Sunday, March 23, 2008

Ke Kisaran

Perjalanan ini memberikan aku banyak pelajaran dan perenungan akan kehidupan. Sejak tadi malam aku sudah memutuskan akan berangkat naik kereta api dari Medan ke Kisaran jam 1 siang. Aku dapat informasi jam keberangkatan kereta dari Stasiun Medan pukul 07.00, 10.00 dan 13.00. Berangkat jam 13.00 yang paling sesuai, karena kalau terlalu cepat sampai di Kisaran aku akan menunggu lama tim survey dari lapangan.

Perjalanan dimulai dari Padang Bulan menuju Stasiun kereta. Naik angkot pintu belakang. Masih sejauh 50 meter meninggalkan simpang kampus USU, angkotnya ngadat. Bensin habis. Sudah tidak jauh dari pom bensin. Sang supir tanpa basa-basi langsung keluar mobil dan lari menuju pom bensin. Aku liat jam sudah pukul 12 siang. Hmmm...bisa-bisa kehabisan tiket kereta pikirku. Aku meninggalkan angkot yang ditinggal supirnya itu bersama lima penumpang lainnya yang sibuk membahas sang supir yang menurut mereka aneh..kok bisa angkotnya kehabisan bensin.

Ketika menyetop angkot yang lewat stasiun, aku naik dan duduk. Aku bingung karena dibelakangku banyak yang naik. Aku amati dan ternyata penumpang dari angkot yang ngadat tadi semua pindah. Angkot melaju sesaat, kami melihat supir angkot itu meninggalkan pom bensin dengan sekantung plastik bensin di tangannya. ”Itu dia, kasian sekali kita semua sudah meninggalkannya. Padahal kalau kita menunggu sebentar lagi, angkot itu akan jalan juga kan,” kata seorang ibu yang duduk persis di depanku.

Aku sedikit menyesali kejadian itu. Aku reflek menimpali perkataan ibu itu,”kenapa tadi kalian mengikuti apa yang aku lakukan. Aku sedang buru-buru ke stasiun. Takut kehabisan tiket kereta.” Tidak ada yang merespon apa yang aku katakan. Dalam hati, aku memang menyesal. Tapi apa lagi yang bisa dilakukan? Duduk terdiam dalam angkot yang melaju sambil menjerit... Berdoa supaya hal kecil yang menjadi beban pikiran ini tidak akan sia-sia. Biarlah sang supir angkot juga mendapat pelajaran dari kejadian ini. Bener, dia akan menemukan angkotnya sudah kosong penumpang. Ke depannya biar dia juga lebih bijak mengecek bensinya sebelum keliling nyari penumpang. Aku juga hanya berdoa supaya TUHAN tetap memberikan berkat rejeki untuknya hari itu. Tiada yang mustahil bagi TUHAN.

Padahal aku gak jadi naik kereta api ke Kisaran :)

No comments: