Monday, December 12, 2005

Memandang Lebih Luas

Mengetik di depan computer seperti ini, membuat saya hanya terbatas bisa memandang layar monitor computer. Saya tidak memiliki kapasitas untuk bisa mengetik dan juga memandang sisi belakang monitor dimana kabel-kabel berada. Kalau saya ingin melihat sisi belakang monitor maka saya harus bergerak dan pindah ke belakang. Tapi apakah yang saya amati di sisi depan dan sisi belakang ini dua benda yang berbeda? Kita sudah tahu kalau jawabannya tidak. Saya melihat layar monitor atau sisi belakang monitor maka sebenarnya saya sedang mengamati monitor, hanya saja sudut pandang pengamatan sayalah yang berbeda.

Minggu kemarin, saya sangat membutuhkan sudut pandang lain akan jalan yang akan saya pilih untuk sedikit waktu di depan. Saya membutuhkan pandangan dan pendapat rekan-rekan lain mengenai hal yang sedang saya gumulkan. Keputusan tetap ada di tangan saya, tapi saya juga membutuhkan kejernihan dan pemikiran yang lebih tajam sebelum mengambil keputusan. Pertimbangan, doa dan nasihat akan sangat menolong saya mengambil keputusan. Jujur, banyak yang bilang kalau saya sedikit nekat dengan apa yang menjadi keputusan saya. Masukan yang mendukung dan yang menasihati supaya saya menghindar adalah masukan yang berarti dan membuat pertimbangan saya semakin mantap.

Mbak Dina, teman yang baik yang selalu mendengarkan saya, sebentar nanti pasti akan selalu hadir dalam bayangan untuk dijadikan teman share dalam banyak hal. Nasihat Pak Tunggul, sangat menolong saya. Ketika beliau menyuruh mempertimbangkan hal-hal yang terburuk dari keputusan saya. Pak Tunggul mengatakan jangan sekali-kali membayangkan yang baik2 saja dari keputusan yang diambil, karena kalau yang terjadi tidak seperti yang diharapkan akan sangat mengecewakan. Nasihat ini sangat menolong saya, ketika saya membuat list hal-hal yang terburuk yang mungkin saya alami dan jalani. Memandang urutan hal-hal buruk di kertas yang sudah penuh dioret-oret saat itu, secara logika saya akan menghindari kesempatan ini. Hanya doa yang menyiapkan hati untuk siap menerima yang terburuk yang bisa saya perhitungkan. Ketika saya berkata saya siap, rasanya beban pergumulan sudah menguap. Yang akan terjadi yang lebih baik dari yang terburuk yang sudah dilist itu akan menjadi bonus dalam hidup kedepan ini. Sekalipun tidak ada bonus, saya siap mengucap syukur untuk kesempatan ini, dan bonus-bonus yang saya terima akan memperindah dan membuat perjalanan ini menjadi suatu yang akan selalu saya syukuri.

Dukungan doa-doa dari teman-teman juma-cyber, kedua orang tua, adik-adikku dan juga Pdt. Eki menjadikan hati saya semakin teguh dengan keputusan ini. Apapun yang akan menjadi keputusan ITHB mengenai permohonan cutiku itu, saya sudah siap. Bahkan hasil keputusan yang paling buruk juga saya sudah bisa menerimanya. Dukungan doa dan nasihat teman-teman membuat saya mampu memandang pergumulan ini menjadi lebih objektif, bukan hanya terpaku pada sudut pandang saya sendiri. Doa membuat saya bisa naik lebih tinggi dan memandang persoalan ini dari atas sehingga saya dapat memandang lebih luas, tidak hanya salah satu sisi tetapi banyak sisi.

Saya tahu, bahwa masa depan sungguh ada dan harapanku tidak akan sia-sia. Hati yang siap tidak cukup untuk melalui satu tahun ke depan. Kekuatan yang dari padaNya, menjadi kekuatan dalam hidup saya akan menolong saya melalui setahun ke depan.

No comments: