Thursday, July 07, 2005

Susanna Annesley (Ibu Kristen sejati)

Hari ini pengen belajar dari tokoh wanita yang memiliki peran dalam mengubah dunia :)
************************************************************************
Susanna Annesley dibesarkan dalam keluarga pendeta. Sejak kecil ia telahmenunjukkan minat belajar. Koleksi banyak buku ayahnya menjadikan ia mampumenyerap banyak ilmu. Sekalipun ia masih belia, ia sudah mampu berdebattentang topik2 teologia dengan baik, dan orang tuanya memang tidakmelarangnya. Ia sangat mendapat perhatian dari keluarga terutama dalam halpendidikan iman. Sikapnya yang berani, cerdas dan suka belajar itu terbawaterus hingga ia menjadi ibu rumah tangga.Pada masa mudanya, Inggris hanya menyediakan sekolah bagi anak laki-laki,sehingga susanna tidak dapat mengikuti pendidikan yang resmi. Ia belajar dibawah bimbingan orang tuanya.
Pada usia tiga belas tahun, ia sudah mampu membaca Alkitab berbahasa Yunani dan Ibrani serta memahami isinya.Susanna adalah gadis cantik yang berpembawaan anggun. TAhun 1689, ia menikah dengan Samuel Wesley, seorang pendeta, dan sejak saat itu diadikenal sebagai Susana Wesley. Sebagai istri pendeta, Susanna tampaknya tidak ingin berdiam diri. Dalamposisinya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ia sangat merindukan anak-anaknya menjadi besar dan berhasil sebagai anak-anak kristen. KArenaitu ia mengatur roda kehidupan rumah tangganya dengan disiplin ketat. Susanna berpendapat bahwa hari yang dijalankan dengan tertib dan teraturakan menjadikan segala kegiatan berjalan baik dan tak ada yang terlupakan.Selain mengatur dan menjalankan keperluan hidup sehari-hari, ia juga membantu suaminya mempersiapkan kotbah-kotbah. Termasuk membantu mengingatkan jadwal kunjungan. Ditengah-tengah segala kesibukan ini, Susanna masih menyempatkan diri untuk membaca buku selama dua jam setiap hari. Selama kurang dari sembilan belas tahun, Susanna sudah melahirkan sembilan belas anak. Dua diantaranya, John Benyamin Wesley dan charles Wesley, anakkelima belas dan kedelapan belas.
Sebagai seorang suami, Samuel ingin mengatur rumah tangganya sesuaikeinginannya. tetapi tidak mudah sebab Susanna memiliki prinsip yang kerasdan berbeda dengannya. Bila terjadi perbedaan pendapat, keduanya mempertahankannya dari sudut pandang Alkitab. Keduanya memiliki dasar pemahaman teologi yang dalam sehingga tidak ada yang dapat mengalah danjarang keduanya bertindak di luar batas: Samuel tidur diranjang yang lain. Sekalipun masing-masing memiliki pendirian yang teguh dalam mempertahankan pendapat, tetapi jauh di lubuk hatinya ia merindukan kehadiran suaminya dan sangat mengasihi suaminya. demikian juga suaminyasangat mengerti keadaan istrinya tercinta.
"Tidak ada yang lebih saya harapkan selama hidup ini kecuali melayani anak-anak yang telah saya lahirkan. Saya mau apabila hal ini berkenan bagi Allah, menjadi alat-Nya melakukan semua yang baik bagi jiwa-jiwa mereka,"itulah harapannya.Tahun 1711, Susanna memulai pelayanannya di sekolah minggu. Ia selalu memberi tugas membaca kepada anak-anaknya satu pasal dalam perjanjian baru untuk bacaan pagi dan satu pasal perjanjian lama untuk bacaan malam, dan membaca Mazmur duakali setiap hari. Ia sangat yakin bahwa tidak ada buku yang setara dengan Alkitab dalam mendidik anak-anak ataupun orang dewasa dalam pertumbuhanrohani.
Firman Tuhan dan khotbah sederhana yang ia persiapkan untuk anak-anakSekolah Minggu itu didengar oleh tiga pulu sampai empat puluh orang setiap minggu. Selain itu, saat suaminya melayani di luar kota, ia membuka rumahnya sebagai tempat ibadah di hari Minggu. Pelayanan yang dilakukannya mendapat perhatian jemaat sehingga yang hadir mencapai dua ratus orang. Keberhasilannya menimbulkan iri hati pendeta pengganti suaminya dansuaminya sendiri tidak setuju dengan yang dilakukan istrinya.
Kehidupan yang dialaminya dalam berumah tangga boleh dikatakan seimbang di satu sisi, ia kehilangan anak-anaknya ketika mereka masih bayi dan disisi lain ia berhasil membimbing dan mendidik anak-anaknya hingga dewasa,terutama dalam iman. Bahkan dikemudian hari, ia menyaksikan peristiwa-peristiwa sukses yang dialami oleh putera-puterinya.Tahun demi tahun bergulir bak daun-daun kering yang berguguran kepermukaan tanah. Tak terasa hari-hari hidup yang melelahkan harus diakhiri juga. Anak-anaknya pun pergi untuk memenuhi panggilan hidupnyamasing-masing. Tahun 1742 saat ia berusia 73 tahun, ia meninggal dunia.
dikutip dari buku :
50 Kisah Pejuang Iman sejati, Tokoh-tokoh Kristen yang mewarnai dunia, Rudy N.Assa, Andi Offset, Jogja 2002

No comments: