Wednesday, September 28, 2005

Aku ini mau jadi apa sih?

KNA (Kamp Nasional Alumni) sudah berakhir..tapi senangnya sampai hari ini dampaknya belum berakhir bagiku.
KEmarin itu ada sesi interest bidang yang dibagi dalam kelompok2 interest. Aku memilih kelompok Education for National Building. Pertemuan untuk ini dua hari dengan sekali pertemuan dua jam..benar-benar menarik bagiku. Membuka mata untuk memandang sedikit lebih luas mengenai pendidikan dan dampaknya. walaupun sudah terjun di bidang pendidikan memang masih sangat banyak yang tidak aku ketahui.

Keluar dari ruangan diskusi, seorang adik (soale dia manggil aku kakak) menghampiri aku dan mengulurkan tangannya, menyebutkan nama dan akupun melakukan hal yang sama terhadapnya dan menyebutkan "Nomi". "Kak, aku pengen banget cerita ke kakak..aku punya sesuatu untuk di curhatkan, tapi aku pikir aku bisa membicarakannya kepada kakak, tapi waktu makan malam sudah sampai, besok saja di jam istirahat aku menemui kakak". Aku mengangguk dan mengiyakan, dan adik itu berlalu berlainan arah dengan tujuanku. Hmmm..sampai selesai kamp adik itu tidak aku lihat lagi, dan dia tidak menemuiku.

Ketika kembali ke Bandung dan masuk kantor di hari pertama, aku cek email dan aku menemukan sebuah email dari orang yang tidak aku kenal. Ketika aku baca ternyata dari adik yang ingin curhat pada saat kamp kemarin. Dia menceritakan permasalahannya yang juga merupakan permasalahan bagiku. Ini kutipan emailnya (namanya aku ganti X):

> syalom..
> halo ka Nomi.. ini X, yang kemaren pas di KNA mau sharing sama kaka.
> aku ga tau sih kemaren itu kenapa tiba-tiba aku pengen sharing ke kaka.
> pas mau pergi KNA aku memang lagi banyak memikirkan sesuatu dan entah
> kenapa pas disitu aku pengen banget sharing ke kaka. gimana kabar kaka?
> sekarang kondisiku sudah agak lebih baik dari kemaren itu. waktu itu aku
> lagi bingung. benar-benar bingung. bingung sama pertanyaan... aku ini
> mau jadi apa sih.. sebenarnya aku malu banget, karena udah umur 26 baru
> bertanya mau jadi apa. itu sebabnya aku malu mau sharing ke orang-orang.
> aku sekarang lagi kerja di kantor pengacara. dan juga ngajar. tapi aku
> masih sering bertanya.. apakah memang tujuanku adalah kedua profesi ini?
> waktu aku menanyakan ke diriku, rasanya aku ga pengen. tapi kenapa
> kujalani???? aku ga tau harus menguraikan dari mana.. aku tetap berdoa
> untuk itu.. dan Firman Tuhan yang diberikan oleh para
> pembicara-pembicara kemaren cukup membantuku juga. apakah kaka punya
> advice untukku tentang kebingunan ini???
>
> syalom
> X


Ketika selesai membaca email adik ini...aku hanya membisu dan membalasnya setelah lima hari kemudian. Jujur aku katakan dalam email balasanku kalau aku sebenarnya seharusnya lebih malu lagi karena menjelang usia 29 tahun ini..pertanyaan itu adalah bagian dari pertanyaan yang selalu aku tanyakan. Aku ini mau jadi apa sebenarnya? Semua mempertanyakan aku mau jadi apa? bukan hanya diriku bahkan juga teman-teman kantorku, teman kuliahku juga semua yang mengenal aku selalu bertanya kam mau jadi apa Nom? Sulit memang...ketika aku jawab aku mau jadi Nomi..bukan kah semua akan semakin bingung dan menambah pertanyaan yang tidak mudah dijawab...bahkan jawaban untuk diriku sendiri bagiku tidak mudah.

Aku mau jadi apa? aku pikir ini adalah pemikiran semua manusia yang memiliki tujuan dalam hidupnya. Dalam balasan email itu aku juga memberi tanggapan bahwa :tujuan kita aku pikir bukan profesi kita, tapi profesi itu adalah sarana untuk mencapai tujuan itu sendiri. dan tentunya dalam menjalani semua kegiatan keprofesian itu..harus ada sukacita dan kita menyenanginya sehingga menjalani hari ini tidak penuh dengan dilema di dalam hati.

Mengganti profesi itu tidak masalah tetapi pertimbangkan dulu semua hal, apakah sudah sesuai dengan tujuan hidup...tetap berdoa dan apapun profesi kita, kita akan bisa berdiri teguh untuk tujuan kita dalam Tuhan. Kuncinya adalah pertimbangkan semua hal...sesuai tujuan dalam bentuk tujuan diri, tujuan pemenuhan kebutuhan materi dan juga kepuasan batin.

Aku ini mau jadi apa sih?
kalimat ini masih memenuhi hatiku tanpa jawaban yang pasti. Yang pasti menggumulkan pertanyaan ini seharusnya kita kembali ke hal yang ultimat. Kembali ke yang menjadikan kita, kita mau dijadikan seperti apa? Kalau aku bisa menjawab...aku sering memberi jawaban, aku ingin menjadi Nomi. Hmmm..lebih susah lagi kan? Nomi itu seperti apa? Segala talenta yang ada padaku, menjadi perempuan (gak pernah aku milih jadi perempuan), lahir di keluarga Sinulingga (ini jg gak pernah kupilih), dan seluruh keberadaanku saat ini seharusnya mendukung aku menjadi Nomi. Aku bersyukur banget dengan keberadaanku ini, dimana Tuhan sudah tetapkan sejak awal. Nomi yang akhirnya nanti seperti apa masih rahasia bagiku, tapi Dia yang sudah menetapkan Nomi sangat mengetahui dengan jelas. Dia mau aku menjadi apa, dan Dia mau aku menjalani kehidupan ini untuk tujuan itu, yaitu menjadi seperti apa yang Dia rancangkan. Senangnya, setiap hari berjalan bersama Dia, membuka sedikit demi sedikit misteri menjadi Nomi dalam hidup ini.

Mulai saat ini, mari kita semakin mendekatkan diri kepadaNya, profesi ini bukan tujuan akhir dalam hidup. Tapi tujuan akhir adalah menjadi pribadi seperti yang sudah ditetapkan sejak awal untuk masing-masing kita. Hal ini bukan berarti kita tidak perlu membuat planning untuk profesi dan kehidupan kita. Perlu sekali, tetapi letakkan yang paling mendasar ditempatnya sehingga kita mudah meletakkan yang lain diatasnya. Membuat planning tanpa tujuan yang jelas bukankah sulit juga? Tentukan tujuan kita, aku pikir itu yang paling penting dan akan mengurangi sedikit kebingungan "aku ini mau jadi apa sih?"

Sehingga nanti ketika bertemu dengan penciptaku, Dia tidak akan bertanya kenapa aku tidak menjadi Paulus? Dia tidak akan bertanya kenapa aku tidak menjadi Musa? tetapi Dia akan bertanya kenapa aku tidak menjadi Nomi?

Dari sekarang aku ingin menjawab pertanyaan itu dengan menjadi Nomi. Berbeda dengan yang lain tidak salah, karena kita memang unik. Ketika pikiran2 dan suara hati itu mengusik diri, jangan redam dan ambil jalan yang ditempuh orang banyak. Dengarkan suara hati itu..dan mengikuti kata hati lebih mudah dari pada melawannya..dan bersama Tuhan kita menjadi diri sendiri.

Hmmm...hari ini aku menuliskan ini mungkin sedikit tidak menginjak bumi kali ya...pikiran2 yang aku biarkan menjelajah kemana2 yang mungkin perlu usaha keras untuk menerjemahkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Perlu usaha keras, berarti bukan berarti gak bisa kan?
:)

No comments: