Wednesday, February 17, 2010

Memberi adalah kesempatan…

Aku ingat seorang turang yang sering mengingatkan bahwa memberi adalah kesempatan.

Hari ini aku di angkot aku menerima sms yang membuatku berkaca-kaca.
Sms ini isinya: “ Bujur melala kak, skali nari ! Aku pasti berjuang kak, aminna gia kueteh nge la kungasup ndalankenca. Tp ku akan berjuang semampuku! Ini juga akan mengubah sikapku yg tdnya aku jg agak bandel menjadi orang tau diri! Rajin kgreja dan berdoa. Bujur kak..

Aku balas sms nya dengan pesan, “ aku dukung kam dek..” Kemudian aku terima lagi sms darinya : “Terima kasih ya kak. Sampai kapan pun kan kuingat jasandu ini kak. Akan ku pertanggung jawabkan tugas yg kam kasi sm q kak..

Adik ini sudah sejak Senin ada dalam pikiranku dan juga dalam diskusi saat teduh pagiku dengan suami. Aku bilang kalau aku sangat terdorong untuk mencarikan dia beasiswa karena kondisinya yang sangat membutuhkan pertolongan. Suamiku setuju dan memberikan dukungan. Aku menceritakan kalau hidupku selama ini sangat diberkati dengan mengurus beasiswa adik yang lain yang sekarang sudah tidak perlu dibantu lagi. Iya, kita pernah berkomitmen akan bertanggung jawab untuk mendukung adik itu sampai selesai. Tapi karena perekonomian keluarganya sudah lebih baik, dia tidak perlu ditolong lagi..dan kita bebas dari janji kita, walaupun kita tidak pernah berjanji sama adik itu, suamiku mengingatkan.

Tadi pagi, adik yang sedang dalam pikiranku itu datang ke ruanganku. Kemarin kami sudah janjian untuk ketemu pagi ini. AKu bertanya keluarganya, dan mengenai studinya. Dia bercerita mengenai keluarganya. Mamak, PNS guru Bahasa Inggris katanya. Tapi mamak sedang sakit karena tertekan, dia berobat ke prikiater. Bapak kadang sehat kadang enggak. Beberapa kali Bapak sudah dimasukkan ke rumah sakit jiwa, tapi selalu dikeluarkan dokter karena katanya bapak sehat. Kak, mungkin bapakku ada kuasa gelap yang mengikutinya, makanya dia sering tidak sehat, katanya. Karena mamak takut kami semua rusak mental kami kak, sejak SD aku sudah di Medan. Kami tiga bersaudara, yang tua di Palembang, kerja sama abang jadi tukang ngantar air kemasan gitu, ceritanya. Aku nomer dua, sekarang aku tinggal di rumah bulang, sedangkan adikku yang paling kecil nomor tiga tinggal di rumah bibik sudah SMA.

Kak, sebenarnya rencanaku berhenti dulu sekarang terus bekerja dulu cari uang biar tahun ajaran nanti aku bisa bayar uang sekolahku. Di kampung, mamak tertekan karena kondisi bapak. Siswa-siswanya pun kadang membicarakan mamak. Emaka mamak pe dekahen nge rumah, labo akapna meriah kel diskusi ras nande-nande sideban. Mela mamak kak...dan selama ini ditahannya sampai akhirnya sekarang ini dia sakit.

Aku lebih banyak mendengarkan adik ini bercerita. Air matanya berlinang menceritakan mamaknya. Kemudian aku ajak dia berdoa. Berdoa supaya dia semangat belajar, berdoa supaya mamaknya sembuh, bapaknya sembuh, supaya keluarga mereka diberikan Tuhan damai sejahtera dan kekuatan melalui ini semua..

Selesai berdoa, adik ini semakin nggak kuat menahan air matanya. Aku pindahkan tisu yang ada di sebelahku ke hadapan adik itu. ”Kenapa Bapak ku begitu ya kak ? Dia tidak pernah memikirkan kami anak-anaknya. Hanya mamak lah yang berjuang untuk kami. Untung mamak PNS, jadi masih ada uang mamak sedikit untuk kami hidup kak”

Setelah dia reda menangis, Aku bicara kalau aku akan bertanggung jawab mendukung uang kuliahnya. Kalau dia bisa mendapatkan pekerjaan yang tidak mengganggu kuliahnya, aku mendorongnya bekerja. Untuk tambah-tambah uang beli buku dan kebutuhannya yang lain. Dek, mungkin bukan hanya aku yang akan menolong kam. Banyak teman-temanku yang akan mau menolong kam dek.. tapi aku yang akan bertanggung jawab. Nggak usah lagi kam memikirkan uang kuliah. Mungkin pembicaraan kita ini adalah hasil doa mamakndu dek. Hibur mamakndu ya... Adi tutus atendu sekolah, banci pagi kam erdahin gelah banci sampatindu mamakndu dek.. Kam sekarang yang akan menjadi kebanggan mamakndu kalau kam bisa empat tahun lagi jadi sarjana. Banyak berdoa ya..biar Tuhan juga akan memberikan kam pekerjaan saat kam nanti sudah lulus.

Dia mengangguk dan bertanya. Apa hutangku sama kam kak ? Kam tidak punya hutang ama-apa sama aku dek. Kam cukup membayarnya dengan rajin belajar dan hasilkan IP yang bagus. Karena akan ada beasiswa kalau IP ndu bagus. Dia mengangguk.

Aku bertanya kepadanya. Kam bisa membayangkan kam akan jadi seperti apa 20 tahun yang akan datang dek ? Adik ini menggeleng. Kalau kam rajin belajar, mungkin 20 tahun lagi kam akan menjadi pimppinan, kam bisa menjadi kepala kantor.. kam bisa menjadi apapun yang kam impikan,kalau kam belajar dan berjuang dan ini akan sangat membanggakan mamakndu. Berdoa kepada Tuhan supaya DIA membuka jalan dan menolong ndu.

Membaca sms tadi aku berkaca-kaca dan bersyukur mengambil kesempatan untuk menolongnya. Aku mengingat satu kutipan yang mengatakan, kucari Tuhan tidak aku temukan Tuhan. Kucari sesamaku ku temukan Tuhan...

Dua puluh tahun yang akan datang, mungkin adik ini bisa membantu banyak orang lain yang mengalami nasib yang sama dengannya saat ini. Aku bedoa untuk itu...

3 comments:

elha said...

Cerita yg bagus..kisha yg menarik...
hebat & menyentuh

elha said...

Cerita yg bagus..kisha yg menarik...
hebat & menyentuh

Nomi br Sinulingga said...

makasih banyak elha...