Friday, August 24, 2007

Bersahabat dengan sepi


Malam yang makin larut diselingi suara jengkrik yang memecah sunyinya dingin. Hujan sudah berlalu sejam yang lalu. Suara angin lembut terdengar berbisik di sela-sela daun pohon di balik jendela. Suara kenderaan masih terdengar satu-satu di jalan raya.

Bahasa kasih selalu terdengar sama walaupun warnanya berbeda. Bahasa penderitaan juga bisa dimengerti sekalipun terucap dalam kata-kata yang tidak dipahami. Sepi, menjadi sahabat untuk memberikan kesempatan melihat sisi hidup seluas mungkin. Apakah bisa melihat bahasa-bahasa kecurangan, kemunafikan dan juga keculasan di balik kata-kata yang terucap dan dapat dimengerti sebagai sesuatu yang baik? Uh...ingin rasanya aku menjauh dari komunitas ini.

Hidup di bumi hanya sekali dan singkat sekali. Bukankah ingin rasanya dilalui dengan berarti dan dengan orang yang tepat ? Banyak tim dimana manusia menjadi bagian di dalamnya. Apakah tim ini sudah menjadi tim yang baik untuk melakukan hal-hal yang berarti. Kenapa kita menuntut tim? Bukankah diri sendiri bagian di dalamnya dan bertanggung jawab akan kinerja tim?

Doa-doa yang terucap. Meminta berkat dari Yang Kuasa untuk perjalanan hidup ke depan. Memiliki hubungan yang semakin berkembang dan berarti, saling memahami dan juga saling mendukung. Hubungan yang bukan hanya diikat oleh logika tapi lebih dari itu, juga dipupuk oleh emosi untuk saling menjaga dan mendukung. Komunikasi yang asik dan juga dorongan untuk sama-sama belajar dalam hidup. Latar belakang yang berbeda, karakter yang berbeda dan kebiasaan yang berbeda. Banyak hal yang berbeda, namun ketika bersatu di dalam doa...bukankah ini akan menjadi tim yang kuat. Tim yang tidak bisa dibayangkan, karena ingin belajar sejak awal meletakkan semuanya di dalam tangan Yang Kuasa. Mungkinkah ini adalah tim yang ada di dalam skenario-Nya ?

Selimut tebal ini terasa semakin kurang hangat. Mata ini juga semakin lelah. Detak detik jam dinding terdengar semakin kuat. Detik demi detik berlalu menuju malam yang semakin lelap. Dalam sepi, kehidupan semakin jelas. Kangen yang selalu terucap, mungkinkah bukan kangen yang sesungguhnya? Namun ada yang lain yang ingin dihindari dan disembunyikan. Cinta, ketakutan, kegelisahan, kesepian..apakah semuanya itu bukan isi bungkusan kangen itu? Kau tidak perlu takut ! Lakukanlah apa yang hatimu inginkan ! Semua itu manusiawi ! Gak papa kok...aku mengerti.

Hmmm...kadang manusia terlalu sombong untuk menyatakan kekuatirannya. Tapi bukankah dalam setiap tarikan nafasmu sering kekuatiran itu masuk lebih jauh ke dalam dirimu. Kuatir yang tidak jelas dan tidak beralasan...seperti tidak punya TUHAN saja.
Sudah tinggal menghitung hari saja, mungkin hanya beberapa malam saja membuat ada kehidupan seperti saat ini dalam kamar ini. Rumah ini akan semakin sepi. Kemarin malam, waktu sedang makan malam..bapak bilang, ”kami akan merasa sepi setelah kam pergi”. Aku hanya membisu. Lama-lama sepi akan menjadi biasa juga kan? Akhirnya sepi dan keramaian adalah hanya seperti dua sisi kehidupan yang silih berganti untuk dijalani.
Sepi....saat-saat yang indah untuk melihat betapa indahnya saat-saat rame dan kemeriahan dalam hidup ini. Dan dalam keramaian kita sering merindukan saat-saat sepi dan sendiri.

No comments: