Friday, April 20, 2007

Jiwa yang gelisah...

Suara hati yang sudah tidak seirama dengan logika, membuat sendi-sendi menjadi ngilu untuk bergerak. Kemana kaki akan melangkah, kalau logika menyuruh ke kiri sedangkan nurani menyuruh ke belakang? Berjalan terseret-seret dengan lidah yang kelu dan bulu kuduk yang merinding. Kemana semua tujuan perjalanan ini? Makna diri belum kunjung bertemu, dan apakah memang tidak akan pernah berjumpa?

Dalam kebingungan dan kegelisahan yang ragu-ragu, kaki mencoba menjejak setapak lagi. APakah langkah ini yang benar, ataukah bukan langkah ini yang seharusnya? Kemana mesti dilangkahkan ? Mungkinkah nurani yang mengetahui dimana TUhan? Tetapi kenapa logika memiliki banyak kemungkinan yang baik namun tidak mungkin semuanya untuk dilalui pada saat yang bersamaan. Yang manakah yang perlu didahulukan? Apakah memang apa yang dipertimbangkan logika memang sesuatu yang baik ?
Kemana pikiran ini bisa berlabuh? Ketika dia menginginkan sesuatu yang terbaik di depan yang bisa dibidik dari titik saat ini?

Mengapa engkau gelisah hai jiwaku? kata pemasmur. Mungkinkah kegelisahan itu bisa disebabkan oleh hal-hal yang memang tidak bisa kita atasi atau sebenarnya sumber kegelisahan itu ada di dalam diri? Apakah jiwa yang gelisah akan lebih meresahkan dibanding jiwa yang tidak pernah menyadari kalau ada kegelisahan menyelimutinya? Aku tidak tahu...mungkinkah jiwa yang bimbang dan kegelisahan yang menyelubungi itu menandakan iman yang bertumbuh? atau bukti bahwa ketiadaan iman itu sendiri?

Saya tidak tahu dan saya tidak mampu memikirkannya. Dalam keterbatasan kapasitas logika, menalar keadaan sesuai dengan rasio yang baik memang sesuatu yang memberikan kebingungan dan ketegangan yang membuat kaki semakin bergetar dan tidak beranjak kemana-mana. Kehidupan ini sesungguhnya amat sederhana, tapi kemanakah lenyapnya kesederhanaan ketika kita mengamati sekeliling kita. Kehidupan begitu gersang bagi sebagian orang, dan juga begitu berat untuk dilalui bagi banyak orang. Apakah kehidupan itu yang berat? Atau diri manusia itu sendirilah yang bermasalah sehingga merasa berat melalui semua ini... Saya tidak tahu, bahkan saya kadang merasa kehidupan itu yang berat, namun terkadang kehidupan itu sangat indah...tapi diri saya sendirilah yang begitu kaku dalam kejemuannya dan merasa berat melalui jalan-jalan indah itu.

Mengapa engkau tertekan hai jiwaku? Pemasmur menyeruh jiwa yang berpaling kepada penciptaNYA akan mendapat ketenangan di dunia yang menuju kebinasaan ini.

No comments: