Monday, October 03, 2005

Bercerita dalam keheningan

Anti duduk diam dengan pikiran yang jauh menjelajah ke tempat-tempat yang tidak di kenal. Baru jam delapan pagi, dan dia masih belum keluar kamar. dari jendela kamar terlihat pohon-pohon yang hijau melambai di tiup angin pantai yang dingin. Dalam kamar itu dia duduk dan memandang sejauh dia mampu. Kamar yang berada di pojok rumah yang berada di dekat pantai itu jauh dari suara yang berisik. Hanya detak jam dinding yang menemaninya pagi itu. Minggu pagi yang sejuk dan jauh dari keramain. Mungkinkah istirahat selama dua hari ini akan mengembalikan semangat dan kinerjanya yang beberapa hari ini sudah terbagi. Pikirannya belakangan ini sering terbang jauh kemana yang dia inginkan, dan dia membiarkan dan menikmati semua itu. Tetapi dia harus hidup dalam kenyataan dan tidak boleh lama-lama lagi dengan keadaan seperti ini. Pekerjaannya menuntut konsentrasi yang maksimal untuk projek yang sudah mendekati batas waktu pengerjaan. Sabar..sabar batinnya, setelah kerjaan ini selesai mungkin aku bisa lebih mengikuti semua kata hati batinnya. Melakukan apa yang diinginkan hati memang sesuatu yang menyenangkan, tetapi menahan diri juga sesuatu yang baik dalam menumbuhkan karakter diri pikirnya.
Anti masih memegang buku catatan dan pensilnya masih terselip di jari. Orang asing yang jauh dan hanya mengenalnya secara samar, mungkinkah dia mendiami hatiku pikirnya. Masih jam delapan pagi, dan hari kerja masih lama, mungkin 24 jam lagi...bolehlah aku menikmati semua yang ada di hati dan besok aku akan kembali konsentrasi dengan semua tugasku pikirnya dan dia mulai menoreh dalam buku catatannya. Dengan muka tersenyum dan sesekali memandang ke ombak yang terlihat dari jauh dan semakin mendekat ke pantai, dia mulai menulis setiap yang ada dalam hati.
Pikiran-pikiran dan bisikan hati yang mampu dituangkan dalam buku catatan ini akan memperindah semua uangkapnya.

Pagi yang dingin, aku terdiam dan memeluk sepi
Ombak yang menari, sampaikan salamku padanya
Keheningan yang ada membuat suara hati semakin terdengar
Peri-peri pohon, maukah engkau bercerita tentang bayangan yang samar yang ingin aku temui?
angin laut, bawalah aku kepadanya

Aku ingin duduk disampingnya
memandang indahnya gelombang yang bekejaran.
Aku ingin bersandar di bahunya
dan menikmati kehangatan mentari pagi ini.
Bersamanya ingin mendengar keheningan
yang dipecah oleh suara ombak.
Bersama bercerita akan indahnya masa depan.
Aku ingin memandang cahaya matanya
dan melihat sampai ke kedalaman hatinya.
Aku ingin mendengar warna suaranya
dan bisa tertawa bersama akan gemercik air
dan pasir-pasir yang berkilauan.

Oh...ombak, sedang apakah dia disana?
Apakah aku hanya bermimpi tanpa tidur yang terlelap
Mimpi indah yang enggan aku akhiri
karena ketukan di pintu kamar.

Anti menutup buku catatannya, dan membuka pintu kamar. Ternyata Tian yang akan mengajaknya bermain pasir di pantai. Keceriaan, semangat dan kebahagiaan terpancar melalui mata mereka sambil mulai membangun istana pasir. Liburan yang memulihkan semua kekuatan, dan menyiapkan diri untuk tenggelam dalam rutinitas seminggu ke depan.

No comments: