakan berlalu seiring dengan berlalunya tahun ini.
GBKP yang ada di Jawa merupakan GBKP yang terkuat dan terkaya...adi jelas Visi dan Misinya..aku percaya banget orang tua akan mendukung mengadakan "Asar PERMATA' ini...


Selamat Wari Natal..

Selamat Hari Natal


Selamat Hari Natal....
Kristus sudah lahir bagi kita semua
Pembebasan dan penebusan dari dosa sudah Dia berikan
Hari ini Dia ulang tahun
Apakah yang bisa kita berikan sebagai hadiah untuk membalas kebaikannya?

Saturday, December 22, 2007

Selamat hari Ibu..

Selamat untuk semua ibu yang diberkati Tuhan dimanapun...
Tetap menjadi cahaya bagi anak-anaknya...
Dan menjadi sandaran bagi setiap hati yang gundah..

Tuesday, December 18, 2007

Akhir pekan di Jakarta


Atas kiri ke kanan : Nomi, Astrid, Lucky

Bawah kiri ke kanan : Selfi, Nomi, Erna, April

Sabtu siang, 15 Des 07, ke Jakarta untuk ketemu ma teman2 di acara Natal Klasis Jakarta Bandung. Di Bandung turun hujan dan juga jalanan jadi macet banget..sehingga sudah yakin kalau aku gak bisa ngejar jam 3 sore sampai di Jakarta dan pasti sudah ditinggal untuk ke tempat natalan. Untuk ada Selfi...thanx ya Sel... Mau ngjinin aku gabung dengan kedua orangtuanya untuk berangkat ke natalan. Aku gak tahu siapa yang dia jadikan tumbal sehingga aku bisa ikut di mobilnya.

Dalam natalan ini, harus ada yang kita bawa pulang. Apa yang ingin kita dapat untuk datang natalan ? tanya MC. Aku sudah aku dapat apa yang ingin aku dapatkan datang ke sini, Sel...kataku sambil menoleh ke Selfi yang duduk di sampingku. "Aku datang mau ketemu ma teman2 PERMATA, dan aku sudah liat (salah satu Reine) yang aku cari ada di sini...jadi sudah kesampaian dong.." Selfi hanya ketawa2...mungkin dia pikir yang dicari Nomi datang jauh2 dari Bandung hanya itu..cengek banget sih :D

Aku selalu berfikir...acara seperti ini tdk selalu ada. Besok2 atau natalan tahun depan belum tentu kita bisa bertemu. Tahun lalu aku menghabiskan natal di Banda Aceh. Sampai orang sudah hampir habis, kita baru pulang... Oh iya, satu lagi yang aku syukuri ketemu di Natal itu adalah dengan Bang Edi Esa Surbakti. Dia seniorku di STTTelkom. Dia dulu sesepuh yang mengajari aku banyak di PMK..dulu dia ketua PMK dan aku masih mahasiswa baru. Melihat bang Edi pimpin koor itu..aku jadi ingat PMK dan Paduan Suara STT Telkom.

"Siapa yang ngantar kamu Nom?" "Selfi ma orang tuanya" kataku ma Astrid.

Sepanjang sisa natalan aku lalui ma Astrid. Minggu jam 10 pagi, Lucky sudah gabung ma kita. Bertiga kita ngobrol dan tidak ada habisnya. Bukankah itu selalu terjadi ketika kita bersama? Astrid dan Lucky adalah sahabatku banget selama kuliah di STT Telkom. Aku dekat bukan hanya dengan mereka berdua, tapi kenal juga dengan ortu2nya. Kayaknya ortuku aja yang gak dekat dengan kalian, karena mereka jauh di Kabanjahe. Hmmm...senang punya sahabat seperti kalian. Apapun kita bahas. Bayangkan saja kalau saat ini kita punya kerjaan yang berbeda2 banget. Tapi cerita selalu nyambung banget. Ky...kami sudah mengharap kamu membawa bang Jo di pertemuan kita itu. Tapi sayang pertemuan kali ini Bang Jo gak ikutan. Terakhir aku ketemu bang Jo sudah lebih setahun yang lalu..pasti sekarang dia sudah pintar sekali kan?

Walaupun kamu hanya tertawa waktu aku cerita kalau Qitela itu aku beli karena disarankan Astrid beli makanan untuk Bang Jo, justru yang kami debatkan apakah beli Kusuka aja atau Qitela... Maklum Ky..kami lupa kalau bayi berusia 2 tahun belum bisa makan keripik singkong :D

Tuesday, December 11, 2007

single and happy

Dalam satu obrolan dengan seorang anggota PERMATA, saya menanyakan kabar kakaknya yang baru saja menyelesaikan periode kepengurusan pelayanannya di PERMATA. “Saat ini, dia menjadi wanita single and happy, karena kesibukan waktu untuk pelayanan, maka dia menambah kerjaan sehingga memiliki dua pekerjaan di tempat yang berbeda”. Mendengar kata single and happy, ada segaris senyum di bibirku.

Kita tidak akan menutup mata, kalau saat ini cukup banyak wanita atau pria yang masih single sekalipun usia sudah diatas 30 tahun, dan ini lebih banyak dari waktu-waktu yang dulu. Beberapa melalui waktu-waktunya menjadi sosok single and happy, namun tidak kurang juga yang menjalani harinya dengan penuh ketertekanan untuk menunggu seseorang yang akan melamarnya atau tertekan menemukan seseorang yang akan menawan hatinya untuk dijadikan istri.

Banyak anggota PERMATA yang sudah lanjut usia karena menurut masyarakat sudah lewat usia menikah, tapi belum juga menikah. Apakah akan menjalani hidup dengan penuh ketertekanan? Sebagai anak Tuhan harusnya TIDAK. Bukankah anak Tuhan seharusnya tetap happy, bagaimanapun keadannya. Saat ini banyak orang yang single namun tidak happy, siapakah yang akan menolong mereka? Padahal kalau mereka membuka mata, banyak sekali pasangan yang menikah namun belum tentu juga bahagia bukan?

Orang-orang yang masih single memiliki banyak kekuatan. Mereka bisa melakukan banyak hal. Seperti teman yang aku ceritakan di atas, dia bis amengisu waktunya dengan memiliki tanggung jawab kerja di dua tempat yang berbeda. Mereka masih muda, bukan sosok tua yang sudah sakit-sakitan. Masa masa muda yang penuh potensi itu diabaikan begitu saja hanya karena tidak adanya kebahagiaan karena status yang sinlge ? Tentu tidak bukan? Bukan hal yang aneh lagi hari ini belum menikah sekalipun usia sudah diatas 30 atau bahkan di atas 40 bukan? Itu banyak disekeliling kita. Namun jadilah pribadi-pribadi yang tetap berbahagia di dalam Yesus.

Bahagia itu akan hanya sebentar kalau datangnya dari luar diri. Namun ketika kebahagiaan lahir dari dalam diri sendiri. Ada rasa ucapan syukur setiap hari ketika menyambut pagi, dimana kedekatan dengan Allah membuat rasa bahagia itu seperti aliran air hidup di dalam hati kita. Percayalah maka orang yang single and happy akan menjadi sosok yang happy juga ketika dia mengakhiri masa-masa singlenya. Mereka akan menjadi pribadi yang lebih berpotensi untuk menjadi keluarga yang bahagia.

Tetaplah bahagia di dalam Tuhan bagaimanapun keadaanmu.

Wednesday, December 05, 2007

Selamat Ulang Tahun, Rispa...

Hari ini, Rabu 5 Desember 2007, Rispa Ginting (Ketua Bidang Konsolidasi PP) genap berusia 28 tahun.
Rispa melalui usia ke 28 ini dalam keadaan koma di Rumah Sakit Elisabeth, Ruang St. MArta Medan.

Momen ini akan menjadi saat-saat yang tidak terlupakan dalam kehidupan Rispa dan juga di keluarga.

Cepat sembuh ya Ris...
Kami kerina ertoto untuk mendukung kam dan keluarga.

Saturday, December 01, 2007

Tuesday, November 27, 2007

Kuasa Doa

Jemaat mulai bergerak menuju ke depan mimbar. Kebaktian kesembuhan dan pelepasan yang dilaksanakan, Senin 26 November 2007 di GBKP Bandung Pusat dilayani oleh Pdt. Sahabat. Sejak awal ibadah, aku sudah mulai mello menyanyikan setiap pujian yang dinaikkan. Aku teringat dulu waktu masih aktif dan menjadi pemula di PERMATA Bandung Pusat. Dulu belum ada PD RUnggun, hanya PD PERMATA yang ada dan sering mendapat penentangan dari orang tua. PERMATA dianggap terlalu ikut-ikutan dengan kharismatik.

Sambil bernyanyi dan menyembah, air mata mengalir...inikah buah doa kita2 juga? Dulu..kita sering menangisi gereja kita, bandung pusat supaya terjadi revival. Hampir 90% dari kita yang dulu PERMATA yang sering ikut PD sudah tidak lagi di BAndung. Itu sudah berlalu 10 tahun yang lalu. Sangat bersyukur bisa melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana jemaat mulai bergerak ketika ditantang untuk maju supaya didoakan untuk kesembuhan dan juga pelepasan.

Air mata yang mengalir bukan hanya sebagai ucapan syukur bisa menyaksikan sesuatu yang baru di gereja kita yang sangat tradisional ini. Tapi juga air mata yang mulai menghangatkan hati untuk menumbuhkan harapan bahwa apapun yang dialami saat ini ketika kita tetap berdoa, di depan nanti Tuhan akan ijinkan kita melihat apa yang menjadi doa kita.

Panggilan itu dilakukan dua kali, yang pertama untuk kesembuhan dan yang kedua untuk pelepasan. Dibelakang kegiatan ini adalah Tim PD Runggun dan juga PERMATA. Pekerja dalam ibadah ini banyak pemuda. MC dan pemain musik juga pemuda, pujian yang dinaikkan dicampur lagu GBKP dan juga lagu-lagu rohani yang lebih dikenal di persekutuan. Saya dengar bahwa sekarang ini malah PD Runggun lebih maju daripada PD PERMATA, dan jg sekali dalam sebulan PD digabung PERMATA dan Runggun. Doa tidak pernah sia-sia..

Kita tidak akan menutup mata, kalau saat ini memang banyak jemaat kita yang sakit. Sakit bukan karena virus atau bibit penyakit yang bisa dicegah saja. Tapi sering sekali penyakit yang diderita adalah karena tidak mampu mengampuni, keputusasaan hidup, tidak ada harapan akan masa depan yang membuat kemiskinan dan kesengsaraan dalam melalui hari-hari, tidak bersemangat, dan banyak lagi penderitaan yang mengungkung jemaat. Seorang pemudi mengakui kalau dia memang selalu pusing dan juga asam lambungnya tinggi sampai sering muntah-muntah, dia bolak balik ke dokter dan juga penyakit itu bolak balik menyerang dia. Dia memiliki kepahitan kepada kakak PA nya, karena menurutnya kakak PA nya merebut pacarnya. Dan memang semua juga menyaksikan kalau saat ini mantan pacarnya itu pacaran dengan mantan kakak PA nya itu. Itulah yang mewarnai pelayanan pemuda ini. Dia mengakui sekalipun dia sudah bilang mengampuni, tapi kalau ketemu dengan ex kakak PAnya atau mantan pacarnya, dia langsung kesulitan untuk menyapa dan ingin menghindar saja. Mungkin banyak lagi penyakit lain yang butuh doa untuk menyembuhkannya.

Panggilan kedua adalah pelepasan, tidak kalah banyaknya yang maju ke depan dibanding dengan panggilan yang pertama. Kita juga tidak akan memungkiri kalau sebelum kekristenan masuk ke Karo, nenek moyang kita adalah beragama "pemena". Okultisme sarat menyatu dengan kehidupan nenek moyang, hampir semua segi kehidupan mereka bersentuhan dengan okultisme. Sangat besar kemungkinan kalau ada (banyak) jemaat GBKP yang masih terikat dengan kuasa kegelapan itu dan memerlukan pelepasan. Cukup banyak yang maju dengan kerinduan dilepaskan dari semua kuasa-kuasa kegelapan yang mengikat mereka.

Puji TUHAN...
Itu terjadi di BAndung.

Aku berdoa dan mengingat, bukankah di tanah KAro sana juga memerlukan doa pelepasan? Mungkin banyak jemaat kita yang sudah capek terikat dengan kuasa kegelapan. Mereka sudah sangat lama rindu untuk dilepaskan dan menjadi orang yang merdeka di dalam Tuhan. Apakah kerinduan mereka itu sudah terjawab? Saya sering melihat di kampung halaman kalau ibadah untuk kesembuhan dan pelepasan itu sering dianggap bagian dari ibadah karismatik, dan GBKP enggak melakukannya. Memang benar, menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat jauh lebih penting dari semua. Tapi saat ini dibumi ini, bukankah Kristus juga datang untuk memerdekakan anak-anakNya? Kebenaran memang sering sekali ditutupi oleh si jahat supaya kita tetap terpenjara dengan dakwaannya sehingga tidak pernah menikmati hidup bebas merdeka di dalam Kristus.

Berdoa agar GBKP dimana saja lebih menghidupi kebenaran Alkitab dan juga semakin berani untuk melawan kuasa-kuasa kegelapan yang mengikat jemaat.

Sunday, November 25, 2007

Tidak ada tempat yang nyaman....

Beberapa teman mengingatkan aku bahwa tidak ada tempat yang nyaman dan aman bagi orang-orang yang melakukan kehendakNya. Semangatlah ketika hambatan ada di depan...ingat bahwa kita mengerjakan untuk Tuhan. Bagian ini dibacakan sebagai komitmen ketika aku berdiri di depan pendeta untuk menerima tanggung jawab ikut mengambil bagian dalam pelayanan pemuda.

Kita dipanggil bukan untuk hidup nyaman dan aman tetapi untuk hidup gelisah dan tidak pernah tenang melihat keadaan sekitar yang memang kan semakin mengesalkan. Ketika kita minta pada Nya tuk dewasa dalam Dia maka Ia akan memberikan tantangan dan rintangan yang semakin besar begitu juga ketika kita minta kesabaran yang diberikan adalah sgala hal yang mengesalkan hati. Sama halnya jika ingin naik kelas maka harus hadapi ujian toh? Mari kita belajar untuk berserah diri pada Illahi sebab jika kita berjalan sendiri yang ada hanyalah sepi dan sakit hati...(makasih banyak kak Tonggo).

Ketika kita sudah merasa aman dan nyaman..berarti ada yang salah dengan kita. Kita tinggal di dunia ini dan kita adalah warga kerajaan surga dan memang sudah sewajarnya tidak ada tempat yang nyaman untuk kita disini. Kalau kita sudah merasa nyaman saat ini dibumi ini, maka ini perlu dipertanyakan kalau memang kita benar2 anak Tuhan...karena itu tetaplah lakukan hal yang benar dan adil sekalipun keadaan semakin tidak nyaman...(makasih Karin).

Yakobus 1:2-3, Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

Thursday, November 15, 2007

Mak Comblang

“Apa yang menjadi kriteria kamu mencari cowok ?”

“hmmm…sebenarnya, membuat kriteria cowok yang saya inginkan pun saya tidak bisa,” kata Ana puas dengan jawaban yang terucap karena tidak perlu berfikir menjelaskan kriteria pria yang dia idamkan kepada bibi Dani.

“Pintar jawaban anak kita, mungkin karena sudah disekolahkan. Kalau kata kami ya, dia itu sudah baik banget. Kamu itu cocok banget untuknya.”

”Belum tentu dia merasa cocok dengan aku. Kata teman-temanku, aku ini kadang musingin. Tar dia pusing lagi kalo ngobrol ma aku”.

”Tapi memang benar juga, ibu aja suka pusing kalau dengar jawaban-jawaban kamu.”

Ana sudah mulai gerah dengan obrolan dengan bibinya yang sedang melakonkan peran mak comblang. Kalau semua pernyataan dan obrolannya dijawab dengan menunjukkan rasa tidak suka yang frontal maka akan panjang dampaknya. Dan tentunya dia akan selalu disalahkan dan dianggap belum menikah karena terlalu milih-milih. Dengan sabar, Ana tetap meladeni semua perkataan bibi yang sudah sejam menasihatinya supaya berfikir untuk segera menikah.

”Bagaimana mau ya dijodohin? Kamu coba kenalan saja dulu dengan dia. Dia memang tidak punya titel. Tapi sudah punya usaha sendiri. Bibik tuh pengen banget kenalin yang terbaik untuk kamu...tapi kalau yang pria mapan yang punya gelar, bibi belum punya kenalan.” Ana hanya senyum saja menanggapi penjelasan bibi yang penuh semangat.

”Sebenarnya ada dua cowok yang bisa dikenalin...tapi yang satu itu kurang baik untuk kamu. Sebenarnya dia baik tapi pergaulannya belum tentu sesuai ma kamu. Kalau bibi liat sih susah nanti ke depannnya. Dia itu suka clubbing dan kadang suka minum. Nah yang begini ini sulit nantinya dikeluarga kita. Tapi kalau yang satu lagi, walaupun usahanya cukup bagus tapi dia selalu terlihat biasa saja. Orangnya baik dan suka menolong. Postur tubuhnya mirip ma abang kamu, papanya Ray. Penampilannya sederhana dan orangnya jujur dan terbuka. Persis kayak Bapak kamu loh... Bagaimana, Na?”

”Hehehe...saya mah gampang aja kok..kalau dia baik. Gak masalah lah...pokoknya mudah aja. Lagian, dia juga belum tentu mau ma aku.”

”Garansi...dia mau banget kalau menikah ma anakku. Kamu kan anakku juga, Na. Dengerin ya Na..kenapa bibi pikir dia cocok ma kamu. Kemarin, bibi nanya apa kriteria cewek yang mau dia jadikan istri. Sebenarnya banyak banget cewe yang suka ma dia. Gimana enggak, dikota kecil kita ini dia sudah berhasil dengan usahanya di usia yang masih muda. Katanya, dia mencari istri yang bisa mandiri. Kalau istrinya mau bekerja, boleh. Kalau di rumah saja juga boleh. Trus katanya kalau istrinya mau bantu usaha yang dijalankan nya saat ini juga boleh, tapi akan lebih baik kalau istrinya punya ide untuk jalankan usaha sendiri, lebih baik dibuat saja yang baru. Karena yang dia kerjakan sekarang ini sudah berjalan dengan baik, tar kalau dimasuki orang baru malah jadi sulit kalau tidak searah pikiran untuk memajukannya. Nah menurutku kamu cocok dan bisa menjadi pendamping untuknya. Gimana? Kamu harus sudah mulai memikirkan menikah, Na”.

”Iya..pasti tar kalau sudah sampai waktunya, aku juga menikah lah..”

”Kita harus berusaha juga untuk mencari seseorang yang akan menikahi kita perempuan ini. Na, kamu sebenarnya sudah punya pacar belum sih? Kalau sudah, kamu bawa ke rumah trus sudah bisa dibicarakan untuk menikah dengan pacar kamu itu”.

”Ana gak punya pacar, Bi!”

”Kalau gitu, bibi sarankan kamu kita kenalin dengan cowok yang bibi bilang tadi”

”Santai aja lagi bi, paling tar dia yang belum tentu mau sama aku. Aku mah orangnya gampang kok..gak punya tuntutan macam-macam.”

”Kamu jawabanya selalu ’gampang’, ini serius. Kamu harus lihat dulu gimana orangnya. Jangan langsung ’IYA’ aja. Tapi kalau memang enggak suka, jangan dipaksanakan juga untuk nyenengin hati kami orang tua ini. Memang kami memikirkan yang terbaik untuk kalian anak-anak kami. Tapi kami gak mau juga memaksakan kehendak. Kami ingin kamu lihat dulu orangnya, dan kalau memang suka dikit aja. Tar baru bibi yang bicara sama dia. Sekarang kamu siap-siap, kita akan ke tempat teman bibi di dekat kantornya. Bibi memang ada urusan ke rumah teman itu siang ini. Trus tar bibi ajak ngobrol dia, kamu liat orangnya ya.”

”Apa? Enggak usah ah...malas. Aku percaya kok ma bibi. Kata bibi dia baik, dan manis aku juga percaya kok bi. Gak usahlah sampai segitunya kesana untuk liat dia ya... ya..bi..ya bi.. Enggak usah ya..”

”Ini..kamu ini persis seperti bibi waktu muda. Kalau ngomong jawab semua baik-baik. Tapi sebenarnya enggak mau. Bibi kenal banget jawaban-jawaban seperti itu. Kalau kamu sudah punya calon untuk dijadikan suami, kami juga gak akan menghalangi. Tapi kalau kami suruh kamu menikah, tanpa mencarikan calon suami..kan itu namanya kami juga keterlaluan kan?”

”Waduh...iya deh. Tapi berangkatnya sejam aja lagi ya bi. Aku belum mandi.”

”Na, bibi memikirkan yang terbaik kok untukmu. Cowo ini teman baik bibi, dan bibi juga akan memberikan anak bibi yang terbaik untuknya. Kamu tahu kan, kalau ada Tina anak kandung bibi yang sudah gadis. Tapi bibi gak yakin ma Tina. Bibi gak mau kalau menjodohkan Tina ma dia, karena Tina belum tentu bisa mandiri dan bibi pikir Tina enggak sesuai dengan perempuan yang dia cari untuk dijadikan istri. Kamu yang sesuai, Na. Makanya bibi pikir, gak ada salahnya kamu liat dulu bagaimana orangnya.”

”Sekarang kamu siap-siap ya.”

”Kak, Ana harus lihat dulu orangnya. Supaya nanti kalau memang mereka jodoh dan dikemudian hari ada masalah..dia enggak menyahkan kita kan kak? Bibi meyakinkan ibunya Ana bahwa yang dilakukannya sudah benar dan sangat bijak.

Ibu Ana tersenyum dan mendukung apa yang dikatakan bibi Dani.

***tar dilanjutin****

Sunday, November 11, 2007

Minggu Pagi

Hampir jarang sekali aku mendengarkan siaran radio selama di Kabanjahe. Pagi ini radio Bayu menemani aku mengetik, menggunakan waktu sebentar yang masih ada sebelum siap-siap berangkat ke gereja untuk kebaktian Minggu. Masih jam 7.50 pagi, waktu berdiam diri dan mencoba mendekatkan diri kepada Sang Pencipa sudah selesai, walaupun dilalui dalam keadaan membagi perhatian dengan kesibukan di belakang rumah.

Kemarin pengen sekali menulis..apalagi kemarin adalah 10 Nov merupakan hari pahlawan. Sedikit waktu aku gunakan ngobrol dengan bapak tentang hari Pahlawan, tapi tidak mudah untuk menuliskannya. Rasanya saluran pikiran tentang Pahlawan mampet untuk diungkapkan melalui tulisan. Namun membicarakannya juga sepertinya kami kehilangan benang merah antara saat-saat mengapa 10 Nov menjadi hari pahlawan sampai sekarang ini. Manusia sudah lebih mementingkan diri sendiri, kata Bapak. Sulit mencari orang untuk mengorbankan harta benda, bahkan jiwa raga untuk kepentingan masyarakat luas. Bahkan saat ini yang muncul adalah seorang yang berpengaruh merugikan masyarakat luas untuk kepentingan sendiri. Kebanyakan seperti itu, bahkan yang tidak melakukannya bukan karena mereka lebih baik dan suci tetapi mungkin karena kesempatan untuk itu yang tidak ada. Aku hanya mengiyakan apa yang dikatakan Bapak.

Sampai tertidur malam tadi, menulis tidak kunjung terwujud. Kabanjahe dingin sekali, hampir tiap hari hujan gerimis. Namun pagi ini cukup cerah dibanding hari kemarin walaupun awan masih kelabu. Sudah tiga malam kami lalui dengan membaca Firman bersama-sama. Hari pertama, Bapak, Mamak dan Aku membaca Efesus, dan diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Mamak. Dia mendoakan kami anak-anaknya satu persatu. Hari kedua dan hari ketiga, hanya aku dan Mamak yang membaca Alkitab. Bapak duduk diantara kami dengan membaca bacaannya sendiri. Katanya dia kesulitan membaca bersuara. Tadi malam, Bapak membaca buku Pahlawan Iman, tentang George Muller. Kami tidak memaksa Bapak untuk ikutan bersama kami, karena dia punya program sendiri setiap hari baca 3 pasal. Hanya mamak yang kadang kesulitan kalau membaca sendiri, langsung ngantuk katanya. Jadinya membaca bersama-sama akan menolong mamak dan saya juga..giliran berdoa, kami melakukannya bertiga.

Terkadang selesai berdoa, semua beban rasanya ringan. Tapi pagi harinya, aku kembali dipenuhi pergumulan dan kebingungan akan kehidupanku yang ada di depan. Apakah aku memutuskan untuk keluar dari Sumut secara permanen, atau memutuskan tetap di Medan atau di Kabanjahe untuk menyelesaikan tanggung jawabku di PERMATA. Semua perlu dievaluasi, itu sering aku katakan kepada diriku. Aku tidak tahu apakah ini hanya untuk menentramkan hatiku, untuk keputusan yang aku ambil. Dua malam yang lalu, aku semakin bingung ketika pertanyaan untuk melanjutkan apa yang sedang aku lakukan di Bandung mempertanyakan aku apakah mau diberi tanggung jawab atau tidak? Ketika Bapak tahu itu, dia menyarankan aku supaya melanjutkan kesempatan itu. Bagaimana dengan PERMATA, pak? Tanyaku. Balik dua bulan sekali ke sini untuk PERMATA, Nom. Bisa-bisa habis tabunganku, Pak, jawabku. Bapak yang biayai ongkos kesini, kata Bapak menentramkan hatiku. Aku makin bingung kan?

Dulu aku punya semangat dan keberanian yang sangat jauh berbeda dengan saat ini. Apakah ini indikator bahwa aku jauh dari Tuhan dan hanya mengandalkan pikiranku saja? Hmmm...kemarin 10 Nov hari pahlawan, bukan berarti yang ada zaman sekarang ini di Indonesia hanya pahlawan kesiangan, bukan?

Aku punya Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, yang menjadikan aku...Allah Yang Maha Tahu, bahkan yang ada sebelum waktu digariskan, Dia sudah tahu semuanya. Kenapa aku tidak memalingkan wajahku kepadaNya? Aku terlalu sering memandang persoalan-persoalan saja, sehingga Allah Yang Maha Kasih dan Maha Kuasa itu menjadi tersembunyi dari pandanganku. Aku terlalu sibuk denga`````n pikiranku sehingga suara Tuhan yang berbisik lembut tidak terdengar lagi.. Tuhan tolong aku menjalani jalan-jalan ini.

Penyiar Radio Bayu sedang sibuk membacakan kiriman lagu. Aku juga sudah harus mengakhiri nge-blog, siap-siap untuk kebaktian pagi jam 9.00Wib.

Selamat Hari Minggu untuk teman-teman semua dimana saja.
Tuhan memberkati

Monday, November 05, 2007

Duduk di dekat jendela pesawat, membuatku bisa melayangkan pandangan sejauh awan-awan yang terbentang. Langit biru membuat taburan gumpalan awan begitu indah. Aku lebih tertarik memandang melalui jendela daripada melirik orang yang duduk di sampingku. Kusenderkan kepala ke sandaran kursi tanpa mengubah arah pandangan dan berharap sebentar lagi aku akan terlelap dalam perjalanan dua jam itu.

“Kamu mau kemana? “ “Mau ke Berastagi, ibu saya di berastagi”
“Sendiri saja? Kamu tinggal dimana? Orang Karo ya?”
“Saya tinggal di Kupang. Iya, saya orang Karo Beru Tarigan. Anak saya seorang dan tinggal bersama bapaknya. Saya sebentar saja ke Berastagi ingin melihat mamak.”

Pembicaraan ini berlangsung di tempat duduk persis di belakangku, dan mendorong aku untuk menanyakan orang yang duduk disamping aku. Kualihkan pandangan dari luar pesawat ke ibu yang duduk di sebelahku. “Ibu mau kemana?” “Mau ke Medan.” “Ibu tinggal dimana?” “Tinggal di Medan.” “Ada acara di Jakarta, ya Bu?” “Anakku kecelakaan ditabrak mobil. Seminggu opnam di RS Cikini. Padahal dia sedang hamil 3 bulan. Nanti kalau sudah sembuh, dia akan ke medan sampai melahirkan di Medan saja.” “Ibu aslinya orang apa?” “Aku orang Karo.” “Oh…Beru kai Kam, Bi?” “Beru Tarigan. Kam pe kalak Karo? Beru kai kam?” “Aku beru Sinulingga, Bi. Kami tading i Kabanjahe.”

Separuh perjalanan aku lalui dengan terlelap. Ketika bangun, dinginnya AC terasa menusuk sampai ke tulang. Aku ke toilet, karena sesak pipislah yang membangunkanku. Sweater yang aku pakai ternyata tidak cukup memberi kehangatan. Selendang yang aku pakai menyelimuti tubuh sangat menolong. Ketika aku lihat ibu tadi, aku sangat merasa kasihan karena dia tidak membawa baju hangat. Dia keluarkan tangannya dari lengan bajunya dan dia melipat seluruh tangannya didalam bajunya. Itu cukup baik supaya keseluruhan tubuh sampai ujung jari tangan tertutup kain untuk mengurangi rasa dingin. Aku sentuh bahu ibu itu dan menawarkan berbagi seledang yang aku pakai. Dia keluarkan tangannya dari lengan bajunya, dan mengambil bagian ujung selendang yang aku sodorkan. Lumayan hangat, dan ibu itupun tertidur sementara aku menikmati memandang hamparan awan putih yang tebal.

Sepuluh menit menjelang pesawat akan landing, aku manfaatkan untuk ngobrol dengan ibu disebelahku. Dari Polonia dia akan ke rumah anaknya di Simpang Kuala. Aku mengajaknya untuk bareng, karena aku juga akan ke Simpang Kuala dan meneruskan perjalanan ke Kabanjahe. Waktu turun dari pesawat, aku bingung melihat ibu itu karena dia tidak memiliki barang. Melihat aku kebingungan, dia bilang kalau hanya punya tiga buah baju di dalam kantung yang dia bawa. Aku mengambil bagasiku dan melanjutkan perjalanan bersama ibu ini. ”Piga anakndu, Bi?” ”Enam” ”Siapa yang beli tiket pesawatndu, Bi ?” ”Suami anakku.” ”Berapa usiandu, Bi ?” ”48 tahun”. ”Usia berapa kam dulu menikah, Bi ?” ”18 tahun.” ”Sudah berpapa anakndu yang menikah, Bi?” ”Dua orang.” ”Bapak kenapa enggak ke Jakarta ras kam, Bi ?” ”Lalit sen kami. Janah ia harus erdahin. Kami erdahin i Kebun. Aku pe harus mulih karena harus kerja di Kebun.”

Banyak hal bagiku untuk dipelajari dan direnungkan dalam perjalanan bersama ibu ini. Usia 48 tahun cukup muda bila dibandingkan dengan kerut di wajah, mata yang cekung dan tubuh yang kurus. Ibuku yang berusia 56 tahun terlihat jauh lebih muda saat aku pandang ibu itu. Mungkinkah perjalanan hidupnya yang sudah berkeluarga dan beranak sejak usia 18 tahun menelan masa mudanya sehingga terlihat begitu tua?
Kami turun di Simpang Kuala dan aku membayar ongkos, dan menolak uang ibu itu. Toh...ibu itu bersama aku atau aku sendiri saja tidak akan mengubah ongkos yang aku bayar. Siapa tahu pulang bersama ibu itu akan memberi sedikit pertolongan kepadanya. Melakukan hal itu membuat aku merasa bahagia, bisa berbagi dengan orang yang membutuhkan.

Sampai di rumah, aku menceritakan perjalananku kepada Bapak. Aku menceritakan tentang ibu yang duduk disebelahku di pesawat. Ternyata membukan diri untuk mengobrol dengan orang asing, memberikan kisah kehidupan yang begitu berharga. Aku bersyukur dengan dua jam lebih perjalanan itu...karena membuat aku semakin mengingat Pencipta dan dimampukan untuk mengucap syukur dalam keseluruhan kehidupan yang aku miliki.

Friday, November 02, 2007

Antrian

Mata berat namun masih bisa diajak kompromi, menyeret kaki diantara kerumunan. Pukul 3.30 pagi, sudah sampai di bandara Sukarno Hatta. Antrian yang panjang, dan kursi-kursi yang ada sesak dianara barang-barang dan manusia. Ada sedikit celah diujung kursi yang paling dekat dengan pintu masuk bandara. Ku dorong troly bergegas untuk mengistirahatkan kaki yang sudah mulai pegal berdiri.

Entah kemana semua tujuan orang yang antri itu, pikirku. Beberapa saat semua mengalami saat-saat yang sama, yaitu antri. Namun hanya sesaat lagi pula mereka akan mencari gate masing-masing untuk melanjutkan rutinitas menjadi penumpang pesawat. Mungkin aja masih ada yang akan menuju gate yang sama. Setelah itu duduk di ruang tunggu dan bisa kemudian naik pesawat yang berbeda dengan tujuan masing-masing tapi mungkin juga naik pesawat yang sama.

Aku duduk mengamati anrian. Jadwal penerbanganku masih ada beberapa jam lagi sehingga aku enggak ikut dalam antrian yang sesak itu. Orang-orang yang antri itu, kemungkinan besar ada yang bukan berasal dari kota ini. Tapi sekalipun mereka tinggal di dalam kota ini atau juga malah di sekitar bandara ini, tentunya mereka pagi-pagi sekali dari rumah. Setidak-tidaknya sejam yang lalu sudah keluar rumah sekiar jam 2.30 pagi. Kalau yang tinggal di luar kota, mungkin sudah mulai proses perjalanan ini sejak hari kemarin. Karena hari kemarin baru diakhiri 3,5 jam yang lalu.

Antrian itu semakin bertambah seiring dengan berkurangnya antrian itu karena sudah selesai melewati bapak yang mengecek tiket di pintu masuk. Tapi antrian itu tetap aja bertambah panjang, bahkan kursi yang aku duduki menjadi lebih dekat ke pintu dibanding ujung antrian. Mengamati antrian ini ternyata tidak mampu membendung rasa ngantuk. Sudah sepuluh kali aku menguap, dna rasa lapar juga mulai mengusik. Rasa pusing mulai mencoba mengalihkan perhatianku dari antrian tapi mulai tertuju kepada diri sendiri. Aku merebahkan kepala ke tumpukan tas yang ada di atas troly. Tertidur dalam keadaan terjaga karena tetap menyadari kalau antrian itu tetap bergerak. Ketika aku angkat kepala, dengan samar terlihat jam sudah menunjukkan pukul 5.10. Pandangan yang tidak terang dan rasa pusing yang mengganggu karena kurang tidur sedikit terobati ketika aku menghabiskan bekal yang aku bawa. Terasa sedikit kesegaran yang mengalir. Aku berdiri, mendorong troly dan masuk dalam antrian.

Aku mendapat seat no 5A. Sesampai di ruang tunggu gate A3, aku mencari buku yang aku baca untuk mengisi waktu dalam menunggu. Ternyata dalam tas yang aku jinjing, buku itu tidak ada. Aku coba memastikan apakah buku Norman Vincen Peale yang sudah aku siapkan untuk dibawa sebagai bacaan selama perjalanan memang benar2 aku bawa. Rasanya tidak juga masuk ke tas yang ada di bagasi. Kemungkinan masih tergeletak di atas tempat tidur di Bandung. Aku mencoba cari kertas dan bolpen yang biasa ada di tas juga gak ketemu. Tadi berharap bisa mengoret-ngoret kertas menunggu jadwal penerbangan.


Meletakkan kepala diatas tas dan melanjutkan tidur menjadi penolong membunuh rasa bosan menunggu melanjutkan perjalanan ke Medan.

Thursday, November 01, 2007

If GOD Will

Sudah hampir dua bulan aku di Bandung...ada hal yang dikerjakan, digumulkan dan juga di evaluasi. Kadang mimpi dan cita-cita masa kecil mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang dipikir oleh orang lain "untuk apa melakukan itu ?".

Selama di Bandung, aku tetap dapat kabar dari teman2 di Kabanjahe sekitar...walopun boleh dibilang banyakan bukan dari pengurus PERMATA Pusat tapi dari teman2 pengurus Klasis.Ada sms tentang Rika Ginting (PKMKJ) yang tabrakan, dan untung hanya sedikit lecet2.

23 Oktober tadi, Beni Surbakti, PK Laubaleng sms aku kalau ada pengurus Lau BAleng yang meninggal dunia karena tabrakan. Hmmm, masih muda pikirku. Masih muda sekali, dia sudah kembali ke rumah bapa. Turut berduka cita dan doa untuk keluarga yang ditinggal..menjadi ungkapan balasan sms terakhir dariku. Kemudian Pionerta Pinem (Anggota Partisipasi PP, juga mengabari tentang meninggalnya teman ini).

Sabtu, 27 Oktober 2007 tadi... Irwan Ginting (Kabid Pembinaan PP) sms aku, kalau Rispa (Kabid Konsolidasi PP) tabrakan di depan RC dan sedang koma di ICU RS. Elisabeth Medan. Pionerta Pinem juga sms menanyakan apakah aku dapat kabar ttg Rispa. Hari Minggu, kak Mega Tarigan nelpon aku, dia memberikan informasi lebih banyak lagi tentang Rispa. Dari gambaran yang diberikan oleh kak Mega, aku bisa membayangkan kalau keadaan Rispa sangat kritis. Andi dan Thomas juga sms kalau Rispa masih koma sampai tadi malam.

Rapat Rutin PP terakhir yang aku ikuti bulan September lalu di rumah Rispa. Mendengar Rispa koma seperti ini aku juga jadi ingat keluarganya. Betapa beratnya beban keluarga ini.Pagi ini aku merenungkan tentang hidup. Masa muda yang seharusnya penuh semangat, tidak memiliki rasa takut untuk suatu yang benar yang diimani untuk dilakukan dalam hidup. Banyak rencana yang ingin dilakukan... untuk diri sendiri, untuk pelayanan, untuk keluarga dan juga untuk banyak hal lain...

Berhenti sejenak untuk melihat teman yang sudah menutup usia pada masa muda dan juga yang saat sedang melalui masa-masa kritis. Bukankah kalau masih diberi hidup dan kesempatan menjalani masa muda ini, kita seharusnya tahu apa yang terpenting untuk dilakukan. Penting dan berguna untuk kemuliaan TUHAN YEsus... KEnapa "Takut akan TUHAN" aku abaikan ? Bukankah TUHAN lebih diutamakan dari semua ??

MEngapa kita lebih takut akan dunia ini daripada akan TUHAN??

Hari ini aku menulis judul curhatan ini..."If God Will" karena pagi ini komunikasiku dua arah yang kedua dalam memulai hari adalah dengan kak Tio... Ketika dia tanya kabarku dan aku ceritakan rencanaku ke depan untuk sebulan ini...dia membalas dengan "If God Will". Jujur itu sangat menyentuh hatiku...apalagi aku mengingat kondisi Rispa, teman sepelayanan di PERMATA Pusat. Kita masih bisa melakukan banyak hal positif yang menyenangkan TUHAN hari ini selain mengeluh....

Teman2 dukung doa ya..Rispa Ginting, Kabid Konsolidasi PP, yang saat ini sedang Koma di RS ELisabeth Medan.Juga doakan keluarganya agar diberi kekuatan oleh TUHAN melalui masa-masa sulit ini.

Aku ingin tetap mengingat bahwa :
KEtika kita takut akan TUHAN maka kita tidak akan memiliki ketakutan apapun dalam hidup ini. Namun pada saat kita TIDAK takut TUHAN maka kita akan takut akan apapun dalam hidup ini.


Tuhan memberkati

Sunday, October 28, 2007

susah bangun...susah air..susah mandi...
kebaktian yang mulai jam 10.30
diwarnai dengan seragam moria dan koor
saat teduh..senyum sambil salam kanan salam kiri

Mencari meja kosong deket stop kontak
gagal...akhirnya manfaatkan batere yang ada
mbak dina gabung, dan cari kursi lain
nemu stop kontak, segelas kopi dan segelas lemon tea
Kompas Minggu tanpa klasika..
Parodinya Samuel Mulia, Cerpen..nama dan peristiwa

Berbagi...
Browsing..chatting...email...fster...blog..
rasa ngantuk yang menyerang saat menunggu giliran..
Sudah sore...
Batalkan janji, dan bikin janji baru...
Pulang yuk...

Saturday, October 20, 2007

Teguk selagi hangat. Jangan diseruput langsung sekaligus. Sedikit demi sedikit saja, sekedar membasahi bibir dan lidah. Terlihat asapnya masih mengepul.
Sedikit demi sedikit kehangatannya berkurang bersamaan dengan asap yang juga lenyap.
Teh panas dipagi hari, bukan hanya sebagai teman untuk sarapan dengan biskuit.
Menemani berdiam, menenangkan pikiran dan fokus pada Pencipta.

Berdiam diri...tidak memikirkan apa-apa, selain mencoba fokus untuk merenung.
Waktuku banyak, aku tidak buru-buru...kataku dalam hati untuk mengingatkan diri tetap berdiam tidak beranjak.
Kalimat demi kalimat yang dibaca, coba pahami dan resapi. Biarlah perasaan tenang dan damai itu mengalir ke seluruh sel-selku. Berdiam diri yang membahagiakan, ditemani secangkir teh. Serasa banyak sekali kedamaian yang disiapkan dalam ketenangan.
Fokus pada Pencipta...fokus pada Pencipta. Sering sekali pikiran dari luar, ingin masuk dan mengganggu fokus. Semakin tenang, semakin damai, dan juga semakin dekat dengan Sang Khalik. Ingin jalani hari tanpa menjauh dari-Nya. Memikirkan-Nya dan juga mencari kehendak-Nya.

Biarlah ini awal yang baru. Awal berdiam diri yang akan membentuk aku lebih dekat lagi dengan sang Khalik. Dalam diam, kerinduan memenuhi hati untuk lebih dekat denganMu.

Thursday, October 18, 2007

Dimana si katak ??

Cappucino dingin terasa lebih nikmat. Bagi yang doyan kopi sih...kadang kopi itam pait terasa jauh lebih nikmat.. Mungkin itu adalah kopi yang sesungguhnya bagi mereka :)
melalui setiap detik yang terasa bergerak cepat dengan cappucino dingin bukan menjadi masalah. Semua terlihat begitu hidup...orang yang lalu lalang dengan belanjaan dan menyiapkan diri untuk mengakhiri masa liburan.

Sudah lebih setahun gak ketemu ma Astrid...dan nongkrong berdua sambil berbagi cerita ditemani cappucino dingin, bikin cerita tambah asik. Wah...si Astrid makin bijak aja..kataku ma dia. Dia sedang kuliah lanjut S2 ambil MM dan masih semester I. Kuliah dan bekerja kalau dilakukan barengan...di jamin kadang memang bikin lebih dewasa..karena harus jago bagi waktu.

Sahabat sejak kuliah di STT Telkom ini, sekarang kerja sebagai PR di hotel Horison Bekasi, padahal dulunya kuliah jurusan elektro. Astrid sudah tahu banyak dalam hal memasarkan hotel...dan dia menjelaskan dengan menggebu2 ama aku. Kayaknya aku dua tahun ini mungkin belum menikah nih...katanya. Aku mau lulus dulu kuliahku, dan aku akan tetap bekerja dan berkarir kalaupun nanti sudah menikah...katanya menjelaskan rencana kedepannya.

Hmm...kita harus selalu belajar, tidak ada kata berhenti belajar katanya... Ya, iyalah...hari ini wong katak aja sudah tidak di dalam tempurung. Moso kita tetap berada di tempurung kita?
Tapi gimana kalau si katak, tidak di dalam tempurung lamanya, tapi sebenarnya dia pindah tempurung aja kali..? Tapi tetap aja sih di bawah tempurung? pertanyaan yang membuat kami cekikikan dan merasa puas sedikit bisa membahas hal-hal praktis sampai yang filosofis.


Cappucino dingin diselingi mentertawakan si katak..
Mungkinkah kita sendiri yang menjadi katak2 itu? ketika kita mentertawakan si katak...kita mentertawakan diri kita. Dulu kita sama-sama kuliah telekomunikasi di kampus tercinta STT itu... sekarang kamu kerjanya benar2 gak ada hubungan sama sekali ma elektro, Trid..bukankah itu sama dengan pindah tempurung aja? Tapi mengingat, "Katak aja sudah keluar dari tempurung" membuat aku sampai hari ini masih tersentum dan semangat menjalani hari.

Mengenang sepuluh tahun yang lalu...kegiatan gak penting yang sering dikerjakan. Dulu kita suka gereja keliling. kadang di GBKP, kadang di GPIB, kadang ke gereja Katolik ma Lucky, kadang ke GPIB Dayeuh Kolot...itu berlangsung muter sampai aku mengambil keputusan menjadi guru sekolah minggu di GBKP tahun 2007. Sejak itu, aku ke GBKP, Astrid rajin ke GPIB Malabar dan Lucky ke gereja Katolik Buah Batu.

Oh iya...sweaterku yang ketinggalan di mobilmu itu udahlah untuk kamu aja Trid.. Siapa tahu bisa bermanfaat bagi kamu saat pulang kuliah malam.

Tuesday, October 09, 2007

Semua ada alasan

Malam yang sudah turun menyelimuti bumi. Terang digantikan oleh cahaya lampu. Malam semakin temaram. Angin yang entah mau kemana membawa debu kota pergi. Semua ada alasannya. Ya…semua punya alasan.

Mengubah kebiasaan bukan sesuatu yang mudah. Keinginan selalu lebih besar dari kemampuan diri. Tapi bukan berarti tidak mencoba mengubah kebiasaan yang tidak baik, bukan? Seperti malam yang selalu hadir dengan banyak alasan, mungkin salah satunya supaya manusia beristirahat. Angin yang membawa pergi debu kota, apakah memiliki alasan juga?

Apakah alasan aku ada disini? Setidak-tidaknya, satu yang menjadi alasan sudah bisa aku wujudkan di antara banyak alasan yang lain.

Berada di satu tempat dan melakukan kegiatan tanpa mengetahui alasan dari semua. Mungkinkah akan bertahan lama? Sekalipun hidup tersembunyi dari keramaian jauh di dalam pedalaman, tetapi ketika alasan berada disana jelas. Bukankah kehidupan untuk alasan yang jelas di pedalaman akan terus berjalan?
Betapa naifnya hidup, ketika semua berjalan dan mengalir kemana hidup menginginkannya. Tanpa pernah memiliki alasan kenapa kehidupan seperti yang dijalani yang di pilih. Atau betapa naifnya aku, ketika menuliskan bahwa sangat naiflah hidup ketika dilalui tanpa alasan. Mungkinkah hanya alasan yang akan memberikan hidup pada hidup?

Aku punya teman yang aktif melayani anak jalanan. Apakah mereka disana untuk sebuah alasan? Aku tahu kalau temanku itu..IYA. tapi bagaimana dengan anak-anak jalanan itu? Temanku itu menuturkan pelayananya, bagi anak jalanan itu"ALASAN" mengapa mereka sampai hidup di jalanan lebih jelas daripada alasan untuk tetap menjalani hidup di jalanan. Sudah lama kejadiannya...dan yang pasti satu malam natal aku ikut kebaktian bersama diajak teman ku itu di rumah penampungan anak jalanan itu.

Ketika mereka hidup dalam komunitasnya, sebagian mungkin tidak tahu siapa orang tuanya. Kemudian tumbuh besar di jalanan. Mereka juga manusia yang memiliki kebutuhan biologis. Sering sekali anak jalanan itu melahirkan di luar nikah. Yah...bahkan kehidupan seksual mereka sangat bebas. Mungkin mengandung sejak sesudah mendapatkan haid yang pertama. Mereka terus menjalani hidup sampai waktunya tiba untuk melahirkan di jalanan. Anak itu kadang di pelihara, dan kadang ditinggal begitu saja di tempat sampah atau dimana saja, kadang bayinya di serahkan kepada orang-orang yang peduli dengan kehidupan jalanan.
Bayangkan anak yang sudah dilahirkan itu. Tidak pernah dia memilih untuk dilahirkan oleh seorang anak yang hidup di jalanan. Kemungkinan besar, anak itu akan hidup di jalan. Apakah dia selalu harus tahu alasan untuk dia hidup. Mungkin tidak, bukan? Dia hanya akan menjalani hidup bersama komunitasnya. Tumbuh menjadi pribadi yang tidak mengecap pendidikan, sejak mata melek sudah harus mencari uang untuk kelangsungan hidupnya. Mungkinkah ada pilihan dalam hidup orang-orang ini? Kita yang selalu mengagungkan bahwa ’hidup adalah pilihan’, apakah berlaku bagi mereka?

Kita yang tahu memilih ini, apakah jauh lebih baik daripada mereka yang tidak punya pilihan? Yang tidak bisa berteriak kepada keadaan. Rasa menerima yang dalam, menerima...ya menerima...mereka sangat memahami itu. Mulai dari menerima setiap receh yang dilemparkan kepada mereka. Saya pikir, mereka tidak pernah teriak, "Kalau mau memberi, yang sopan dong...!" kepada orang yang memberi kepada mereka. Mereka hanya tahu menerima semuanya besar kecil dan bagaimanapun cara orang memberi kepada. Dimana pilihan itu? Mungkinkah dunia mereka juga penuh pilihan yang berbeda dengan dunia sebagian orang yang juga penuh pilihan? Pilihan-pilihan yang berbeda bukan? Apakah mereka juga dihadapkan dengan pilihan ? Atau tidak ada pilihan sama sekali?

Pendidikan membuat mata semakin terbuka, pikiran semakin tahu hak namun sering sekali mengabaikan kewajiban. Dalam perenungan yang sering ditekan, kadang aku pikir...mungkinkah ketika pilihan menjadi tidak banyak, kehidupan ini akan semakin mudah? Mungkinkah menjadi pribadi yang hanya bisa menerima itu tanpa protes kadang lebih mulia ?

Apakah memang semua keberadaan dalam hidup ini harus ada alasannya? Ketika alasan menjadi kabur dan tujuan pun samar, apakah kehidupan akan berhenti. Bukankah kehidupan akan tetap melaju sekalipun kita tidak tahu kemana arah semuanya. Apakah ini hanya seperti persimpangan jalan di balik gunung dan sekalipun tujuan tidak kelihatan, itu hanya sebentar yang penting jalan masih jelas...dan lalui jalan yang benar itu maka akan sampai ke tujuan itu?

Berjalanlah di jalan yang benar, atau bisa dibilang apakah engkau masih beredar di orbitmu? Maka sekalipun masalah dalam hidup membuat engkau kehilangan alasan melakukan semuanya..namun yakinlah bahwa engkau akan sampai ke tujuan...karena tetap di jalan yang benar.

Hmmm....semua ada alasannya ada di bumi ini. Orang benar pasti tahu untuk apa dia ada. Tapi orang diluar DIA apakah tahu alasan dia ada ?

Friday, September 28, 2007

SELALU ADA JALAN...

Langit sore yang biru, awan berarakan berlayar menyembunyikan matahari yang sebentar lagi tenggelam di ufuk barat. Kesibukan jalanan yang makin tergesa-gesa untuk kembali ke rumah. Semua orang tampak tersenyum bahagia menjalani hari. Mungkinkah di balik senyuman itu ada juga kesulitan hidup seperti ini? ”Hidup ini sulit”, dulunya hanya menjadi kalimat orang dewasa yang rasanya jauh dari dunia anak-anak. Setelah lulus SMA, baru Mardin mulai menyadari kalau kehidupan ini memang keras. Orang tua hanya bisa membiayai kehidupan dan sekolahnya hanya sampai SMA.

”Kami sudah tidak mampu lagi menyekolahkan kamu, Din”, kata ayah suatu malam. Saat itu ibu hanya duduk di samping ayah sambil memandang lurus dalam kebisuan. ”Adikmu masih ada dua orang lagi yang mesti ibu dan bapak biaya sekolahnya. Setidak-tidaknya mereka bisa sampai lulus SMA sepertimu. Sudah saatnya kamu mencari pekerjaan. Kami berharap kamu bisa menolong kebutuhan keluarga kita, nak!”

Tidak mudah mencari pekerjaan di kota ini. Banyak sarjana yang menganggur karena kesulitan mencari pekerjaan. Mardin, menggeser duduknya dan bersandar ke tembok. Kerongkongannya kering dan terasa lidah semakin kelu. Bukan karena puasa dan sepanjang siang dia banyak berjalan di lorong-lorong kota yang membuat puasa semakin berat. Kerinduan hati untuk mendapatkan pekerjaan supaya bisa sedikit meringankan beban keluarga, yang belum juga terwujud membuat dahaga semakin mencekik.

Sebentar lagi suara azan akan berkumandang, enggan rasanya pulang tanpa hasil. Sejak pagi dia sudah keluar dari rumah mencari pekerjaan. Menawarkan diri untuk bekerja menjaga toko juga belum menghasilkan. Menjadi supir angkot juga tidak mungkin. Dia tidak punya SIM dan juga tidak punya uang untuk bisa mengurusnya.

Sobekan koran dihembus angin sore menerpa pergelangan tangannya. Mardin, mengambil sobekan koran itu dan ingin membuangnya ke tempat sampah yang hanya sejauh lima langkah darinya. Dia melangkah ke arah tempat sampah sambil melihat tulisan besar yang terpampang dengan warna yang tajam di sobekan itu. APAKAH ENGKAU INGIN HIDUP BAHAGIA? Siapa yang tidak ingin hidup bahagia? Semua orang pasti ingin hidup bahagia? Tapi bagaimana caranya? Banyak pertanyaan yang muncul di dalam batin Mardin. Dia berlalu dari tempat sampah itu dan tetap memegang sobekan koran itu dengan erat dan terus berjalan pulang ke rumah.

”Aku ingin hidup bahagia”, suara hati Mardin bergema dalam seluruh relung jiwanya. Saat berbuka, taraweh dan juga setelah duduk di depan TV bersama keluarga, dengungan ”Aku ingin hidup bahagia” tidak bisa menjauh dari pikirannya. Mardin mengambil sobekan koran tadi di kantung celananya yang di gantung di balik pintu kamar. ”Hmm...mungkinkah aku menjadi seperti apa yang dikatakan oleh artikel ini? Aku hanya tamat SMA dan keluargaku tidak mungkin memberikan modal usaha bagiku. Tapi membaca tulisan ini membuat aku semakin bersemangat. Ya...saat ini aku merasakan kalau aku memiliki semangat dan yakin untuk memiliki masa depan yang cerah”.

”Andai rumput tetangga lebih hijau, inilah saatnya untuk menyuburkan pekarangan Anda. Keterbatasan hanya ada pada jiwa orang-orang yang tidak punya kemauan. Kesuksesan hidup bukan diukur berdasarkan posisi yang sudah diraih dalam kehidupan...tetapi dengan hambatan yang telah ia lewati saat mencoba untuk berhasil. Sukses akan dicapai saat persiapan dan kesempatan saling bertemu. Karena itu janganlah biarkan apa yang tidak mampu Anda kerjakan...menghalangi apa yang bisa Anda kerjakan. Kerja keras adalah faktor yang paling besar dalam memberi kesuksesan”

Mardin membaringkan diri di tempat tidur keras dengan busa yang sudah sangat tipis. Dia menatap ke langit-langit kamar sambil mendekap sobekan koran dan merenungkan artikel itu. ”Benar, saat ini memang banyak kesulitan di depan. Kalau saya tetap berjuang dan semangat mencari pekerjaan, maka pasti akan ada jalan. Bukankah peribahasa yang di pampang di ruang kelas saat SMP berbunyi, dimana ada kemauan disitu ada jalan? Saya masih muda dan saat ini hanya punya semangat dan mau bekerja keras. bukankah itu suatu kekayaan yang paling berharga dalam masa muda ini? Walaupun teman-teman lanjut kuliah, saya akan tetap semangat untuk mencari pekerjaan. Saya harus membuang rasa malu dan menerima keadaan saya. Empat atau lima tahun yang akan datang, ketika teman-teman sudah lulus kuliah...saya juga pasti akan sudah lebih baik dari sekarang.” Mardin membayangkan kehidupannya yang baik di masa mendatang dengan wajah berseri-seri dan tersenyum, sampai terlelap dalam mimpi indah.

Besok-besok dilanjutkan lagi....:)

Tuesday, September 25, 2007

pesan di balik diam

tersenyum sebagai jawaban
hemat dalam memberikan ungkapan yang bisa terdengar

Sorotan matanya menceritakan banyak kisah
perjalanan hidup yang diwarnai perjuangan
"Ingin aku jual ginjalku" ungkapnya dengan miris

Untuk apa? Untuk uang kah?
Hanya supaya sebelum aku mati...aku melakukan sesuatu yang berarti..
Kadang aku pingin mati muda.

Oh...kok bisa ? hanya itu yang selalu keluar dari mulutku
Diam selama ini...menjadi kebingungan
Tapi ketika engkau bersuara, aku malah makin bingung..

Pencobaan-pencobaan yang engkau alami..pasti tidak akan melebihi kekuatanmu!
Garis senyum, apakah itu sebagai benteng untuk menolak ungkapan itu?

Wednesday, September 19, 2007

Penghujung Sore

sudah sore...suasana buka puasa semakin nyata.. Di sepanjang jalan banyak penjual kolek menawarkan makanan untuk berbuka. Jalanan penuh keterburu-buruan. Berkumpul bersama keluarga saat berbuka menjadi harapan.
Tahun lalu aku lalui bulan puasa di Banda Aceh. Tahun ini di Bandung..dua tempat yang berbeda dengan suasana berbuka puasa yang tidak jauh beda. Jajanan sama banyak di kedua wilayah ini. Aku selalu menikmati jajanan bulan puasa :). Tapi jujur aja kalau tawaran makanan lebih banyak variasinya dan lebih nikmat bagi lidahku di Bandung dari pada di Banda. Tapi semuanya memberikan cita rasa tersendiri.
Hari ini akan berakhir... sebentar lagi malam akan menyelimuti kota ini. Sepi akan mengiasi wajah malam...namun kehidupan akan terus berlanjut. Adikku HErna, lagi sibuk persiapkan diri untuk UTS..sampai jauh malam masih memelototi fotocopian yang menjadi materi ujian. Yah...melihat dia belajar mengingatkanku banyak tahun yang dihabiskan untuk kuliah dan selalu ada saat-saat stress dalam persiapan ujian. Tapi sangat menyenangkan ketika saat itu usai.
Tar selesai ujian, kayaknya kita harus bersenang-senang, Her....

Sunday, September 16, 2007

"DENIAS, Senandung di atas awan"

Awan putih berlapis-lapis menghiasi cakrawala. Nyanyian angin gunung, siulan Kus-Kus dan tarian ikan di dalam aliran sungai yang jernih. Kedamaian alam yang hijau terbentang sejauh mata memandang.
Alam yang tenang, namun hati yang penuh dengan dorongan untuk berlari.


Berlari…..berlari...ya, berlari mengejar cita-cita. Pesan akhir sang bunda yang sudah berada di surga. Pesan perpisahan sahabat yang menjanjikan akan ketemu suatu saat nanti. Pesan sang guru supaya teruslah belajar untuk masa depan. Semuanya menjadi semangat untuk menjalani hidup dengan satu tujuan, hidup dengan tekat dan tetap hidup sekalipun beribu rintangan.
Masih belasan tahun, mungkin. Denias tidak bisa dihalangi untuk sekolah dan belajar. Berhari-hari berlari..berlari...meninggalkan kampung, ayah, masa kanak-kanak demi cita-cita. Sungguh kisah yang sangat menginspirasi. Saat ini, begitu sulit menemukan anak yang masih belasan tahun begitu gigih mengejar cita-cita dengan rajin sekolah.


Film, "Denias, Senandung di atas awan" merupakan film yang sangat baik untuk ditonton. Film yang memotifasi, dan juga film yang sangat mendidik...menyajikan film kehidupan yang sangat positif. Denias, seorang anak lelaki Papua yang pintas dan memiliki semangat yang tinggi untuk sekolah. Film ini menempatkan orang tua sebagaimana sering kita temukan dalam kehidupan ini. Ada orang tua yang memang ingin di bantu anaknya saat ini, seperti ayahnya Denias, Samuel. Orang tua yang tidak mengecap pendidikan...kadang membuthkan pertolongan anaknya dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan..dan pekerjaan itu lebih penting karena harus segera selesai. Sekolah ditinggal sebentar juga tidak masalah, toh...membantu orang tua.
Pak Guru (Matias Muchus) dan Maleo (Ari Sihasale) adalah sosok orang tua yang berpendidikan dan melihat pendidikan secara positif pada anak. Mereka memberikan nasihat dan juga dorongan semangat bagi Denias untuk belajar.


Gempa yang terjadi di kampung Denias yang merusak sekolah darurat yang ada. Kedua orang yang menjadi semangat bagi Denias dalam belajar harus pergi meninggalkan kampung Denias membuat semangat untuk sekolah ke kota memulai sesuatu babak baru dalam hidup Denias.
Bertahan dalam menjaga nyala mimpi tetap berkobar. Tidak memiliki rasa minder melihat anak-anak yang bisa bersekolah. Menerima keberadaan diri, menjadi anak yang polos yang tidak memiliki takut dalam mengungkapkan apa yang dia inginkan. Sekolah adalah tujuan satu-satunya. Memenuhi harapan sang bunda, melakukan yang menjadi nasihat Maleo dan Pak Guru.


Jalan dalam meraih cita-cita selalu ada...masalahnya kita mencari jalan dan berjuang tidak untuk mencapai cita-cita itu...

Ketika menonton film ini, banyak pertanyaan yang terlontar untuk diri sendiri. Bagaimana dengan aku? Anak lelaki kecil ini memiliki semangat yang besar dan bisa melalui hal-hal yang sulit untuk meraih mimpinya.


Aku ? Yang paling sulit yang dihadapi bukan keadaan yang sulit, tapi lebih banyak adalah pergumulan dengan diri sendiri. DIRI SENDIRI Adalah Kesulitan yang paling besarku. Film ini sangat mendorong untuk tetap berjuang untuk tujuan dalam hidup ini.

Makasih ya, bang Anton...atas sarannya supaya menonton film ini.. Memang tidak ada alasan lagi untuk tidak semangat dalam menjalani hidup ini....aku diberkati dan lebih termotivasi lagi untuk semangat dan melakukan apapun dengan lebih baik lagi...

Wednesday, September 12, 2007

HADIRLAH PERMATA dan memberikan buah !

Hari ini, 12 September tepat hari ulang tahun PERMATA GBKP. Sudah panjang jalan yang dilalui, dan bukan usia yang muda lagi bagi satu organisasi. Pada usianya yang ke 59 tahun ini, PERMATA sudah banyak makan asam dan garam pelayanan pemuda Gereja. Sudah banyak yang dilakukan yang memberikan decak kagum...namun banyak juga harapan yang tidak mampu dilaksanakan sehingga memberikan kekecewaaan.

Banyak karya yang sudah diwujudkan pada masa lalu...namun berkarya untuk memuliakan TUHAN tidaklah akan pernah berhenti. Seperti gelombang yang pasang surut, perjanalan inipun diwarnai dengan semangat dan kelesuan silih berganti. Pada masa mudamu sebagai organisasi, dalam eksistensimu sebagai wadah pekerjaan TUHAN, PERMATA adalah yang membidani lahirnya MORIA yang menjadi wadah pelayanan yang paling maju saat ini di tengah-tengah GBKP. Banyak gereja GBKP di tanah air tercinta ini lahir sebagai buah pelayanan PERMATA. Dan banyak lagi yang lain yang memberikan pengaruh sampai saat ini. Namun tidak sedikit juga kekecewaan, ketika PERMATA hanya sekedar ada tanpa eksistensi yang jelas untuk berkontribusi dimana dia berada.

Pada usia yang ke 59 Tahun ini, merupakan momen yang tepat untuk melihat ke sekelilingmu dimana engkau hadir. Apakah keberadaanmu sudah menjawab setiap pergumulan Pemuda GBKP secara khusus? Setiap masa punya persoalan sendiri untuk digumuli. Saat ini engkau hadir pada era informasi, dimana kemudahan yang diberikan kemajuan membuat kehidupan bukan semakin mudah tapi semakin penuh persaingan, ketergesa-gesaan, tekanan untuk mencapai target dan banyak lagi yang menuntut supaya tetap survive.

Apakah hadirmu bisa memberikan sedikit kesejukan bagi jiwa yang haus akan kedamaian? Apakah hadirmu memberikan kesegaran bagi setiap yang berbeban? Apakah hadirmu sudah memberikan jawaban bagi setiap pergumulan kaum muda? Apakah hadirmu sudah menolong meningkatkan kompetensi kami yang sedang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan? Apakah hadirmu sudah memberikan rasa percaya diri bagi kami yang sering sekali pesimis? Apakah hadirmu sudah membawa YESUS sehingga kehidupan spiritual kami semakin bertumbuah?
PERMATA, panjang jalan yang kau lalui...kehadiranmu akan semakin berbuah ketika memberi arti dalam setiap gerak dan pelayananmu di hidup ini.

SELAMAT ULANG TAHUN....MAJULAH PERMATA

Maz 127 : 5
Seperti anak-anak panah ditangan pahlawan demikianlah anak-anak pada masa muda.
Maz 144 : 12

Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya, dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru yang dipahat untuk bangunan istana !

Tuesday, September 11, 2007

Menyalurkan bantuan ke Besitang


Juli 2007, komisi penanggulangan bencana GBKP menyalurkan bantuan kepada masyarakat korban banjir Besitang dan Aceh Tamiang desember 2006 yll. Dana yang digunakan untuk menyalurkan bantuan ini berasal dari YTBI. Tiga kali tim melakukan distribusi ke lapangan. DIstribusi I menyalurkan sembako, distribusi II menyalurkan bantuan baju seragam, sepatu sekolah, tas dan buku-buku tulis bagi anak sekolah.
Rasanya selalu menyenangkan melakukan hal-hal kemanusiaan seperti ini.

Sunday, September 09, 2007

Saluran Kasih....

Kebaktian Minggu di GII Dago jam 7.30. Janjian ma mbak Dina ketemuan di gerbang supaya bisa duduk bareng di gereja. wooww...ini yang pertama sekali aku kebaktian di GII Dago setelah gedung gereja barunya selesai. Benar2 kayak di Mall aja nih gereja, dan ruangan di dalamna megah banget. Sewaktu sampai di gereja, senang banget karena aku juga ketemu dengan Juspia dan bang Daniel. Hmmm sahabat sejak SMA, Juspia sebangku di SMA sejak kelas 2 dan kita bareng juga terus di Bandung selama ini.

Pulang kebaktian ketemu ma Mas Kris sekeluarga. Senang juga karena dia bilang, training CDMA akan dimulai sekitar tanggal 25 bulan ini dan dia akan kontak aku nantinya. Kemarin ada masalah sehingga trainingnya di undur kali ya... Aku senyum aja dan bilang, aku tunggu kabarnya ya... Hmmm sudah sedikit lebih mudah sekarang karena aku tahu ini proses dan aku sedang diajar untuk tunduk dalam otoritas dan juga biar lebih semakin taat dan meletakkan semua pengharapan hanya pada Tuhan saja.

Di dalam kebaktian, aku diingatkan lagi...kalau belakangan ini aku memang sudah mulai sangat banyak menuntut. Aku sadar kalau aku mulai semakin egois, plin-plan, gerasak-gerusuk, gak sabaran dan semua karakter yang menjadi kelemahanku sedang muncul kepermukaan.

Mampukan aku mengasihi Tuhan
Bukan menjadi orang yang selalu ingin dikasihi
Jadikan aku mencintai dengan tulus
Bukan menjadi sosok yang maksa semua berjalan seperti pikiranku
Buat aku membawa damai
Bukan menjadi pribadi yang "membawa ketegangan"
Tuhan, dalam gelap mampukan aku menjadi terang
Dalam ketiadaan harapan jadikan aku membangkitkan asa
Buat aku melimpah dalam sukacita sehingga mengalir bagi yang lain

Buat kegembiraanku adalah memberi
Bukan ingin selalu menerima
Buat aku selalu bahagia karena Engkau diam dalam hatiku
Sehingga aku menjadi pribadi yang membawa damai
Biarlah kerinduan Tuhan menjadi laguku setiap hari
Mengalir memenuhiku melalui setiap tarikan nafasku
Aku ingin semakin dekat dalam hadiratMu
Berjalan dalam perlindungan dan berkatMu

Tuhan, aku ingin hikmat dan kebijakkan yang dariMu
memenuhi hati dan pikiranku
Sehingga aku bisa mengontrol diriku
menjaga sikapku
Biarlah semua pengharapanku aku letakkan di dalam tanganMu
Aku ingin belajar untuk melihat karya Tuhan dalam hidupku
Babak hidup baru selalu menanti
dan yang sedang aku jalani ini akan usai juga
BEri aku kekuatan supaya tidak kalah dengan keadaanku

Ajar aku setia dalam proses ini,
agar tiba waktunya aku menang melaluinya
Tuhan, terima kasih untuk teman-temanku
Terima kasih untuk orang-orang yang aku kasihi
Terima kasih untuk -orang yang mengasihi aku
Terima kasih untuk hari ini, terima kasih untuk hidup ini....
Tidak ada kata apapun yang bisa aku tuliskan
untuk menyatakan betapa baikNYA ENGKAU dalam hidupku.....

Tuhan, jadikan aku saluran kasihMU


Saturday, September 08, 2007

Lagi di ITHB

Siang ini, lagi ngobrol ma mbak dina. Aku online dari mejanya si Sinung...sory ya Nung, habisnya...di meja Pak Suhardi tadi kesulitan konek internetnya. Toh kamu gak masuk ini ya, Nung... Tapi Nung, kok aku digigit nyamuk pake meja ini..kayak kondisi meja aku dulu aja kok...
Tadi pengen donlot2 paper yang dikirim Anne..makasih banyak ya Ne. Aku punya banyak materi untuk dipelajari. Segala sesuatu memang kudu dipersiapkan sebelum kesempatan itu datang ya dek...hehehe. Aku mulai bijak.

Sambil donlot, ngeblog dan juga chat...walopun chatnya dibalas lama-lama..maklumlah pada sibuk. Aku aja kali yang gak punya kesibukan. Hehehe. Mudah2an ke depannya aku tambah bijak dan dewasa.

Sekarang sudah mau pulang, lapar euy... Di Bandung tinggal di kos adikku...jadilah kamar itu seperti kapal pecah. Pagi hari selama di Bandung, aku selalu masak buat adik2 habis mereka pagi hari sibuk siap-siap kerja dan juga kuliah. Kapan lagi aku bisa jadi kakak yang baik kalau bukan saat-saat seperti ini kan? tar kalau sudah sibuk kan sudah sulit juga.

Nulis apa lagi ya...mbak Dina lagi melototi monitornya. Kita ceritanya sudah habis juga kali ya mbak.... Ternyata dia lagi baca kenaikan harga tol di milis.

Sudah hari Sabtu...berarti sudah hampir seminggu aku di Bandung. Hari Senin yang lalu aku sudah memperpenjang keanggotaanku di The Center. Kartu anggotaku sudah expired sejak Juli 2006 yang lalu. Senangnya waktu ke Center, masih ketemu orang lama seperti Fira dan kak Ellen. Hanya Butet yang sudah hengkang ke Tangerang ikut suami, dan dia memang sudah dapat kerjaan juga di Tangerang.. Selain memperpanjang keanggtaan di the Center, aku juga daftar ikutan kelas speaking. Hmmm, banyak waktu luang di Bandung, karena training yang menjadi tujuan ke Bandung juga kayaknya diundur pelaksanaannya.

Sore nanti, akan ada acara di the center, "Language Helper & City Guide workshop". Untuk mengisi waktu, boleh juga ikutan kan? dan kayaknya selama dua bulan ini di Bandung, aku bisa juga gabung ikutan program menjadi city guide atau languange helper. City Guide ini adalah untuk menjadi guide bagi bule-bule yang baru datang ke Bandung. Biasanya mereka kan belum tahu Bandung, jadi kita minimal bisa memberikan komitmen selama 2 minggu menemani mereka. Yang pasti bule cewe guidenya cewe dan yang cowo guidenya cowo..jadi ini bukan program cari jodoh...huahuahua.

Program language helper, untuk menolong bule-bule itu belajar bahasa indonesia. Biasanya mereka sedang belajar bahasa Indonesia, namun mereka masih merasa kurang jadi masih perlu tambahan kali ya... Untuk ikutan sebagai language helper ini, hanya membutuhkan komitmen waktu minimal 4 jam selama seminggu. Kayaknya menambah kesibukan. aku tertarik juga ikut kedua program ini. Bukankah menolong orang lain membuat kita jauh lebih tertolong dan pulih menjadi pribadi yang lebih sehat dan dinamis. Habis jujur banget, kalau saat ini aku merasa sebagai orang yang sedang membutuhkan pertolongan...

Sudah selesai curhatnya ah....sekarang kudu dengerin curhatnya perut yang keroncongan...hehehe

Thursday, September 06, 2007

SPL I PERMATA, apakah yang kau hasilkan ?

SPL (Sidang Pengurus Lengkap) I PERMATA GBKP sudah selesai...
Hmmm....sampai saat ini aku belum bisa melupakan saat-saat SPL berlangsung. Aku akui, aku memang bukan organisator...banyak yang gak penting yang aku pikir untuk dibicarakan...namun mungkin bagi yang lain hal itu sangat penting.
Bukan prinsip yang kita perbicangkan teriakku dalam hati sambil malas mengikuti persidangan. Namun apa hendak dikata, menjadi sekretaris persidangan membuat semua terasa mengikat dan mengekang untuk tetap harus duduk manis dan mengikuti semua pembicaraan.

Aku sadar kalau aku memang semakin kering di dalam organisasi ini. Kak Tonggo dan Meyland pernah mengingatkan aku untuk mulai melayani dalam kelopok... Hal ini akan menolong aku tetap bertumbuh dalam Tuhan. Tapi jujur, selama di Medan, aku belum punya kelompok untuk belajar Alkitab bersama. Kekeringan itu semakin gersang, dan dampaknya...emosi tidak stabil, hati yang memberontak semakin merongrong...Nomi asli keluar dan iblispun mengambil kesempatan.

Uh....sedihnya hatiku. Aku semakin merasa seperti berjalan sendiri di situ....aku sedih banget dengan keadaanku dan juga dengan semua pelayanan ini. Kadang aku merisaukan banyak hal...tapi yang lain aku liat baik2 saja dan merasa tidak ada yang perlu dikuatirkan. Apakah aku yang salah? dan memang benar2 di sini bukan tempatku ?
Banyangkan, SPL berlangsung sampai jam 3.30 pagi di hari pertama yang seharusnya selesai jam 11 mqalam. Hari kedua yang diharapkan selesai jam 3 sore juga berakhir jam 7 malam. Sampai saat ini aku berfikir...apa sebenarnya yang kita diskusikan yang paling penting dan akan berpengaruh banyak untuk kemajuan PERMATA setahun ke depan? Kayaknya tidak ada...kita sibuk dengan format, dengan hal-hal yang tidak terlalu prinsip. KIta sibuk entah dengan apa....mungkin dengan penghakiman kita masing-masing dan juga kamipun sibuk dengan tangkisan dari setiap penghakiman yang terlontar. Huuuhhhh pelayanan macam mana ini?

Aku tak tahu dan sungguh aku tidak mengerti. Sast iti aku coba mengingatkan kita..bahwa sangat banyak sekali propgram yang kalian ajukan. Ingat kalau tahun depan adalah HUT PERMATA yang ke 60, dan akan ada acara sinodal. Kalian juga berkeras untuk adakan SPL 2 di Jawa...dan juga program yang lain yang mungkin semuanya ada 20 kerjaan selain rapat rutin untuk dikerjakan. Emang kita ini mesin rapat dan mesin kunjungan sidang klasis apa? Huhhhh...aku mulai muak dengan semuanya.
AKu sangat muak....sampai saat ini bahkan setelah selesai SPL I, tidak pernah aku dengar diskusi yang memunculkan masalah spiritual Pemuda Gereja. Kita tidak peduli dengan spiritual permata, aku enggak tahu apa yang kita pedulikan. Mungkin sebagian hanya peduli untuk menelanjangi PP dan teriak, "betapa bodohnya kalian dan sedikitpun kalian tidak terlihat sebagai tim yang solit".

Sebagian mengambil kesempatan dari situasi yang sulit ini...aku merasakan itu. Yang pasti satu adalah si Iblis...kayaknya dia sangat bersorak sorai dengan keadaan itu. Apalagi ketika ada yang berbicara, lihatlah kami lah yang peduli dengan PERMATA ini, karena sampai saat ini tinggal kamilah yang ada di ruangan ini..saat itu sudah hampir pukul 3 pagi. Dari depan aku hanya berkomentar dalam hati, yang lain bukan tidak poeduli dengan PERMATA, tapi yang lain muak dengan sidang ini...Jujur aku saja muak mau muntah dan mau meninggalkan sidang. BAhkan aku lakukan itu dan menunjukkan betapa bodohnya aku dan aku memang bukan organisator.
Aku memang enggak cocok dengan pelayanan yang terorganisir seperti ini. Penuh hirarki dan sangat berbelit-belit..sebagian mel;ihat posisi sebagai kekuasaan dan tu berarti dia punya otoritas, namun menunjukkan otoritasnya dengan kepala kosong sehingga sangat memuakkan.

Coba kembali mengingat2.... SPL sidah selesai. Apa yang paling penting yang kita hasilkan untuk kemajuan PERMATA ke depan? Banyak biaya, banyak waktu dan m\sebagian mengorbankan kesehatan untuk menyelesaikan SPL I ini..apa hasilnya ?
Mungkin ini kali ya...
1. Keinginan SPL ke Jawa bisa diperjuangkan jadi nanti bisa sekalian jalan-jalan...hehehe
2. LCD jatuh dan PP mmenanggung tanggung jawab yang harus diselesaikan..mungkin biaya perbaikan dan juga kehilangan kepercayaan sehingga ke depannya akan sulit meminjam LCD.
3. Banyak kekecewaaan kepada PP selama ini, bisa terobati di SPL ini...
4. ....

Enggak tahu lah...hanya pengen menuliskan kesedihan aja tentang kondisi PERMATA ini. Berbicara PERMATA maju...aku enggak tahu kemajuan yang bagaimana sebenarnya yang kita maui..yang aku lihat hampir semua kita ingin begitu2 saja....

Pengen lupain bentar PERMATA, tapi sulit juga yah....

Bandung lagi panas banget loh sekarang ....

Tuesday, August 28, 2007

Menunggu Pak Pos...


Bosan dan sudah tidak sabar, dua perasaan yang sudah meliputiku dari kemarin. Menunggu Pak Pos datang, memang bukan pekerjaan yang menyenangkan. Lagian siapa menyuruh ditungguin sampai Pos datang ?

Sudah hampir sepuluh hari aku kehilangan handphone. Ini kehilangan yang ketiga kalinya. Aku terlalu pelit mungkin beramal sehingga harus pakai kehilangan supaya bisa menganggap sedang memberi bagi yang lebih membutuhkan.

Sepuluh hari ini terasa sepi dan seakan-akan terputus dari dunia luar. Tidak ada yang menghubungi, yang menghubungi nomerku pun pasti gak berhasil wong kartunya gak aktif. Juga tidak bisa menghubungi keluar..kecuali nomer-nomer orang dekat aja..bisa pakai no telpon yang lain.

Sampai saat ini, aku menunggu kedatangan Pak Pos. Kadang aku membuka pintu, kadang aku liat dari kaca jendela. Pak Pos lai dinantikan untuk membawa kiriman untukku yang berisi kartu pengganti nomerku yang hilang yang sudah diganti sesuai dengan nomer kartuku yang lama itu.

Hari Minggu, sepuluh hari yang lalu...aku sudah mengontak saudara yang bekerja di Indosat..menceritakan kalau aku kehilangan hp dan malas ganti nomer handphone. Karena nomer yang selama ini aku gunain adalah nomer Bandung maka ganti kartu harus di Bandung. Karena saat ini aku berada di Kabanjahe, maka saudara tersayang inipun menawarkan jasa untuk mengubah data-dataku dengan data-data orang yang bisa mengambilnya di Galeri Indosat di Bandung. Selesailah masalah pengambilan kartu pengganti yang hilang itu. Inilah keuntungan kalau kita memiliki banyak saudara-saudara di mana-mana....hehehe. Thanks ya Boy...

Sejak Kamis kemarin adikku sudah mengirim kartu pengganti itu. Tapi kenapa sampai hari ini belum juga sampai di Kabanjahe ya? Dua hari yang lalu aku nelpon adikku, katanya kiriman itu akan sampai sehari di Medan setelah itu mungkin sehari lagi ke Kabanjahe. Hmm...ini sudah lima hari dikurangi Sabtu Minggu hari libur, tapi belum juga sampai. Kangen juga euy...bisa gunain nomer sendiri yang sudah bertahun-tahun menjadi nomer kontak diri yang dikenal teman-teman.

Hmmm...masih jam 10 pagi...masih ada 5 jam lagi menantikan kedatangan Pak Pos untuk hari ini. Mungkin kalau hari ini belum datang juga, siapa tahu besok sudah sampai di Kabanjahe. Asal jangan sampai aku ke Bandung minggu depan, kartunya belum juga sampai di Kabanjahe...hehehehe

Friday, August 24, 2007

Bersahabat dengan sepi


Malam yang makin larut diselingi suara jengkrik yang memecah sunyinya dingin. Hujan sudah berlalu sejam yang lalu. Suara angin lembut terdengar berbisik di sela-sela daun pohon di balik jendela. Suara kenderaan masih terdengar satu-satu di jalan raya.

Bahasa kasih selalu terdengar sama walaupun warnanya berbeda. Bahasa penderitaan juga bisa dimengerti sekalipun terucap dalam kata-kata yang tidak dipahami. Sepi, menjadi sahabat untuk memberikan kesempatan melihat sisi hidup seluas mungkin. Apakah bisa melihat bahasa-bahasa kecurangan, kemunafikan dan juga keculasan di balik kata-kata yang terucap dan dapat dimengerti sebagai sesuatu yang baik? Uh...ingin rasanya aku menjauh dari komunitas ini.

Hidup di bumi hanya sekali dan singkat sekali. Bukankah ingin rasanya dilalui dengan berarti dan dengan orang yang tepat ? Banyak tim dimana manusia menjadi bagian di dalamnya. Apakah tim ini sudah menjadi tim yang baik untuk melakukan hal-hal yang berarti. Kenapa kita menuntut tim? Bukankah diri sendiri bagian di dalamnya dan bertanggung jawab akan kinerja tim?

Doa-doa yang terucap. Meminta berkat dari Yang Kuasa untuk perjalanan hidup ke depan. Memiliki hubungan yang semakin berkembang dan berarti, saling memahami dan juga saling mendukung. Hubungan yang bukan hanya diikat oleh logika tapi lebih dari itu, juga dipupuk oleh emosi untuk saling menjaga dan mendukung. Komunikasi yang asik dan juga dorongan untuk sama-sama belajar dalam hidup. Latar belakang yang berbeda, karakter yang berbeda dan kebiasaan yang berbeda. Banyak hal yang berbeda, namun ketika bersatu di dalam doa...bukankah ini akan menjadi tim yang kuat. Tim yang tidak bisa dibayangkan, karena ingin belajar sejak awal meletakkan semuanya di dalam tangan Yang Kuasa. Mungkinkah ini adalah tim yang ada di dalam skenario-Nya ?

Selimut tebal ini terasa semakin kurang hangat. Mata ini juga semakin lelah. Detak detik jam dinding terdengar semakin kuat. Detik demi detik berlalu menuju malam yang semakin lelap. Dalam sepi, kehidupan semakin jelas. Kangen yang selalu terucap, mungkinkah bukan kangen yang sesungguhnya? Namun ada yang lain yang ingin dihindari dan disembunyikan. Cinta, ketakutan, kegelisahan, kesepian..apakah semuanya itu bukan isi bungkusan kangen itu? Kau tidak perlu takut ! Lakukanlah apa yang hatimu inginkan ! Semua itu manusiawi ! Gak papa kok...aku mengerti.

Hmmm...kadang manusia terlalu sombong untuk menyatakan kekuatirannya. Tapi bukankah dalam setiap tarikan nafasmu sering kekuatiran itu masuk lebih jauh ke dalam dirimu. Kuatir yang tidak jelas dan tidak beralasan...seperti tidak punya TUHAN saja.
Sudah tinggal menghitung hari saja, mungkin hanya beberapa malam saja membuat ada kehidupan seperti saat ini dalam kamar ini. Rumah ini akan semakin sepi. Kemarin malam, waktu sedang makan malam..bapak bilang, ”kami akan merasa sepi setelah kam pergi”. Aku hanya membisu. Lama-lama sepi akan menjadi biasa juga kan? Akhirnya sepi dan keramaian adalah hanya seperti dua sisi kehidupan yang silih berganti untuk dijalani.
Sepi....saat-saat yang indah untuk melihat betapa indahnya saat-saat rame dan kemeriahan dalam hidup ini. Dan dalam keramaian kita sering merindukan saat-saat sepi dan sendiri.

Wednesday, August 15, 2007

Seperti telaga yang selalu merindukan sapaan angin, memberikan getaran dalam ketenangannya. Damai dan tenang mewarnai pribadi. Anginkah engkau ? Sehingga aku hanya bisa merasakan keberadaanmu? dengan lembut engkau menyapu wajahku dan membuat rambutku menari dalam rangkulanmu. Seluruh waktuku aku lalui dalam ketenangan menjadi sebuah telaga. Banyak yang hidup dan berdiam di dalam aku. Engkau, angin, hanya selalu melintasiku menyatakan kalau engkau ada dan aku merasakan kehadiranmu. Banyak malam dalam sepi kita lalui dengan berbagi cerita.

Obrolan bersamamu di pinggir telaga menjelang pagi sebelum matahari menggerakkan semua yang hidup sehingga sulit mendengar bisikanmu. Pagi ketika burung mulai berkicau, aku tahu waktu menceritakan kisah perjalananmu sudah usai hari ini.

Mungkinkah aku bisa menyentuhmu, yang selalu aku rindukan dalam setiap kisah yang terulang dalam mimpi. Pagi berganti pagi dan malam kembali kepada malam, belum juga selesai untuk mengetahui jalan-jalan yang sudah engkau lalui sebelum engkau sampai di pinggir telaga. Bisakah engkau meminta kepada dewa dewi supaya membuatmu bisa aku sentuh? Aku hanya bisa merasakan kehadiranmu,mendengar kisahmu, kerinduanmu, impianmu dan juga banyak hal yang engkau temui. Telaga diam yang hanya menerima apa yang datang dan pergi kepadanya, mungkinkah juga meminta kepada sang kuasa? Meminta bisa melihat wujud sang angin. Mungkinkah angin tidak hanya bercerita sambil lalu, namun tinggal di telaga menghabiskan waktu untuk menuturkan banyak kisah yang sudah ditemuinya kepada sang telaga yang tidak pernah bisa beranjak kemana-mana?

Monday, August 13, 2007

Kabanjahe, aku sudah balik lagi....

Sudah jam 12.45. waktuku tinggal sedikit lagi karena jam 15.00 aku ada acara di Retreat Center. Belum mandi dari pagi. Cucian yang sejak pagi sudah di rendam belum juga di bilas. Kabanjahe dingin jadi alasan. Sudah tahu waktu menyelesaikan semua tinggal sedikit karena jam 2 siang ini aku sudah harus berangkat supaya jam 3 sore bisa sampai di RC. Kenyataannya aku masih santai dan asik nge blog…siapa tahu menulis bisa mengurangi rasa malas yang mendera.

Tar terlambat juga sampai di RC..gak masalah lah. Penyakit terlambat yang tetap aja meradang...akhirnya rasa bersalah karena terlambatpun semakin terkikis. Santai aja lagi..semua juga merasa biasa aja terlambat, ngapain juga datang ON TIME..akhirnya tetap aja biasanya acara dimulai terlambat. Malas kan nungguin yang lain..

Baru kemarin nyampai di Kabanjahe. Dari Jakarta naik pesawat jam 06.00 pagi..hehehe banyak yang komplen dengan jam keberangkatan ini. Kepagian...masalahnya aku punya alasan kok berangkat pagi. Tadinya pengen balik dari Bandung, jadi kalau naik travel Cipaganti dari Bandung jam 1 pagi (dijemput kerumah) sampai di Bandara sudah bisa langsung cek in dan jam 08.00 sudah sampai di Medan. Kenyataan karena ada ”ngapuli’ di rumah kak Lucy (sepupu) Sabtu malam...akhirnya keberangkatan harus Minggu pagi dari Jakarta.

Jam 3.30, Indah Family taxi sudah datang. “Sabar ya Pak ! Siap-siap dulu..baru bangun. Guyuran air dari gayung membuat mata semakin terang. Dingin juga mandi jam setengah empat pagi ya? Ini yang terjadi kalau biasanya bangun siang. Jam empat lebih lima belas menit taxi sudah melaju menuju bandara Cengkareng. Di pesawat aku tertidur dengan pulas…tingla 20 menit lagi jam 10.00 aku terbangun. Bapak yang duduk sisebelahku menyapa..ternyata dia orang Karo juga. Aku malu juga melihat bapak itu melihat aku molor aja sepanjang perjalanan. “Tadi malam tidurnya sudah larut Pak, terus pagi2 banget sudah berangkat dari rumah”. Ingin memberi penjelasan untuk meminta dimaklumi. Semua juga pasti berangkat pagi…toh naik pesawat jam 06.00.

‘posisi dimana, Nom?” sebuah sms masuk saat HP aku aktifkan. “aku sudah sampai di Medan, tadi naik pesawat jam 6 pagi”. “Aku juga lagi di Bandara mau ke Medan, bentar lagi boarding”. ”Loh...kok?” ”Tiba-tiba aja kok, ada acara di Medan, besok aku sudah balik lagi ke Jakarta. Kam langsung ke Kabanjahe?” ”Iya...besok pulang jam berapa?” ”Belum tahu karena belum beli tiket pulang besok..”

Melanjutkan perjalanan ke Kabanjahe aku merasa semakin dingin. Lupa bawa jaket. Kulit tanganku seperti ayam yang di siram air panas. Sepanjang perjalanan ke Kabanjahe, aku memikirkan banyak hal yang ada di hadapanku. Pekerjaan, pelayanan, pasangan hidup. Semua itu menjadi topik yang selalu ditanyakan kepadaku.

Kamu menyianyiakan waktu selama ini, Nom...ini menjadi kalimat dari bapak tuaku yang selalu mengiang dikepala. Waktu ngapuli ke rumah kak Lucy di Pekayon Bekasi..aku menyempatkan 3 jam mengunjungi Bapak Tua yang tinggal tidak jauh dari rumah kak Lucy. Aku tahu dia akan marah kalau tahu aku ke Jakarta dan gak datang ke rumahnya. Menyia-nyiakan gimana? Tapi pertanyaan itu tidak keluar dari mulutku. Aku hanya bisa senyum dan bilang...lebih baik sekarang sadar dan mengambil tindakan sekecil apapun itu daripada tetap bertahan hanya karena tidak ingin mendengar omongan orang lain yang akan bilang Nomi tidak melakukan apa yang sudah dikomitmenkan kan? Bapak Tua hanya tersenyum dan aku tahu dia setuju dari pancaran matanya.

Aku tahu kalau kebingungan itu datang karena aku tidak mengambil keputusan. Aku ingat saat aku akan tinggalkan ITHB dan berangkat ke Banda, semua begitu mudah untuk dijalani saat aku sudah memutuskannya. Saat ini, aku sering siapkan celah untuk pilihan lain. Hal ini yang membingungkan aku. Saat aku ngobrol dengan Bapak Tua, aku sudah yakin sekali dengan keputusanku. Aku sudah memutuskan di dalam hati. Ketika kembali ke rumah dan ngobrol dengan Bapak dan Mamak..mereka mulai lagi membuat aku bingung. Mereka menyetujui apa yang akan aku lakukan, namun mereka juga mempengaruhi aku untuk membuat celah kembali dari keputusan itu untuk kemungkinan berubah ke alernatif yang lain.

Pagi ini, aku sendiri di rumah. Rumah ini sepi sekali. Aku tadi pasang TV tapi aku bingung karena suaranya tidak ada. Aku bingung dan malas melakukan sesuatu, matilah akhirnya si TV itu. Aku nyalakan laptop dan lumayan bisa dengerin MP3 dan sekalian nginternet. Itu hanya bertahan 25 menit. Aku liat teman2 yang ol YM sepertinya banyak yang sibuk kerja karena hari Senin, aku saja memang gak ada kerjaan dan pengen ganggu2 aja. Blog walking bentar...tidak ada yang baru dari blog teman2 juga. Aku baca blog kak Hesti, ada tebak2an disana. Pengen ngobrol ma Anton, HPnya gak aktif.

Main ke rumah Pipin...dia juga sendiri di rumahnya. Nasip kita mirip ya dek? Dia lagi nunggu pengumuman katanya…Pipin mau lanjut S2 Akuntansi di USU. “Creambath yuk kak..” “bukannya baru tiga minggu lalu? minggu depan aja.” “Aku hampir tiap minggu krimbat, pegel mulu badanku.” “Hahaha…justru semakin tidak ada kerjaan dan keluyuran kemana2 malah bikini badan makin pegel ya?” ”Bener tuh..malah aku kadang jam 4 pagi baru tidur, siang sudah gak tidur..aku bingung gak ada kerjaan.” Makanya Pin...jangan selalu menjadi wanita sibuk, giliran diam sudah gak bisa.

Asik juga kadang punya blog ya...ngisi waktu kalau mood nulis...kalau gak mood nulis bisa baca-baca blog teman2. Tapi kayaknya ini sudah harus diakhiri...aku sudah harus mandi dan nyuci. Bentar lagi pergi karena walaupun terlambat akan lebih baik aku datang daripada tidak datang ke pertemuan di RC itu. Walaupun sebenarnya aku malas banget.

Monday, August 06, 2007

Berdiri diantara pilihan

Berdiri di antara beberapa pilihan memang SAma pusingnya deNgan keadaan tidak ada pilihan sama sekali.
Sudah sering sekali ingin menuliskan semua yang menjadi pertimbangan dan pemikiran untuk banyak hal keadaan dalam perjalanan kehidupan ini. Tapi semakin tidak mudah aja.
Pilihan yang akan diambil menunjukkan siapa kita sebenarnya. Aku sudah berulang-ulang berdiri di persimpangan seperti ini. Tetapi rasanya aku tidak pernah belajar apa-apa memaknai perjalanan ini. Aku selalu merasa mulai dari nol dalam pertimbangan, bahkan sama sekali tidak mampu menimbang dan juga memutuskan.
Ketika mencoba melihat sedikit luas keadaan ini, meminta pendapat dari teman2. Yang ada aku juga tetap bingung, karena ada yang langsung menunjukkan yang mana yang mesti aku lalui. Ada yang sedikit diplomatis yang menyuruh aku memikirkan lagi. Ada yang menyuruh kembali ke Tuhan... Aku tetap bingung dalam doa yang sepertinya berhenti di langit-langit kamar.
Mungkinkah aku akhiri jalan yang sedang aku lalui ini, dan membelok ke jalan yang satunya. Meneruskan jalan ini atau berbelok ke arah yang satunya sebenarnya sama saja, Bukan soal salah dan benar yang terkandung dalam pilihan ini.
Bukankah menjalani dan mewujudkan siapa kita sebenarnya yang sejak awal DIA inginkan yang paling penting di nyatakan melalui jalan-jalan yang akan dilalui?
Hmmm..indikator sudah dikumpulkan. PErasaan tidak enak, dan juga emosi yang memang sering sekali memegang stir perlu di netralkan. Jangan andalkan logika dan hanya mengikuti rencana-rencana kamu...kata teman suatu hari. Kamu harus belajar berserah, bukan hanya menjalankan apa yang ingin kamu jalankan. Situasi seperti ini bukan ini yang pertama kamu share, Nom...tapi sudah beberapa kali.
Mungkinkah kadang pilihan dalam hidup ini diciptakan dan memang seperti kesempatan yang kita sendiri memunculkannya. Giliran kesempatan itu datang, bingung sendiri...mau diapain. Hmmmm...berdiam dirilah, dan dengarkan apa kehendak Tuhan. AKu hanya bisa menjawab kepada teman ini, kalau aku bingung karena waktu berdoa aku tidak mendengar TUHAN memberi saran apa-apa..kadang aku pengen saran yang bisa aku dengar.
Pilihan yang akan aku jalani bukan membuat berdosa atau tidak berdosa. Pilihan yang sama saja nilai dan kebenarannya menurutku.
Hmmm...bingungkan? Akhirnya bisa juga coret coret di sini.... Selamat berbingung Nomi.