Tuesday, July 26, 2005

Semua memuji Tuhan

Ketika kaca mobil dibuka berebutan angin Ciwidey masuk ke mobil menyapa kami. Hmm..hmm..bener-bener dingin banget, desiran udara yang menyapa kulit terasa sangat seger. Sejuk banget yah.. Ini mah..dah dingin bener..kata yang lain sambil melipat tangan ke dada memberi sedikit kehangatan. Jalan yang semakin menanjak dan halaman-halaman penduduk di sepanjang jalan yang dihiasi tanaman strowberry. Strowberry yang bisa dibeli dengan petik sendiri menjadi keunikan tersendiri yang ditawarkan Ciwidey. Berbaris dengan rapi tanaman Strowberry dengan batangnya yang terlihat lemah dengan bunga, buah yang muda dan buah yang sudah merah dan siap dipetik. Megingatkanku seperti perjalanan dari Brastagi menuju Kabanjahe dengan keindahan bunga-bunga yang menjadi bagian kehidupan masyarakatnya.

Hamparan teh yang luas terpampang sejauh mata memandang sampai batas bukit yang terlihat mengelilingi kebun teh itu. Hijau banget dan indah sekali, sebagian sisi di kiri seperti baru saja diambil pucuk tehnya sehingga tidak terlihat sehijau yang disebelah kanan. Aku melihat ke atas, awan yang berarakan menyembunyikan matahari sore, tetapi garis-garis cahaya matahari itu mempercantik indahnya langit. Langit penuh warna, awan yang berdegradasi abu-abu sampai putih ditambah garis-garis cahaya matahari sore yang mulai dari orens sampai merah seperti arsiran yang halus. Langit yang tidak tertutup awan juga terlihat biru jernih dan ada awan tipis yang berwarna putih masih memberikan celah melihat birunya langit. Semua yang bisa aku lihat menunjukkan keceriaan dan berteriak "Puji Tuhan"

Hijaunya teh yang terpampang itu tidak seluruhnya rata seperti lapangan, masih ada satu-satu muncul pohon yang tingginya sekitar 7 meter memperindah semua yang bisa dinikmati mata. Jalan-jalan yang diwarnai dengan keindahan putihnya bunga Terompet dan juga kembang yang berwarna kuning yang aku gak tahu namanya. Ada juga seperti semak-semak yang kembangnya berwarna ungu yang tumbuh liar dan banyak di pinggir jalan raya itu...daun-daun hijau yang senja ini akan mengakhiri aktifitasnya berfotosintesis. Dan menyiapkan diri menyambut bayang-bayang malam.

Mobil masih tetap melaju menuju daerah Cimanggu, kami semua yang dari tadi berisik dan sibuk mengunyah semua bekal yang dibawa membisu menatap sejauh yang kami bisa. Sisi kiri dan kanan jalan itu adalah perkebunan teh milik PTP VIII. Keindahan perkebunan teh di sore hari itu sangat berharga dan sayang banget dilewatkan dengan gangguan makanan. Saya mencoba menikmati semua yang bisa dilihat, semua yang bisa didengar, dan semua yang bisa dirasakan. Jalanan yang semakin berkelok dan kami memasuki jalan yang sepanjang lima puluh meter dimana kedua sisi jalannya seperti dipagari dengan Cemara yang sudah tinggi dan rindang. Dibawah Cemara itu banyak pedagang yang mencoba mengais rejekinya disaat liburan seperti saat ini. Jagung bakar dan rebus, indomie rebus dan goreng, kopi dan teh hangat, gorengan yang sudah dingin dan beberapa makanan ringan seperti Taro, Kacang Garuda yang terhidang di meja kecil dengan bangku untuk menyambut setiap yang datang. Tikar juga digelar untuk pengunjung yang ingin duduk lesehan sambil menikmati makanan dan merasakan indahnya alam.

Kami singgah di salah satu pedagang dengan tenda yang bisa menampung kami semua untuk duduk. Semua mencari makanan yang bisa dia nikmati diantara sedikit pilihan yang ada. Gorengan sudah dingin, kalau makan Baso rasanya masih sangat kenyang. Kopi yang aku pesan sepertinya tidak panas lagi, dan harus segera dihabiskan karena kenikmatannya akan berkurang karena segera akan dingin. Padahal kopi itu dilarutkan dengan air yang panas dan aku pikir masih panas, tetapi aku keliru..karena tidak lebih dari tiga menit, aku sudah bisa meneguk kopi hangat.

Ternyata ibu yang menyuguhkan kopi itu tinggal di rumah yang terlihat di depan dengan beberapa rumah yang berkelompok dan sepertinya tidak lebih dari 20 rumah. Dia adalah pekerja diperkebunan itu dan kalau hari libur dia menambah penghasilan dengan jualan ditempat itu. Di warung ibu itu, kami baru menyadari kalau sinyal GSM dari operator apapun tidak ada ditempat itu. Bener-bener kami sedang terputus dari dunia di luar keberadaan kami saat itu. Kedamaian, jauh dari keramain menjadi gambaran daerah itu. Tidak ada kehidupan yang terburu-buru, semua berjalan dengan lambat dan tidak ada yang perlu dikejar-kejar dalam setiap hari yang dilalui. Bahkan harga kopi yang sudah jauh dari Bandung ini juga ditawarkan dengan cukup murah hanya Rp 1.500. Mungkin keuntungan mereka sangat sedikit, tetapi aku berpikir mungkin kedatangan kami juga menjadi sesuatu yang mewarnai hari mereka.

Ketika sampai di Villa yang memang ingin kami tuju, aku senang banget bisa duduk dipinggir kolam depan villa itu sambil memasukkan kakiku ke dalam kolam yang airnya hangat. Alam yang sangat ramah dan memberi kedamaian. Sumber mata air di daerah Cimanggu itu memang air panas. Kehangatan air kolam mulai memasuki pori-poriku, dan aku ingin menikmati setiap pergerakannya dalam diriku. Hatiku bahagia sekali, jantungku bisa berdetak dengan teratur, dan aku mulai memainkan kakiku dalam air. Berlahan-lahan, gemercik air terdengar menjadi simfoni yang indah. Semuanya bergitu indah, dan semuanya berbisik memuji Tuhan. Hatiku pun penuh luapan mengagumi Tuhan.

Jauh dari keramaian dan tidak terganggu dengan HP yang berbunyi yang menyatakan ada yang mencari. Menjadi saat yang tepat untuk melihat dan mengenal DIA lebih lagi melalui ciptaan-Nya. Semua yang aku kagumi saat ini, aku tahu kalau itu tidak seberarti diriku. Aku tahu kalau kekagumanku akan Dia karena alam ini seharusnya sangat kecil dibandingkan kekaguman yang seharusnya aku berikan kepada-Nya karena keberadaanku. Daun teh yang hari ini dipangkas pasti akan muncul lagi tunas baru dengan keindahan hijau muda yang menyegarkan. Udara yang sejuk yang membuat pikiran jernih, dan setiap sapaan angin yang menyatakan kasihNya akan alam semesta ini. Dia begitu dekat dengan ciptaan-Nya dan sedetikpun tidak pernah Dia meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Dia menggariskan batas langit dan melukiskan cakrawala yang seakan bersentuhan dengan bukit-bukit yang berjajar seakan mengelilingi kebun teh yang luas tersebut.

Aku semakin sadar kalau semua yang Dia lakukan selalu untuk kebaikan dan keindahan kehidupan manusia. Dalam pikiran-Nya hanya ada kebaikan untuk alam semesta, apalagi utuk diriku. Ya..bener sekali, Dia yang menjadikan alam semesta yang indah ini hanya memikirkan yang baik untuk hidupku.


Ciwidey, Minggu Sore 24 Juli 2005

3 comments:

selfi said...

kebayang deh indahnya ciwedey nom. jadi pengen ke sana euy, kapan ya?

selfi said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Nomi br Sinulingga said...

Apalagi kalau ada waktu ke sana dengan juma cyber kayaknya menyenangkan banget sel.