Saturday, June 25, 2005

Hujan membasahi bumi ketika aku mau keluar kantor hari Jumat kemarin. Sudah hampir jam 3 sore, dan aku tidak bawa payung. Aku telpon adikku Irna, minta dia datang ke ITHB membawa payung dan sekalin nemenin aku PA Permata ke Jatinangor. Puji Tuhan..!! dia mau nemenin dan jam 3.30 sore dia sudah nongol di ruanganku. Kami keluar gedung dan menembus hujan ke depan pos satpam dan naik angkot yang menuju ke arah DU tempat ngetemnya Damri. Puji Tuhan kami sampai dan ketika naik Damri yang menuju Jatinangor, tidak sampai lima menit Damrinya sudah siap melaju.

Udara terasa sangat dingin dan jalanan macet. Aku mengeluarkan tissue untuk mengeringkan tas dan juga tangan yang basah. Irna duduk di dekat kaca dan air juga merembes masuk, aku menawar tissue untuk adikku, dia menolak dan bilang tar juga airnya gak kering-kering. Busnya sangat lambat melaju dan juga berhenti-berhenti. Aku sibuk mengamati kesibukan dijalanan, dan melihat bagaimana hujan sore itu membuat perbedaan dengan sore-sore kemarin. Pedagang asongan tidak bebas masuk ke bis, lebih banyak mereka berteduh di emper toko sambil terdiam dan mungkin sedang dengan seribu satu macam pikiran di kepala mereka.

tidak terasa jam sudah menunjuk pukul 16.54 dan kami sudah sampai di Jatinangor dan hujan masih turun dengan lebatnya. Aku dan Irna berteduh di toko dekat pull Damri, Irna jajan Batagor, sedangkan aku membeli Cappucini kotak di toko itu. Sms Samaria aku terima dan dia memberi kabar kalau dia sudah diangkot menjemput kami, dan bentar lagi sudah nyampe. Aku menikmati minuman yang aku beli dan persis ketika aku mencari tempat sampah, aku melihat Samaria datang. Dan kami langsung berangkat menuju tempat PA.

Senangnya ketika sampai di rumah tempat bersekutu, beberapa adik permata sudah berkumpul dan aku mengulurkan tangan menyalami semua yang ada. Beberapa wajah sangat aku kenal walaupun sering lupa nama mereka. Tetapi beberapa wajah rasanya aku belum pernah liat. Atau mungkin ketika di gereja, aku yang kurang memperhatikan orang lain dan seperti biasa suka sok sibuk kali yah?? Gak tahu lah..aku mencari adikku Samuel, tapi gak keliatan. AKu bertanya kepada salah seorang, aku lupa namanya, apakah adikku Samuel gak pernah PA Jatinangor? Mereka bilang biasanya Samuel PA kok..hari ini aja kebetulan gak datang. Aku hanya memberi pesan, sering-sering ajak adikku PA ya dek !!

Pujian yang dinyanyikan bagus-bagus, aku sangat menikmati. KEtika masuk sesi bagi berkat, aku sangat tersentuh dengan berkat Roni. BAgaimana dia menjadi wali adiknya yang sekolah di SMP di Jatinangor. Dan dia menjadi wakil ketua komite orang tua di sekolahan. Aku jadi ingat ketika Samuel SMU di Bandung dan aku jadi walinya. Aku beberapa kali hadir acara pertemuan guru dan orang tua. Roni menceritakan bagaimana murid-murid yang tdak bisa mengikuti ujian karena tidak mampu membayar uang ujian. Aku sering tahu cerita itu di koran-koran dan di tivi. Tapi ketika mendengar langsung berkat Roni, rasanya kenyataan itu sangat dekat dengan kehidupanku juga. Roni cerita bagaimana satu keluarga yang terdiri dari 4 orang dan penghasilan hanya 10.000 sehari, itu hanya untuk meneruskan hidup. Uang sekolah sangat sulit untuk dibayar dan sudah enam bulan tidak dibayar. Uang UAN kali ini sampai sekitar 400 ribu dan sulit sekali bagi mereka untuk membayar. Dan itu sangat wajar dengan penghasilan 10.000 perhari u 4 orang.

Saat itu Roni bilang, kita dibentuk di JAtinangor, dan akan sangat baik kalau kita memberi perubahan sedikit di Jatinangor. Mau gak permata memberi beasiswa untuk satu atau dua anak. Kehadiran kita di Jatinangor juga akan menjadi berkat bagi mereka. Saat itu aku sangat setuju dengan Roni. Aku bilang ke Roni, kalau aku akan mendukung pemikirannya, dan mengharapkan hari minggu di PA Gabungan dia bisa hadir dan nanti ketemuan, membicarakan apa yang bisa dilakukan untuk memberikan beasiswa untuk murid-murid SMP yang tidak mampu itu.

Sebenarnya aku baru pertama mengenal Roni, kenapa yah...aku tidak pernah melihatnya di GBKP. Ketika PA selesai, aku masih sempat ngobrol dengan Roni, dia cerita gimana dia pernah membayar biaya sekolah seorang anak sampai nunggak 6 bulan yang membuat dia seret makan karena uang makannya habis. AKu salut ama dia, dan aku mau bekerja sama dengan Roni karena dia sudah pernah berkorban untuk melakukan kerinduannya. Tetap semangat ya Ron...mudah-mudahan kita bisa melakukan sesuatu yang kecil untuk kemuliaan Tuhan kita.

Meninggalkan persekutuan, aku dan Irna terlebih dulu karena yang lain masih bercengkerama. KAmi pamit duluan karena pengen main ke kos adikku Samuel, dan saat itu sudah pukul 19.40. Hujan masih tercurah dan jalanan becek, dengan hati-hati kami berjalan sepayung menuju kos adikku. Sedikit kecewa, karena Samuel tidak ada, aku hanya menulis pesan dan memasukkan ke kamarnya dari bawah pintu. KAmi langsung balik dan menunggu angkutan yang menuju Bandung. KAmi lama sekali menunggu bis Bandung-Cirebon, tapi tidak muncul-muncul sedangkan waktu tetap melaju dan hujan belum reda juga. Sudah pukul 20.15, kami memutuskan naik angkutan kota aja, yang akan menjadi lebih lama sampai rumah, dari pada menunggu yang tidak kunjung datang kami akhirnya memutuskan yang jarak tempuhnya lama saja.

Kami naik Sumedang-Cileunyi dan kemudian dilanjutkan naik angkot yang menuju Cicaheum. Dari Cicaheum kami naik Cicaheum-Ledeng dan sampai rumah sudah pukul sepuluh malam. Walaupun capek, kami berdua sangat menikmati dan tetap mengucap syukur. Asal jangan sering-sering, asik juga ke Jatinangor pelayanan.

Sampai di rumah rasanya senang banget, Irna langsung ke dapur memanaskan sup yang dia buat tadi pagi, aku ganti baju dan bersih-bersih. Makan dengan sup ayam yang dagingnya masih banyak sangat nikmat. Kelelahan langsung lenyap dan aku sangat bersyukur untuk hari yang indah yang bisa dijalani. MAsih sempat nonton...dan jam 24.00 aku mengakhiri hari Jumat dan menyambut hari Sabtu sebentar.

Terima kasih Tuhan untuk kasihMu dan semua berkat yang Kau berikan dalam kehidupanku. Amin

Zzzz...ZZzzz..Zzzzz

No comments: