Thursday, March 29, 2007

Proses dan Waktu

Berbicara proses selalu tidak bisa terpisahkan dengan waktu. Waktu selalu membuat manusia tidak berdaya. Tidak berdaya menantikan sesuatu yang hanya diketahui oleh waktu. waktu kadang terasa lambat sekali, namun pada saat bersamaan dia bisa juga terasa melaju dengan cepat dan bahkan membuat kita terengah-engah mengejarnya.

Saat ini, aku selalu menyadari kalau aku hidup dalam proses yang Tuhan inginkan untukku. Namun dalam menjalani waktu ini, aku sering seperti kehilangan pegangan akan Tuhan dan bahkan sepertinya sangat plin-plan dan tidak punya fokus yang jelas. Jujur saja, saat ini tidak mudah bagiku menjalani hari-hari menjadi saat-saat yang menyenangkan dan penuh arti. Mungkin penuh arti aku terjemahkan dengan hitungan rupiah, menyenangkan dan juga menjadi berkat buat orang lain. Di Medan aku masih punya kesibukan yang sedikit sekali, mengajar dua mata kuliah pada sore hari. Sedangkan kalau aku pikir2 kerja di Medan sampai jam 5 sore tidak akan mengganggu kegiatan mengajar yang sudah aku lakukan. So..itu yang membuat aku kepikir untuk kerja yang lebih pasti waktunya.

Dulu aku enggak pernah kepikir bisa bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore di belakang meja. Selama ini aku menyukai kerja sedikit mobile dan bebas.. seperti dosen, selalu bisa diatur waktunya untuk kepentingan2 yang lain dan tentunya tidak merugikan institusi dan juga mahasiswa. Aku menyukai kerja dengan waktu yang fleksible seperti ini.
Tapi saat ini, waktu yang banyak luang membuat aku merasa useless dan juga hampir kadang akhirnya tidak melakukan apapun. Buku-buku yang dibaca rasanya mentok hanya menjadi bacaan dan tidak memiliki kesempatan untuk mengaplikasikannya.

Sabtu-Minggu yang lalu menjadi trainer di BAnda, membuat aku sedikit segar dan bersemangat. Aku sangat menikmati berada di antara teman2 yang memiliki hati memberdayakan dan mengembangkan masyarakat. Saat itu aku tahu aku memang sedang dalam proses, karena aku masih suka plin-plan dan bingung mau kemana. Berada di tengah-tengah organisasi yang memiliki visi untuk meningkatkan kesejahteraan orang kecil seperti itu, ternyata sangat menyemangati aku. Aku sebenarnya sadar kalau aku akan lebih menikmati bekerja di tempat seperti itu.

Kembali ke Medan Senin pagi dari Banda hanya memberiku kekuatan sehari saja. Selasa, aku sudah mulai lagi bingung menjalani hariku dan fokus aku mau kemana. Aku rasanya kembali dihadapkan dengan dunia real yang mesti aku hadapi. Pemikiran keluar dari Medan juga mulai merayap di kepalaku. Semakin aku redam semakin aku berpikir untuk kembali ke Jawa. Alasan membenarkan apa yang dipikirkan masuk ke kepala bagaikan pasukan berbaris yang sulit untuk dihadang. Pelayanan bisa dilakukan dimanapun kita berada kan? Tidak mesti di Medan. Pelayanan di PERMATA, dimana dan darimana pun bisa kita lakukan kan? Mungkin potensi kamu bukan di sini akan bertumbuh. Industri telekomunikasi sedang bertumbuh dan kamu juga bisa menjadi terang disana Nom? Pulang ke kampung akan lebih baik kalau bukan saat ini, tetapi nanti sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang, mungkin akan lebih di dengar. Beberapa bulan di Kabanjahe dan di Medan sudah banyak yang dipelajari kan? Itulah keberadaan PERMATA, dan juga orang Karo pada umumnya. Kamu belajar bukan hanya dari kata orang kan? Tapi kamu sudah terjun sendiri.

BAnyak hal yang masuk ke kepala untuk membenarkan apa yang ingin dilakukan.
satu yang aku tahu, aku memang sedang ada dalam proses. Saat itu aku juga berdoa, Tuhan kalau Engkau mau membawaku sampai ke titik terendah dalam kesesakanku...beri aku kekuatan untuk menjalaninya. Aku selalu percaya, ini hanya proses untuk sesuatu yang lebih baik di depan. Proses berarti bukan akhir segala-galanya. Kehidupan masih bergulir dan di depan selalu menanti masa depan yang penuh harapan.

No comments: