Friday, November 02, 2007

Antrian

Mata berat namun masih bisa diajak kompromi, menyeret kaki diantara kerumunan. Pukul 3.30 pagi, sudah sampai di bandara Sukarno Hatta. Antrian yang panjang, dan kursi-kursi yang ada sesak dianara barang-barang dan manusia. Ada sedikit celah diujung kursi yang paling dekat dengan pintu masuk bandara. Ku dorong troly bergegas untuk mengistirahatkan kaki yang sudah mulai pegal berdiri.

Entah kemana semua tujuan orang yang antri itu, pikirku. Beberapa saat semua mengalami saat-saat yang sama, yaitu antri. Namun hanya sesaat lagi pula mereka akan mencari gate masing-masing untuk melanjutkan rutinitas menjadi penumpang pesawat. Mungkin aja masih ada yang akan menuju gate yang sama. Setelah itu duduk di ruang tunggu dan bisa kemudian naik pesawat yang berbeda dengan tujuan masing-masing tapi mungkin juga naik pesawat yang sama.

Aku duduk mengamati anrian. Jadwal penerbanganku masih ada beberapa jam lagi sehingga aku enggak ikut dalam antrian yang sesak itu. Orang-orang yang antri itu, kemungkinan besar ada yang bukan berasal dari kota ini. Tapi sekalipun mereka tinggal di dalam kota ini atau juga malah di sekitar bandara ini, tentunya mereka pagi-pagi sekali dari rumah. Setidak-tidaknya sejam yang lalu sudah keluar rumah sekiar jam 2.30 pagi. Kalau yang tinggal di luar kota, mungkin sudah mulai proses perjalanan ini sejak hari kemarin. Karena hari kemarin baru diakhiri 3,5 jam yang lalu.

Antrian itu semakin bertambah seiring dengan berkurangnya antrian itu karena sudah selesai melewati bapak yang mengecek tiket di pintu masuk. Tapi antrian itu tetap aja bertambah panjang, bahkan kursi yang aku duduki menjadi lebih dekat ke pintu dibanding ujung antrian. Mengamati antrian ini ternyata tidak mampu membendung rasa ngantuk. Sudah sepuluh kali aku menguap, dna rasa lapar juga mulai mengusik. Rasa pusing mulai mencoba mengalihkan perhatianku dari antrian tapi mulai tertuju kepada diri sendiri. Aku merebahkan kepala ke tumpukan tas yang ada di atas troly. Tertidur dalam keadaan terjaga karena tetap menyadari kalau antrian itu tetap bergerak. Ketika aku angkat kepala, dengan samar terlihat jam sudah menunjukkan pukul 5.10. Pandangan yang tidak terang dan rasa pusing yang mengganggu karena kurang tidur sedikit terobati ketika aku menghabiskan bekal yang aku bawa. Terasa sedikit kesegaran yang mengalir. Aku berdiri, mendorong troly dan masuk dalam antrian.

Aku mendapat seat no 5A. Sesampai di ruang tunggu gate A3, aku mencari buku yang aku baca untuk mengisi waktu dalam menunggu. Ternyata dalam tas yang aku jinjing, buku itu tidak ada. Aku coba memastikan apakah buku Norman Vincen Peale yang sudah aku siapkan untuk dibawa sebagai bacaan selama perjalanan memang benar2 aku bawa. Rasanya tidak juga masuk ke tas yang ada di bagasi. Kemungkinan masih tergeletak di atas tempat tidur di Bandung. Aku mencoba cari kertas dan bolpen yang biasa ada di tas juga gak ketemu. Tadi berharap bisa mengoret-ngoret kertas menunggu jadwal penerbangan.


Meletakkan kepala diatas tas dan melanjutkan tidur menjadi penolong membunuh rasa bosan menunggu melanjutkan perjalanan ke Medan.

2 comments:

selfi said...

nom, udh balik lagi ke medan?
ahhh.. sayang bgt kita cuma ketemu sebentar wkt itu ya.

smp ketemu ya nom. bisa cerita2 lwt email or chat deh :).

Nomi br Sinulingga said...

Hi..Sel.
Aku balik lagi kok ke Bandung 17 November 07 ini. JAdi masih bisa banget ketemuan dalam waktu deket ini pren...

Sampai ketemu ya Sel...