Saturday, August 26, 2006

Hmmm...perjalanan

Sudah dua hari berada di Banda Aceh setelah balik dari Bandung. Delapan hari di BAndung menjadi hari-hari yang berjalan dengan cepat dengan pertemuan-pertemuan yang banyak dengan teman-teman di STT Telkom (Astrid dan Lucky), teman Permata, Mahanaim, teman ITHB dan teman di STTB. Wisuda di STTB adalah tujuan utama yang berlalu dalam waktu 3 jam, dan selebihnya bersenang-senang yang menyegarkan pikiran namun membuat badan lelah.

Waktu yang dilalui bersama dengan teman-teman yang sudah beberapa waktu tidak bertemu memberikan pelajaran yang banyak mengenai pembentukan Tuhan. Ketika bertemu dengan mbak Dina (ITHB), suatu yang indah bisa saling berbagi dengan semua hal yang masih mampu kita bagikan. Bahkan sampai sibuk mencari-cari bagian apalagi dalam hidup yang bisa kita ceritakan, ketika nongkrong di Ohlala pada tanggal 17 agustus kemarin. Aku sangat senang dan bahkan sedikit iri melihat mbak Dina yang sekarang bisa bergabung dengan club fotografi di BAndung. Mbak Dina memang sudah lama ingin belajar fotografi, dan sekarang dia sudah mewarnai hari-hari liburnya dengan hunting foto dengan teman-teman club belajar foto itu. Semua yang dilakukan memang perlu menambah nilai dalam hidup ini, ya?

Ketemu Jimmi KEmbaren, membuat aku belajar banyak mengenai otoritas, ketundukan, dan banyak lagi. Jimmi memang selalu bisa melihat aku dengan lebih tajam dan objektif. Sampai pagi ini, aku masih ingat dan menyadarkan diriku jim, kalau pusat semesta ini adalah matahari. Aku hanya sosok kecil dan bukan apa-apa, yang sangat dikasihi Tuhan. Tuhan paling mengerti bagaimana membentuk aku, dan bukan rencanaku yang terpenting karena itu bisa mencelakakan aku.

Wisuda yang menjadi inti kedatangan ke Bandung dihadiri oleh adikku, Samuel. Irna ada acara ke Ciwidey dan Herna masih Ospek sehingga tidak bisa menghadiri acara wisudaku. Selain Samuel, adik-adik PA-ku (Susan dan Maria) teman serumah (Maya) dan Sahara juga hadir untuk mengikuti ibadah wisuda yang akan aku jalani. Bapak dan mamak memang tidak menghadiri wisudaku, dan menurutku juga tidak penting bangetlah wisuda ini untuk dihadiri orang tuaku.

Ketemu Astrid dan Lucky membuat aku berpikir banyak mengenai tujuan hidup ke depan. Sejak Sabtu pagi aku sudah bertemu Astrid. Jam 7.45 aku sudah berangkat naik travel Cipaganti dari BTC Bandung menuju Bekasi. Sabtu pagi itu aku bangun sudah jam 7 pagi, kepala masih sedikit pusing. Pulang wisuda malam tadi badanku sudah meriang, dan jam 1.30 tengah malam adikku Herna membangunkan aku dan menyiapkan obat untuk diminum karena badanku panas. Aku sangat terharu melihat tindakan adikku yang paling bontot ini. Pagi jam 6 dia sudah berangkat karena ospek saat aku masih tertidur. Janji ketemu Astrid di Bekasi jam 10 membuat aku dalam keadaan setengah bangun ke kamar mandi, sikat gigi dan membasuh muka. Mandi bukan pilihan yang tepat karena rasanya dingin banget dan aku dikejar waktu untuk segera berangkat supaya bisa tidak ketinggalan travel Cipaganti. Puji Tuhan, 5 menit sebelum 7.45 aku sudah sampai di BTC, dan bisa ikut travel yang menuju Bekasi.

Ketika jalan ke Ancol bersama keluarga Astrid, kenangan kuliah di STTTelkom dulu sepertinya kembali diputar di depan pelupuk mata. Astrid adalah sahabatku di STTTelkom dan kami sudah dekat sejak ospek. Kemungkinan besar semua orang tahu kalau kami memang teman dekat, karena kami selalu bareng. Bahkan sekalipun kami tidak satu kelas waktu kuliah, namun kami sering saling menunggu sebelum pulang ke kos yang berada di belakang kampus. Banyak hal indah yang bisa dikenang kalau bertemu dengan Astrid dan Lucky.

Sabtu malam aku dan Moyana mengunjungi Sri Julita. Sri Julita, sahabatku waktu SMA dan juga konco selama di Bandung sebelum dia menikah, akan sangat kusesali kalau tidak bertemu. Sri baru saja melahirkan anak laki-laki, dan aku juga ingin melihat keponakan kecil itu. Sampai jam 10 malam kami di rumah Sri di Narogong. Malam itu aku tidur di rumah kakak tengahku (persisi di atasku) di Bekasi. Sampai jam 1 malam kami ngobrol bertiga, aku ama kakak dan suaminya.

Minggu pagi aku tidak ke gereja, karena bangun sudah jam 8 pagi dan jam 12 aku sudah sampai di rumah Reine. Pertemuan di rumah Reine ini menjadi hal yang penting bagi kedatanganku ke Jakarta. Mungkin pertemuan ini akan menentukan banyak dalam jalan hidupku. Belajar bergantung kepada Tuhan, menyiapkan hati untuk rencana Tuhan menjadi sangat perlu aku ingat dan hidupi saat ini, karena aku tidak mau melangkah dengan pikiranku sendiri.
Minggu malam, Lucky menjemput aku dan Astrid di kosnya Astrid. Lucky sudah menikah dan anaknya sudah 10 bulan, laki-laki bernama Joe. Kita berempat, bersama dengan Joe, makan malam di Gading Batavia sambil mengenang semua kesulitan ketika kuliah, dan membicarakan keadaan sekarang yang sedang dilalui masing-masing. Persahabatan kita bertiga, bagiku adalah berkat banget. Selalu indah setiap ketemu.

Senin hari libur menjadi kesempatan yang berharga untuk tetap tinggal di Jakarta. Ketemu dengan Anne (adik PA-ku di STTTelkom) di ITC Cempaka Mas suatu yang sangat aku syukuri. Gak tahu kapan lagi bisa ketemu dengan Anne. Empat adik PA-ku di STTTelkom dulu (Anne, Desi, Corry dan Duma), boleh dikatakan Anne lah yang paling banyak sering ketemu denganku. Ketika yang lain lulus dan keluar dari Bandung, Anne masih bertahan dan melanjutkan studynya di Bandung. Kebersamaan kami di Bandung melanjutkan study membuat kami masih sering bertemu. Desi juga masih sering kontak. Dia kalau ada kesempatan ke Bandung pasti masih ketemuan ma Aku. Bahkan kalau dia ke Jakarta, dia juga akan sempatkan ke Bandung. Sekarang aku sudah di Banda, semoga kita secepatnya bisa ketemu lagi ya dek.

Selasa malam, gang Sempit menjadi tempat yang terbaik untuk ketemu dengan teman-teman Mahanaim dan juga sahabatku Juspia dan suaminya bang Daniel. Dua jam makan dan ngobrol rasanya kurang banget, namun pertemuan harus diakhiri karena aku belum beres-beres untuk keberangkatanku malam itu ke Jakarta naik travel yang jam 1 pagi untuk mengantarku ke Cengkareng. Jam 6 pagi besoknya aku akan terbang ke Medan dan meneruskan perjalanan ke Kabanjahe.

Rabu malam, masih ada pertemuan dengan teman-teman permata di Medan. Pertemuan ini juga penting bagiku dan juga akan mempengaruhi jalan hidupku. Aku senang banget bertemu dengan teman-teman yang baru kenal, tapi rasanya sudah kenal dari dulu. Memiliki pandangan yang mirip dan juga memiliki kerinduan akan perubahan yang sama. Kamis aku sudah kembali ke Banda dan langsung jam 14.00-15.00 mengajar di Bukit Soehato. Mengajar hari itu tentang mengenal diri, membuat aku merenungi pelajaranku sendiri dalam mengenali diriku.

Trima kasih Tuhan, untuk waktu sebentar aku bisa keluar dari Banda Aceh. Dari Bandung aku bisa melihat ke Banda dan memberikan penilaian dengan lebih okjektif mengenai semua yang terjadi di Banda. Aku melihat semakin luas dan kecilnya Banda dibandingkan dengan jalan panjang yang masih akan aku lalui.

No comments: