Thursday, July 28, 2005

Wanita Sempurna

Pergulatan hati seorang wanita yang akan meneruskan study dengan umur 
yang semakin menanjak. Terhimpit diantara dua generasi.
Jejak-jejak generasi dengan pandangan bahwa menjadi
wanita adalah berarti menjadi seorang ibu rumah tangga,
mengurus keluarga tanpa berpikir macam-macam.
Dan bayang-bayang generasi yang lebih modern bahwa tujuan
hidup setelah bekerja bukan hanya menuju pernikahan.
Kehidupan ini terlalu kompleks dan banyak hal yang mesti
dilakukan untuk meraih arti diri. Jujur menulis pemikiran ini,
bukan berarti aku jauh dari pikiran untuk menikah.
Aku hanya menyadari kalau aku ada diantara dua generasi
yang memiliki pola pandang akan kehidupan yang mengalami
pergeseran.


Saya bingung dengan generasi yang sekarang, tapi saya juga tidak
mampu tetap menjalani pandangan kehidupan generasi orang tua saya.
Dan dalam hati yang paling dalam, aku tetap merindukan seperti
ibuku dalam bentuk yang berbeda. Menjadi istri dan ibu yang baik,
menyiapkan seluruh kebutuhan keluarga dipagi hari dan juga selalu
memiliki penghasilan sendiri yang dia simpan dengan baik dan akan
dikeluarkan ketika kondisi terjepit dan butuh keuangan yang lebih
besar dari biasanya. Sehingga bagi ibu jawaban akan masalah
keuangan selalu bisa diselesaikan.


Wanita sempurna! Aku memikirkan dua kata ini sudah beberapa hari
ini,tetapi belum sempat menuliskan apapun tentangnya. Hanya
pergulatan hati dan juga bisikan nurani yang ingin aku dengar.
Ketika seorang teman wanita ingin meneruskan pendidikannya
kejenjang S3, sahabatnya seorang cowok menegurnya supaya menikah
dulu. Temannya cowok itu bilang, bahwa apabila dia langsung
meneruskan kuliah S3 dan setelah selesai nanti buat apa? Bukankah
tidak akan ada lagi cowok yang akan berani mendekati dan melamar
dia. Dan ujung-ujungnya dia menjadi perawan tua, dan tidak menikah
lagi. Wanita tidak akan sempurna kalau tidak menikah. Curhatan teman
ini masuk ketelingaku bahkan langsung menghujam hatiku, aku berusaha
sebisaku mendukungnya. Walaupun dia mengalihkan perhatiannya dengan
semua kesibukan dan tetap melanjutkan penelitiannya,
aku yakin bahwa teguran teman cowoknya itu menggangu pikirannya.


Pacar terakhir sudah berlalu dan sampai saat ini belum mendapatkan
seorang yang sesuai dengan hatinya. aku juga menyadari kalau menikah
itu adalah bagian hidup dan sebagai temannya aku tahu kok kalau dia
tidak bisa menghindari pendapat teman yang akan mengganggu
pikirannya. Wanita yang baik yang sering aku sebut “mbak” di depan
namanya, mungkinkah gambaran apa yang dialaminya juga gambaran apa
yang akan aku alami. Aku memang sadar bahwa pergumulan yang dia
jalani akan merembet ke aku juga. Waktu akan membuat aku juga
mengalami semua permasalahan itu untuk dipergumulkan.


Aku merespon curhatnya dengan bertanya, memangnya menikah akan
menentukan seorang wanita sempurna atau tidak ya mbak? Dia
menggeleng, dan menjawab aku pikir enggak juga Nom. Tapi kita berada
ditengah masyarakat dan budaya yang menuntut kita perempuan harus
menikah. Tapi mengapa orang lain tidak bisa menerima kita dan
mendukung kita, bukankah kita bukannya tidak mau menikah dan kita
saat ini belum ketemu aja ama seseorang yang menjadi jodoh kita.
Tapi katanya, orang-orang kayak kita-kita ini semakin sulit
didekati dan dipahami loh.. Huh..pusing juga mikirin sesuatu yang
tidak didalam kontrol kita ya? Kalau bisa kita kontrol mungkin kita
bisa melakukan yang terbaik dengan semua estimasi yang terbaik.


Wanita sempurna, apakah semua wanita yang menikah pasti menjadi
sempurna. Apakah tidak salah orang meletakkan suatu standar yang
sempurna itu. Banyak wanita menikah dan kemudian bercerai, dan
apakah ketika menikah dia sempurna dan setelah cerai tidak sempurna
lagi. Sehingga dia harus buru-buru mencari pendamping yang baru
dalam hidupnya supaya dia kembali sempurna? Aku tidak tahu, dan kata
sempurna itu semakin buram saja. Apakah sempurna itu seperti itu?
Dan tidakkah sahabat temanku itu hanya memberi pandangan yang
menghakimi orang lain. Membuat sahabatnya kebingungan dan kemana
hidup harus dilanjutkan. Hmmm mungkin aku juga akan berada diposisi
dia.


Kenapa hal ini mengusik aku ya? Apakah ini benar-benar pergulatan
hati yang paling dalam dan aku tidak menyadarinya, sehingga ketika
ada yang menceritakan keadaannya aku tersentak. Jiwaku ikut
berteriak dan mengeluarkan kata-kata protes bahwa itu tidak benar.
Aku tersadar kalau aku juga ada dalam kondisi dimana sebagai
perempuan kita adalah tetap sebagai pribadi yang memang tidak sama
dengan pria. Bahkan dalam hal pendidikanpun sepertinya ada norma di
masyarakat yang tidak tertulis yang akan menyarankan wanita untuk
menikah dulu. Kalau pendidikan sudah tinggi maka pria-pria tidak
berani mendekati. Dan tanpa disadari banyak pria memang tidak yakin
untuk mendekati wanita-wanita seperti ini. Apakah perjuangan hidup
untuk pendidikan ini akan menghancurkan diri sendiri.


Kenapa masyarakat menghukum wanita yang memiliki semangat untuk
pendidikan tinggi dan sering ini membuat banyak wanita berhenti
sekolah tinggi sekalipun ada kesempatan. Karena tuntutan untuk
menikah lebih bergema memekakkan telinga, dari pada hasrat hati yang
berbisik halus untuk tetap berjuang akan pendidikan yang lebih baik.



segitu dululah, besok2 kita tambahin lagi pembahasannya.
:)

8 comments:

Anton said...

ironis memang!

Mencari pendidikan setinggi mungkin adalah hak siapa saja kok. Kalau menikah itu perlu, kenapa tidak menikah...

Kalau tidak mau menikah, ya tidak usah menikah. Jadi peneliti, menemukan sesuatu yang berguna buat orang banyak. Susah amaat seh?

Hehehe... komentar doang neh, nom. Thanks ya dah nulis di blog saya.

rgds,
Ab silangit

Nomi br Sinulingga said...

tapi anton, menjalani hidup itu terkadang lebih sulit dibanding menuliskannya loh. Kenyataan dan impian sering seperti bumi dan langit sehingga kita harus membumi dan ikut arus yang ada.

Dilema ya ?

selfi said...

Nom, begitu baca tulisan ini tadi pagi aku lgsg share sama temenku di kntr.

wanita sempurna tdk pernah ada. mgkn menurut temenndu yg laki2 itu kategori wanita sempurna tuh ya spt yg dia jabarkan, kudu married. tapi coba kita tanya pria yg lain, apakah juga pasti berpendapat spt itu?

menurut aku, prinsip/pemikiran wanita sempurna hrs married biasanya terbawa sama bagaimana pola orangtuanya dlm memposisikan seorang istri/suami. kadang memang ada yg memang dia melihat bapaknya 'dilayani' oleh mamanya dan itu tertanam sejak kecil bahwa seperti itulah idealnya posisi pria dan wanita.

coba kita lihat lagi nom. di lingkungan kerja kita...
seringkali ada pria yg istrinya bekerja tapi tetep selingkuh dgn alasan istrinya kurang perhatian di rumah. Tapi ada juga pria yg pny istri di rumah aja tetep juga nyari yg lain dgn alasan istrinya kurang wawasan, kurang rapih (krn cewe2 di kntrnya kan dandan..)

gitu deh nom.. jadi pemikiranku juga sih tp balik lagi. Itu merupakan pilihan whether you want to be single or married tanpa melibatkan pekerjaan Tuhan di dalam pemilihan itu.

*sori kepanjangan...

selfi said...

ada ralat...

maksudku tanpa LUPA melibatkan pekerjaan Tuhan....

Nomi br Sinulingga said...

menarik sekali, makasih sel :)

Anonymous said...

Menurutku, menikah bukanlah suatu ukuran kesempurnaan bagi seorang wanita. Seorang wanita yang sempurna adalah wanita yang menjalankan pilihan hidupnya (wether married or single) sebaik-baiknya dan bersyukur akan apa yang Tuhan berikan buat dia.

Dulu aku pernah punya pikiran untuk tidak menikah. Dan walaupun sekarang aku udah berubah pikiran, tapi ngga pernah sekalipun aku berpikir bahwa aku dulu salah.

Sedangkan tentang masalah cowok yang ngga mau mendekati cewek yang berpendidikan tinggi, itu sih masalah egoisme cowok yang tidak mau dikalahkan sama cewek. Karena gimanapun juga kita masih dipengaruhi budaya timur yang menempatkan laki2 diatas perempuan.

Tapi sekarang budaya itu udah bergeser kok.. Anggap aja gini: Klo cowok itu tidak mau menerima kita karena pendidikan kita lebih tinggi, berarti cowok itu berpandangan sempit, and thank God we're not end up with him.... ha3... :D
ya ngga kak???

Nomi br Sinulingga said...

Yoi cil...makasih masukannya. Hmm memang bener banget. Aku setuju cil :)

Julbintor Kembaren said...

wanita sempurna?

hehehe, bagi aku itu memiliki arti yang berbeda dari sekedar "bisa segalanya, mampu melakukan semuanya, serba lengkap, dan serba wah".

Karena ketika aku bilang "wanita yang sempurna", itu berarti wanita tersebut sempurna untuk jadi pasangan aku. Dengan kata lain, akan terjadi suatu hubungan saling melengkapi. Ya, sempurna bukan secara general, tapi secara khusus untuk diriku. Dan aku percaya ada wanita yang seperti itu...