Tuesday, July 26, 2005

teguran yang manis

“Sangat tidak seimbang investasi yang sudah kamu berikan di pendidikan dibandingkan dengan apa yang kamu kerjakan saat ini.”
Ini adalah kalimat yang membuat aku terbisu. Diam seribu bahasa tanpa ekspresi. Kalimat yang sudah menegur aku dan mengingatkan aku akan pergumulan panjang yang masih belum berakhir dalam dunia pekerjaan yang aku geluti saat ini. Sudah banyak yang menegur aku akan hidup yang aku jalani di Bandung, dan sering aku merasa tidak banyak yang memahami aku.

Apakah yang mesti aku lakukan supaya investasi yang dilakukan sebanding dengan yang dikerjakan saat ini? Siapa yang akan memberikan nilai akhir bahwa yang kulakukan sudah bener? Dan siapa pula yang bisa memastikan kalau yang aku lakukan saat ini adalah suatu kesalahan?

Tapi bagaimanapun, pertanyaan yang membuat aku terdiam itu menjadi teguran manis yang membuat aku kembali mengobrak-abrik semua arsip yang kusimpan dalam hati, mengapa tiga tahun ini aku sudah menjalani semua ini. Dan tiga tahun ini bukan tahun-tahun yang kusesali, bahkan tahun-tahun dimana aku semakin belajar mengenali diriku. Kebenaran hanya dapat ditemukan secara pribadi dan subjektif dalam analisa diri sendiri yang panjang dan kadang-kadang sulit. Aku selalu ingin mencari kebenaran itu, karena itu akan memerdekakan aku.
Persoalan utama hidup dan perlu mendapat jawaban adalah mengerti diriku sendiri, memandang apa yang sebenarnya Allah ingin saya lakukan; masalahnya adalah menemukan suatu kebenaran yang benar bagi saya, mendapat pemikiran yang karenanya saya dapat hidup dan mati. Kebenaran sejati bukanlah masalah spekulasi objektif yang abstrak. Itu persoalan penyelidikan hati yang membebani, terbeban dan melakukan semua adalah mengarah pada penyelidikan untuk mendapatkan kebenaran yang sejati.

Kebenaran yang harus diimani, sekalipun tidak ada bukti-bukti, sehingga menjadi beban dan proses yang panjang. Bahkan menuntut mempertaruhkan seluruh hidup di atas ketidakpastian fakta kristen itu. Maka akan hidup; hidup seratus persen dipengaruhi pikiran itu, mempertaruhkan hidup bagi hal itu: dan hidup adalah bukti bahwa ia percaya. Sekalipun tidak mempunyai bukti-bukti, dan percaya serta mulai hidup, tidak sama sekali bertolak belakang. Itulah yang disebut menempuh resiko; dan tanpa resiko iman adalah sesuatu yang mustahil. Dihubungkan dengan roh berarti mengalami ujian; percaya, ingin percaya, adalah mengubah hidup seseorang menjadi percobaan; ujian sehari-hari adalah ujian iman. Iman dan akal adalah sama sekali berlawanan, apa yang berarti bukanlah apa yang diketahui, melainkan bagaimana kita memberi reaksi. Dan hasil akhirnya bukanlah pengetahuan yang lebih berdasarkan fakta, melainkan pengertian yang diperluas mengenai diri seseorang serta eksistensi manusia.

Teguran yang manis itu membuat aku semakin percaya bahwa apa yang aku kerjakan sungguh suatu investasi yang sangat tidak sebanding dengan apa yang aku dapatkan nantinya. Hanya hal kecillah yang aku kerjakan, tetapi yang Dia tawarkan adalah supaya aku mengetahui dan mengenal kebenaran. Bukankah itu lebih berarti? Dan mengajak yang lain untuk menemukan yang benar, bukankah sesuatu yang sangat berharga.

Aku tahu, kalau teguran manis itu adalah mengajak aku berpikir tentang profesi yang kukerjakan saat ini, dan itu sudah lama sekali aku gumuli. Aku selalu ingin pindah dari Bandung dan sepertinya Jakarta dalam kondisi tertentu sangat menantang untuk ditaklukkan. Tapi apakah tujuan hidup satu-satunya hanya menaklukkan Jakarta dan mengumpulkan uang sebanyak yang kita bisa? Ah..bukankah kalau itu mengisi pikiranku menyatakan semakin bodohnya aku semakin bertambahnya usia ini? Aku tahu uang juga perlu, tapi ada kata cukup yang harus ditekankan dalam hati. Sehingga pencarian yang benar dan yang jauh lebih berharga dibanding uang yaitu yang bersifat kekal itu menjadi sasaran dari kehidupan ini. Semua ini hanyalam track menuju sasaran pengenalan diri, dan mengetahu kehendak DIA yang satu-satunya kebenaran dalam hidup ini.

Tapi bagaimanapun teguran manis itu tetap mengajak aku berpikir, bahwa bukan apa yang aku lakukan saat ini satu-satunya yang mengarah pada pencarian itu. Tapi apapun nanti bentuknya, kalau itu yang Dia inginkan aku jalani, maka hal itu juga adalah sesuatu yang mengarah pada-Nya. Hmm…semua ini tujuannya hanyalah mengenali diri, dan semakin mengetahui kehendakNya dalam hidupku, menemukan kebenaran yang benar-benar akan memerdekakan aku.

Merdeka itu hanya ada dalam Dia, banyak yang ingin bebas merdeka tetapi sebenarnya dia sedang terikat. Bukankah ketika kita berpikir memiliki kehidupan yang merdeka secara finansial, sesungguhnya finansial sedang mengikat kita ? Bukankah ketika remaja berkata kepada orang tuanya, aku ingin bebas, sebenarnya dia sedang terikat oleh kawan-kawannya, oleh zaman ini, dan banyak lagi yang mengikat dia.Ketika seorang ingin merdeka, bebas dan bisa hidup semau gue dan alasan ini membuat dia tidak menikah, sebenarnya dia sedang terikat dengan sesuatu diluar dirinya yang dia sebut kemerdekaan tetapi sesungguhnya membelenggu dia. Di dunia ini tidak ada yang benar-benar merdeka. Atau apakah pekerjaanku saat ini membelenggu aku? Aku pikir enggak juga, karena sepanjang tahun aku bergumul dan sangat tertarik untuk pindah ke Jakarta. Tapi apa yang aku cari ke Jakarta, kalau uang juga sah-sah saja sebab hidup ini perlu uang. Uang seberapa banyak yang ingin aku dapatkan? Aku menjadi takut kalau uang akhirnya membelenggu diriku.

Semua perjalanan ini hanya mengarah pada menemukan diri seperti yang Dia rancang dan menggenapi tujuannya. Kalau nantinya pindah ke Jakarta sekalipun dan kalau masih DIA ditempat terutama akan baik dan aku sangat terbuka akan hal itu. Aku sering melihat teman-teman yang bekerja di Jakarta seperti mesin penghasil uang. Hidup yang hanya untuk uang, dan lupa apakah dia seorang pribadi yang memiliki jalan hidup yang sebenarnya sudah sejak awal Tuhan rancang, dan rancangan Tuhan itu lebih indah dari semua yang mampu kita rancangkan untuk hidup kita.

Referensi :
Yohanes 8:31- 32
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Yohanes 14:6
Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

4 comments:

Anton said...

Uang itu perlu? ya, perlu sekali! Bisa u/ ngisi perut, beli pulsa hp, bayar pajak, kasih kado buat ultah temen, dll. Masalahnya, sejauh mana kita perlu uang itu dan menggunakannya secara bijak.

Kalau aku sih gak begitu ekstrim soal uang. Tapi butuh! :)

Semoga proses kamu singgah di tempat yang cocok. GBU

Nomi br Sinulingga said...

sama, aku juga butuh banget kok uang. Soale aku suka jalan-jalan yang selalu menghabiskan uang :)

selfi said...

semua ujung dari aktifitas yg kita kerjakan lebih mengarahkan pada uang kali ya?

hm, jadi bergumul juga aku soal ini nom. PUAS?? sampai kapan kata itu akan benar2 bisa kita keluarkan dari mulut kita ya?

Nomi br Sinulingga said...

hahaha...aku setuju mbak, dari pada sekarang. Mau ke Salatiga aja susah banget duitnya..soale lagi gak pas ya ?