Tuesday, January 20, 2009

Yang aku peroleh lebih mahal dari yang aku berikan :)

beberapa hari yang lalu aku naik beca pulang dari poligon. Setelah deal ongkos beca, aku naik dan si tukang beca motor membawaku lewat jl. Setia Budi. DI pinggir jl . Setia budi aku meminta becaknya berhenti dan tungguin aku sebentar mau beli buah. Toko buah yang aku tuju masih mengingat aku karena ini bukan yang pertama aku belanja buah disitu. AKu beli apel 1,5 kg, sebenarnya 1 kg juga cukup untuk kebutuhanku, dan meminta kantung plastiknya dibuat 2 buah. Aku kembali menuju becak dan aku lihat si tukang beca menungguku dengan sabar dan langsung melanjutkan perjalanan.

Sampainya di Kafe, tukang beca menurunkan barang bawaanku dan membawanya masuk ke dalam. Aku membayar ongkosku dan memberikan kantung plastik berisi 3 buah apel. "Ini buat anak-anak Bapak di rumah, terima kasih banyak tadi Bapak sabar menunggu saya membeli buah," kataku sambil tersenyum dan menyodorkan kantung plastik itu. Mata Bapak itu berbinar, senyumnya mengembang dan tulang pipinya naik,"Terima kasih banyak, biasa kami menunggu yang naik becak berhenti sebentar karena ada keperluan. Trima kasih banyak," katanya dengan tulus.

Aku bisa melihat ketulusannya, dan hatiku rasanya sangat senang dan bersyukur bisa memberikan buah apel itu kepada Bapak itu. Melihat ketulusannya, rasanya apel yang aku berikan itu tidak sebanding dengan yang aku dapatkan. Aku mendapatkan sukacita, rasanya tubuhku sangat ringan untuk melangkah dan aku bersyukur sekali untuk hari itu. Buah apel itu aku tahu harga rupiahnya, namun ketulusan terima kasih yang aku terima tidak bisa aku rupiahkan, bahkan tidak bisa aku beli dengan rupiah. Aku mendapatkan lebih banyak dari yang aku berikan sangat sedikit itu.

Aku belajar hari itu, aku jadi mengagumi orang-orang kecil. Mereka adalah orang-orang hebat yang memiliki kesabaran luar biasa. Memiliki ketulusan yang tidak dibuat-buat. Aku yang sangat tidak sabar ini, yang selalu rasanya terburu-buru dan akan ngomel kalau disuruh menunggu jadi belajar betapa sabar itu adalah karakter yang dimiliki banyak orang kecil.

Belajar sabar tidak akan kita lihat teladannya dengan melihat orang-orang hebat. Baca biografi orang-orang besar kadang tidak mengajarkan kesabaran dan ketulusan. Tetapi ketika aku membuka mata melihat orang-orang kecil disekitarku, aku mampu melihat karakter sabar yang luar biasa serta ketulusan yang benar-benar tulus. Berterima kasih karena hal kecil (menurutku) namun dia bisa melihat itu hal besar. Oh Tuhan, aku sangat bersyukur dengan pengalaman itu. Aku yang selalu menyesali diri karena ketidaksabaran jadi tahu kemana aku bisa belajar dan bagaimana caranya aku bisa mendapatkan contoh hidup.

Tuhan ajar aku untuk lebih sabar dan tulus dalam hidup ini. Supaya aku akan lebih bijaksana dan bisa lebih mengenalMu dalam jalan-jalan yang aku lalui. AMin !!

1 comment:

Imagine Andre_Helene054 said...

tulisan yang sangat menyentuh..

untuk bisa berubah, salah satu yg harus diubah adalah cara pandang kta terhadap hal yg cukup detail,, dan tulisan kam itu cukup menjelaskan... thanx