Wednesday, November 23, 2005

Mimpi sore....

Ketika September tadi balik ke rumah, senang banget bisa ketemuan dengan Eki Sibero. Saat ini dia sedang sibuk dengan kerjaannya di BPR Pijerpodi Kekelengen yang pusatnya di Suka Makmur. Kita pernah jadi satu tim ngurusin penentangan illegal logging yang dilakukan oleh member milis permata-gbkp. Saat itu, kita membuat poster dan brosur dan di kirim ke Medan, Eki Sibero yang mengkoordinir pembagiannya di MEdan dan Tanah Karo. Bang Dede yang mendesain posternya dan aku yang mengumpulkan dana untuk kegiatan ini.

Ketika ketemu Eki Sibero ini, kita membicarakan banyak tentang hutan di tanah Karo dan juga mengenai GBKP. Saat itu aku memberikan pendapat, kenapa di tanah Karo tidak didirikan sekolah teologia yang bisa membuka sekolah sore-malam dan undang aka pertua dan diaken yang merupakan kaum awam untuk sekolah dan menambah wawasannya akan teologia dan perkembangan gereja. Dan mengenai pengajar, bukannya di kantor moderamen itu banyak orang2 yang sudah berpendidikan tinggi (S2, S3) yang bisa mengajar dan tidak mengganggu pekerjaannya, tih ngajarnya malam. Atau kuliah Alkitab yang D1 atau D2 atau D3, mungkin ini akan mengubah banyak di GBKP ini, karena pertua dan diaken juga belajar sungguh2 akan kebenaran firman Tuhan.

Saat itu Eki Sibero cerita, kalau sudah ada ITAS yang juga sebenarnya bisa dimaksimalkan oleh GBKP. Tapi ternyata, ITAS tidak sebagus sekolah yang ada di JAwa. PErlu juga mahasiswa ini melihat daerah lain dan bertemu orang yang lebih beragam dan ini akan menolong dia dalam perkembangannya dan wawasannya. Mungkin ada benernya pikirku, sekolah di JAwa setelah lulus kembali ke kuta kemulihen.

Tapi hari ini setelah membaca dan meringkas buku Immanuel Kant, aku sedikit terkejut melihat kehidupan Immanuel Kant yang dikatakan tidak pernah meninggalkan kotanya. Tetapi pemikiran sosok yang tidak pernah pergi ke tempat2 jauh dari tempat kelahirannya ini telah mempengaruhi dunia sampai hari ini. Apa yang menjadikan Kant seperti ini? tidakkah mungkin kalau di tanah Karo ada sekolah teologia akan melahirkan orang-orang yang bisa menjadi berpengaruh untuk GBKP? tidak harus ke Jawa kan?

Aku pikir yang dibutuhkan bukan melihat tempat lain, tetapi kalau mahasiswanya rajin membaca dan disediakan buku2 yang banyak dan pengajar2 yang baik maka akan melahirkan orang2 yang kompeten dalam pemikiran dan juga pemahaman akan kebenaran Firman Tuhan. Bukankah dulu orang-orang yang tinggal di biara melahirkan banyak pemikiran yang mempengaruhi zaman ini. Kita hanya membutuhkan fasilitas yang terbaik, STTB bukunya di perpustakaan ada 120 ribu lebih loh..., dan manusia yang juga baik? hanya itu kan kuncinya.

Aku pikir, tidak sulit untuk mendirikan satu sekolah di Kabanjahe untuk meningkatkan kemampuan pelayan-pelayan yang ada di GBKP ini. Pengajar mungkin sudah banyak di Kantor MOderamen yang siap dan tinggal mempersiapkan diri dengan lebih baik. Mengenai buku-buku dan mendirikan perpustakaan di Kabanjahe, bukankah GBKP yang ada bisa memberikan sumbangan untuk pengadaan ini? Aku pikir, kalau ada yang mau memulai pasti bisalah kalau untuk sekolah yang bertujuan untuk kebaikan semua. Tapi itu hanya pemikiran di sore hari seperti ini, dan kalau Tuhan menginginkan seperti itu, pasti tidak ada yang mampu menghalanginya bukan? Semua ada waktunya, dan semoga mimpi ini akan menjadi kenyataan, yaitu GBKP membuka sekolah teologia di Kabanjahe untuk meningkatkan kemampuan pertua-diaken yang menjadi pelayan-pelayan di GBKP ini.

No comments: