Awan putih berlapis-lapis menghiasi cakrawala. Nyanyian angin gunung, siulan Kus-Kus dan tarian ikan di dalam aliran sungai yang jernih. Kedamaian alam yang hijau terbentang sejauh mata memandang.
Alam yang tenang, namun hati yang penuh dengan dorongan untuk berlari.
Berlari…..berlari...ya, berlari mengejar cita-cita. Pesan akhir sang bunda yang sudah berada di surga. Pesan perpisahan sahabat yang menjanjikan akan ketemu suatu saat nanti. Pesan sang guru supaya teruslah belajar untuk masa depan. Semuanya menjadi semangat untuk menjalani hidup dengan satu tujuan, hidup dengan tekat dan tetap hidup sekalipun beribu rintangan.
Masih belasan tahun, mungkin. Denias tidak bisa dihalangi untuk sekolah dan belajar. Berhari-hari berlari..berlari...meninggalkan kampung, ayah, masa kanak-kanak demi cita-cita. Sungguh kisah yang sangat menginspirasi. Saat ini, begitu sulit menemukan anak yang masih belasan tahun begitu gigih mengejar cita-cita dengan rajin sekolah.
Film, "Denias, Senandung di atas awan" merupakan film yang sangat baik untuk ditonton. Film yang memotifasi, dan juga film yang sangat mendidik...menyajikan film kehidupan yang sangat positif. Denias, seorang anak lelaki Papua yang pintas dan memiliki semangat yang tinggi untuk sekolah. Film ini menempatkan orang tua sebagaimana sering kita temukan dalam kehidupan ini. Ada orang tua yang memang ingin di bantu anaknya saat ini, seperti ayahnya Denias, Samuel. Orang tua yang tidak mengecap pendidikan...kadang membuthkan pertolongan anaknya dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan..dan pekerjaan itu lebih penting karena harus segera selesai. Sekolah ditinggal sebentar juga tidak masalah, toh...membantu orang tua.
Pak Guru (Matias Muchus) dan Maleo (Ari Sihasale) adalah sosok orang tua yang berpendidikan dan melihat pendidikan secara positif pada anak. Mereka memberikan nasihat dan juga dorongan semangat bagi Denias untuk belajar.
Gempa yang terjadi di kampung Denias yang merusak sekolah darurat yang ada. Kedua orang yang menjadi semangat bagi Denias dalam belajar harus pergi meninggalkan kampung Denias membuat semangat untuk sekolah ke kota memulai sesuatu babak baru dalam hidup Denias.
Bertahan dalam menjaga nyala mimpi tetap berkobar. Tidak memiliki rasa minder melihat anak-anak yang bisa bersekolah. Menerima keberadaan diri, menjadi anak yang polos yang tidak memiliki takut dalam mengungkapkan apa yang dia inginkan. Sekolah adalah tujuan satu-satunya. Memenuhi harapan sang bunda, melakukan yang menjadi nasihat Maleo dan Pak Guru.
Jalan dalam meraih cita-cita selalu ada...masalahnya kita mencari jalan dan berjuang tidak untuk mencapai cita-cita itu...
Ketika menonton film ini, banyak pertanyaan yang terlontar untuk diri sendiri. Bagaimana dengan aku? Anak lelaki kecil ini memiliki semangat yang besar dan bisa melalui hal-hal yang sulit untuk meraih mimpinya.
Aku ? Yang paling sulit yang dihadapi bukan keadaan yang sulit, tapi lebih banyak adalah pergumulan dengan diri sendiri. DIRI SENDIRI Adalah Kesulitan yang paling besarku. Film ini sangat mendorong untuk tetap berjuang untuk tujuan dalam hidup ini.
Makasih ya, bang Anton...atas sarannya supaya menonton film ini.. Memang tidak ada alasan lagi untuk tidak semangat dalam menjalani hidup ini....aku diberkati dan lebih termotivasi lagi untuk semangat dan melakukan apapun dengan lebih baik lagi...
No comments:
Post a Comment