Monday, August 08, 2005

Enggak sulit membuat bahagia

Senangnya bisa ke Jakarta sampai Senin pagi ini. Melupakan sebentar rutinitas yang sebenarnya sangat menyenangkan di Bandung dan sejak Jumat malam aku dah di Jakarta. Menghadiri pernikahan sepupu, ketemu ama kakak-kakak dan senangnya Minggu sore bisa ke pameran Flora dan Fauna. Menyenangkan sekali melihat bunga-bunga dan buah-buahan yang unik dan menarik dan penuh warna yang bagus-bagus banget. Semua bunga itu seakan memamerkan keindahannya dengan penuh percaya diri. Kekayaan warna yang lembut dan juga variasi bunga yang sangat kaya dengan bentuk keindahan sangat menyenangkan dinikmati menghabiskan sore itu.

"Enggak sulit membuat kita bahagia" ini kalimat yang aku ingat sepanjang mengelilingi pameran, dan kalimat "ayamnya hanya sedikit" yang selalu membuat kita tergelak dalam tawa. Ternyata sambil jalan, kalimat "ayamnya hanya sedikit" adalah hasil nguping ke pembicaraan pengunjung yang lain.

Bayangkan saja, setelah berkeliling, kita semua bergembira dengan semua komentar yang diluncurkan ke semua yang dilihat bahkan komentar "bodoh" ke kerak telur yang menjadi dagangan khas yang tersebar dan digandrungi sebagian pengunjung. Baru kali itu aku makan kerak telur (kasian banget yah...). Beli minum jus Ave 2 botol dan semua itu dibagi berlima juga kerak telurnya 2 dibagi berlima, kami semua dah senang banget...dan muncullah kalimat "gak sulit membuat kita bahagia". Jus Ave adalah jus Aloe Vera (Lidah buaya), bener nulisnya kan? baru kali ini juga aku menum jus tersebut, rasanya dibuat rasa Lechi.

Pagi tadi, mama tengah dah manggil bangunin aku jam 4.45 dan segera mandi dan siap-siap balik ke habitatku biasanya. Jam 5.30 sudah meluncur ke gambir dan senangnya aku langsung dapat omprengan yang siap berangkat ke Bandung. MAkasih ya Boy, dah nganterin aku ke Gambir dan mudah-mudahan gak ngantuk di kantor soale dari Gambir Boy langsung ngantor. Kamu memang sepupu terbaik...:) Muji nih..biar besok masih bisa minta tolong, hehehehe...

Aku senang banget perjalanan tadi pagi ke Bandung, matahari yang baru mulai muncul menjadi pemandangan yang sangat indah. Bola api yang bulat penuh dan belum begitu menyilaukan di tutupi awan tipis yang berarakan membuat mentari pagi ini terlihat semakin cantik saja. Andai aku bawa kamera, pastilah aku tidak melepaskan momen indah pagi tadi. Aku tahu kalau aku hanya bisa menikmati keindahan ini sebentar, jadi aku tidak memalingkan mata dari bola api yang kemerahan dan bercampur warna orens yang berbentuk bulat penuh. Melekat erat pandangan ke bola api ini sebentar lagi tidak bisa aku lakukan. Pohon-pohon tinggi di pinggir jalan tol itu menghalangi aku melihatnya dan kemudian setelah mataku berhadapan dengannya kini dia sudah memancarkan garis-garis cahaya yang mulai sedikit menyilaukan mata yang membuat aku harus memicingkan mata. Aku duduk di pinggir sebelah kiri dalam mobil itu, dan ketika aku menoleh ke dalam, aku melihat semua yang lain sudah terlelap dalam tidur. Hanya pak Supir dan ibu yang duduk di depan yang masih ngobrol dan juga suara radio yang bersenandung dengan indahnya mengawali kesibukan pagi itu.

Keakraban mentari pagi segera sirna dan mulai cahayanya menyengat kulitku. Aku mengeluarkan selendang untuk mengurangi kehangatan mentari pagi yang langsung menerpa kulitku, sekalian juga mengurangi rasa dingnin ditangan kananku dari semburan freon AC yang membuatku menggigil juga. Huhhh...semua jadi serba salah kan? AC kedinginan, mentari pagi segera juga terlalu hangat, yah...membuat semua balance mungkin lebih menyenangkan. Hmmm..gak sulit membuatku bahagia senyumku.

Aku juga tertidur sebentar, dan ketika terbangun ternyata sudah jam 07.03, dan mobil sudah melalui Tol Cipularang, senangnya melihat keadaan kanan kiri jalan tol itu dari dalam mobil. Dan jujur aku tidak mau melewatkan setiap denyutan waktu yang bergerak.
Aku melihat hamparan petak-petak sawah yang berwarna hijau kekuning-kuningan dan juga jauh melepaskan pandangan terlihat gunung-gunung yang masih ditutupi kabut pagi. Aku melihat ke sebelah kanan, masih banyak tanah merah yang siap dijadikan sesuatu yang berbeda. Sebagian tanah merah yang siap diolah untuk pertanian, menanam sesuatu dan akan datang musim panen dari tanaman tersebut. Ada tanah merah yang sepertinya bekas pengerukan tanah dan memang tanahnya diambil khusus untuk menimbun tanah yang berlubang. Ada juga tanah merah yang luas yang dugaanku akan dibuat rest area karena tol itu terlalu panjang sampai Bandung dan tempat istirahatnya belum ada (atau sudah ada dan aku aja yang belum lihat).

Keindahan tol cipularang ini adalah karena dia melalui lembah-lembah dan gunung-gunung sehingga melihat keluar sangat menyegarkan. Apalagi ketika melewati tanjakan dan aku tahu kalau jalan tersebut sangat tinggi, soale ketika aku menoleh ke kiri aku melihat kalau mobil kami sejajar dengan puncak bukit kecil yang terletak dengan tenangnya. Dan di puncak itu sangat indah melihat jalan yang berbelok-belok dan belokannya sepertinya hilang di balik bukit di depan yang di sebelah kanan. Hmmm ketika mobil mulai menanjak, aku tahu kalau kami sedang melalui lembah yang memberikan keindahan tersendiri. Hijaunya daun-daun pohon pisang dan juga tanaman kelapa yang aku tidak melihat ada buahnya sepertinya sangat bersemangat menyambut pagi ini.

Mobil juga akhirnya melalui hamparan kebun teh, yang aku lihat persis di km 106. Uh..kanan dan kiri semua hijau dan sampai sejauh mata memandang aku hanya melihat teh, tapi ini hanya sebentar. Tiang-tiang penerangan jalan di malam hari dan tiang rambu-rambu jalan itu masih dengan licah berlari ke belakang ketika aku memperhatikan sudah sejauh mana perjalanan ini di tempuh. Aku melihat lurus ke depan dan hanya terlihat 7 buah mobil yang juga sedang melaju dengan kecepatan maksimal. Sebentar lagi aku sudah sampai Bandung dan belum juga jam delapan pagi.

Matahari sudah berpindah ke belakang kami dan beberapa saat lagi kami akan memasuki gerbang Pasteur. Atap-atap rumah sudah terlihat menghiasi pemndangan jalan dan kesibukan orang berlalu lalang sudah nampak di atas penyeberangan jalan di atas jalan tol tersebut. Ternyata keluar tolnya memang macet sedikit, di jl Dr Junjunan kami berhenti agak lama, tapi itu tidak mengurangi kegembiraan menyambut pagi ini. Wajar saja sih, karena semua yang berangkat ke kantor sudah dalam keadaan terburu-buru, soale sepuluh menit lagi sudah jam delapan teng.

Tapi kehidupan ini tidak seperti melalui jalan tol yang bebas hambatan dan dikelilingi keindahan seperti itu. Hidup ini memang ada turunan, ada tanjakan dan juga ada belokan. Tapi banyak yang jalanannya licin, berlubang-lubang dan membuat kita sulit menikmati semua yang dialami, bahkan jadi malas melanjutkan perjalanan karena bingung di depan apakah ada harapan atau tidak. Apakah jalan yang berbatu-batu ini semakin menjemukan atau jangan-jangan di depan ada jalan yang hancur sehingga perjalanan ini tidak mudah untuk dilanjutkan. Tetapi bagaimanapun jalannya aku selalu ingin belajar menjalani hidup dengan tetap melihat keindahan di balik setiap pergerakan waktu yang akan membuat hidup jadi lebih berarti.

Yang pasti ingin sekali aku berteriak "seharusnya tidak sulit membuat aku bahagia" sambil menyambut hari ini dengan semua aktifitas yang pasti membuat aku bahagia.

Makasih Tuhan, untuk dua hari yang indah ini :)

3 comments:

selfi said...

Nomi... aku liat kam nyanyi di pasu2 revina. tadinya aku pengen ngobrol tp krn ada bibiku yg maba belo selambar jd aku pulang duluan ... miss u deh my friend :)

kapan ya bisa cerita2 lagi????

Anton said...

tuh, kam sudah bahagia, 'kan?
Bahagia akan datang dgn sendirinya.
Smoga bahagia selalu mewarnai perjalanan hidup kam

GBU

Anonymous said...

selamat berbahagia.

oh iya, main2 www.the-outcasts.com ya, ditunggu lho diskusinya.

gbu