Wednesday, January 14, 2009

Anakku sudah 9 bulan....

Baru sebulan lebih aku kenal dengannya. Dia bekerja untukku sebagai tukang masak. Tadinya aku pikir dia baru lulus SMA dan tidak lanjut kuliah, sehingga dia memutuskan untuk bekerja. Dia jadi tukang masak karena direkomendasikan oleh tukang masak sebelumnya, Alfi, yang ingin bekerja di tempat yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan kafe yang kami kelola. Wajar juga sih...

Namanya Fani dan usianya 20 tahun. Ketika aku menanyakan kenapa dia memutuskan untuk bekerja bukan sekolah, aku sangat kaget dengan jawabannya. "Lumayan kan kalau bekerja bisa dapat uang beli susu anakku, kak". "Kamu sudah punya anak? Berapa usia anakmu? Sekarang anakmu siapa yang jaga?" berebutan pertanyaan ingin keluar dari mulutku untuk lebih mengenal adik ini. "Anakku lagi-laki sudah 9 bulan, sekarang dia di rumah dijaga mamakku." "Suamimu apa kerjanya? Apakah kalian semua tinggal serumah?" "Suamiku supir, tapi aku gak tau dia tinggal dimana. Istrinya tinggal di Tebing, tapi dia juga gak selalu di tebing." "Hmmmm...."

Fani yang hanya sekolah sampai SMP dengan ibu yang sudah 3 kali menikah juga. Katanya bapaknya, suami ibunya sekarang bukan bapak kandungnya. Ketika aku lihat hidupnya, dan aku lihat hidupku...betapa aku harus selalu mengucap syukur sama Tuhan. AKu bisa mempunyai banyak kesempatan dalam hidup ini. Kesempatan berbuat baik, dan juga kesempatan untuk berkembang. Beberapa waktu yang lalu Fani bertanya, "mungkinkah ada cowok yang baik mau sama aku kak?" "Pastilah ada, kamu sabar saja..dan berdoa."

Tadi pagi, adikku Karina bilang ke aku kalau aku harus sering-sering ngobrol sama Fani. Enggak kebetulan dia kerja untukku. "Ajari dia konsep pasangan hidup, trus tanyakan apakah dia punya cita-cita akan anaknya itu," kata Karina. "Kalau kesempatan ini tidak kakak gunakan untuk membukakan pikirannya Fani, maka kehidupannya bisa diprediksi akan sama seperti kehdupan ibunya. Menikah sampai 3 kali, dan ketika usianya 40 tahun dia juga akan sudah punya cucu. Anaknya akan tumbuh apa adanya, dan dia tidak akan berfikir untuk sekolah. Sekolah supaya tahu membaca dan setelah itu bekerja dan menikah. Seperti ini akan berlangsung terus, dan negara ini akan semakin terpuruk karena SDM nya sangat kualitas rendah."

Pagi tadi, aku dan Karina jadi geli sendiri dengan pembicaraan diatas. KAmi membahas Fani sampai menarik kesimpulan secara nasional. Gimana gak Singapore dan malaisia jauh lebih maju, karena SDM Indonesia yang terbaik mereka ambil dan diberikan kesempatan berkarya disana. DI Indonesia tinggal SDM yang gak mutu, tidak mandiri dan juga rentan dengan kejahatan. Gimana gak jadi jahat kalau penghasilan kecil dan biaya hidup semakin tinggi.

Pelajaran hari ini bagiku adalah untuk lebih banyak berbicara hal penting dengan Fani...

No comments: